Sejarah Hari Asyura 10 Muharram dalam Islam dan Keistimewaannya

Sejarah Hari Asyura 10 Muharram dalam Islam dan Keistimewaannya

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Minggu, 06 Jul 2025 10:06 WIB
Close-Up Of Illuminated Lamp Against Lighting Equipment
Ilustrasi hari Asyura 10 Muharram. Foto: Getty Images/EyeEm Mobile GmbH
Solo -

Sejarah Hari Asyura menjadi salah satu bagian penting dalam Islam yang tak hanya sarat nilai spiritual, tetapi juga menyimpan beragam kisah besar para nabi. Dalam lintasan waktu, tanggal 10 Muharram ini selalu diingat dan dimuliakan oleh umat Islam di seluruh dunia.

Dikutip dari buku Rahasia dan Keutamaan Puasa Sunah tulisan Abdul Wahid, secara etimologis, istilah Asyura berakar dari kata asyara dalam bahasa Arab, yang berarti 'sepuluh'. Dengan demikian, Asyura merujuk pada tanggal 10 dalam bulan Muharram dalam penanggalan Hijriah.

Apakah kamu penasaran dengan sejarah Hari Asyura 10 Muharram dalam Islam? Mari simak penjelasan lengkap yang dihimpun dari laman resmi NU Online dan Muhammadiyah berikut ini!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Hari Asyura

Hari Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram dalam kalender Hijriah, merupakan salah satu hari paling istimewa dalam Islam. Muharram sendiri termasuk ke dalam asyhurul hurum atau bulan-bulan yang dimuliakan Allah, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat 36:

"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram." (QS. At-Taubah: 36)

ADVERTISEMENT

Menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Mafâtîh Al-Ghaib, bulan-bulan haram itu adalah Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dinamakan al-hurum karena pada bulan tersebut, perbuatan dosa dilipatgandakan hukumannya, dan sebaliknya ketaatan mendapat pahala lebih besar.

Hari Asyura memiliki nilai sejarah yang panjang. Diriwayatkan bahwa Nabi Musa AS dan kaumnya diselamatkan dari kejaran Firaun pada hari tersebut. Hal ini menjadi sebab puasa yang dilakukan Nabi Musa AS sebagai bentuk syukur. Diriwayatkan dalam hadits shahih:

"Tatkala Nabi Muhammad SAW datang ke kota Madinah, beliau mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa di hari Asyura, lantas beliau bersabda kepada mereka, 'Hari apa yang kalian sedang berpuasa ini?' Mereka menjawab, 'Hari ini adalah hari yang agung. Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya pada hari ini dan menenggelamkan Fir'aun beserta pasukannya. Maka Musa berpuasa pada hari ini sebagai rasa syukur dan kami turut berpuasa.' Maka Rasulullah SAW bersabda, 'Maka kami dengan Musa lebih berhak dan lebih utama daripada kalian.' Maka Rasulullah SAW berpuasa dan memerintahkan berpuasa." (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun, puasa Asyura tidak hanya dilakukan oleh Yahudi. Dari riwayat Sayyidah Aisyah RA dalam hadits lain disebutkan bahwa kaum Quraisy pun sudah terbiasa berpuasa pada hari itu jauh sebelum Islam:

"Dulu kaum Quraisy berpuasa Asyura pada masa jahiliah. Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan berpuasa Asyura pula, hingga diwajibkan puasa Ramadhan. Maka Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa yang berkehendak (ingin berpuasa), maka silakan berpuasa. Dan barangsiapa yang berkehendak (tak ingin berpuasa), maka tidak berpuasa." (HR. Bukhari dan Muslim)

Riwayat ini menunjukkan bahwa puasa Asyura bukanlah praktik baru yang 'diadaptasi' dari Yahudi, melainkan bagian dari tradisi yang telah dilakukan bahkan oleh orang-orang Makkah di masa Jahiliyah, yang menurut Imam Al-Qurtubi, bersumber dari syariat Nabi Ibrahim AS.

Sebagai bentuk pembeda dengan ibadah kaum Yahudi, Rasulullah SAW kemudian menganjurkan puasa di hari Tasua (9 Muharram). Dalam hadits yang juga diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA:

"Nabi Muhammad SAW bersabda, 'Jika aku masih hidup hingga tahun depan, pasti aku akan berpuasa pada hari kesembilan.'" (HR. Muslim)

Bahkan dalam riwayat Imam Ahmad, Nabi SAW juga menganjurkan agar puasa ditambah satu hari sesudahnya:

"Puasalah pada hari Asyura dan bedakanlah diri kalian dengan kaum Yahudi. Puasalah sehari sebelumnya atau setelahnya." (HR. Ahmad)

Imam Syafi'i dalam Al-Umm menegaskan bahwa puasa Asyura bisa dilakukan dalam tiga tingkatan. Yang paling utama adalah berpuasa tiga hari, yakni 9, 10, dan 11 Muharram. Ini sejalan dengan penjelasan Ustadz Ali Fikri dalam NU Online bahwa bentuk pengamalan puasa Asyura bisa disesuaikan dengan kemampuan dan niat masing-masing muslim, tanpa kehilangan makna utamanya.

Keistimewaan Hari Asyura

Di dalam buku Tuhan,Tunggu Sebentar Lagi..., Muhammad Syafi'ie El- Bantanie dan Ust Abu Fitran menjelaskan sejumlah keistimewaan hari Asyura. Mari kita simak penjelasannya.

1. Langit, Bumi, dan Benda Langit Diciptakan

Hari Asyura juga disebut sebagai hari penciptaan alam semesta. Allah SWT menciptakan langit, bumi, matahari, bulan, dan bintang-bintang pada hari yang istimewa ini. Peristiwa agung tersebut menjadi tanda kebesaran Allah yang menciptakan segalanya dari ketiadaan.

Dengan terciptanya seluruh elemen alam ini, kehidupan mulai berjalan dengan teratur. Matahari dan bulan menjadi petunjuk waktu, sementara langit dan bumi menjadi tempat bagi makhluk-makhluk Allah untuk menjalani kehidupan sesuai kehendak-Nya.

2. Nabi Adam AS Diciptakan dan Diterima Tobatnya

Hari Asyura menjadi hari bersejarah bagi umat manusia karena di hari inilah Allah menciptakan Nabi Adam AS. Ia adalah manusia pertama yang diciptakan Allah dan juga menjadi bapak dari seluruh umat manusia. Penciptaan ini menjadi awal mula perjalanan sejarah kehidupan di bumi.

Selain itu, hari Asyura juga menjadi momen diterimanya tobat Nabi Adam AS setelah beliau melanggar larangan Allah. Tobatnya diterima dengan penuh kasih sayang oleh Allah SWT, sehingga hari ini dikenang sebagai hari pengampunan dan kebaikan yang besar bagi umat manusia.

3. Nabi Ibrahim AS Diselamatkan dari Api Raja Namrud

Dalam sejarah, Nabi Ibrahim AS pernah dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud karena menentang penyembahan berhala. Namun pada hari Asyura, Allah menyelamatkannya dari api yang besar. Api yang seharusnya membakar, justru berubah menjadi dingin dan keselamatan bagi beliau.

4. Nabi Musa AS dan Pengikutnya Diselamatkan dari Firaun

Hari Asyura juga menjadi momentum penting dalam sejarah Bani Israil. Di hari itu, Allah menyelamatkan Nabi Musa AS beserta pengikutnya dari kejaran Firaun dan pasukannya. Laut Merah terbelah dan memberi jalan bagi mereka, sementara Fir'aun dan tentaranya tenggelam.

5. Nabi Idris AS Diangkat ke Langit

Pada hari Asyura pula, Nabi Idris AS diangkat ke langit oleh Allah SWT. Ia dikenal sebagai nabi yang tekun dalam beribadah dan mencatat banyak amal baik. Keistimewaannya membuatnya mendapat tempat tinggi di sisi Allah.

6. Kapal Nabi Nuh AS Berlabuh di Bukit Judy

Setelah peristiwa banjir besar yang memusnahkan kaum kafir, kapal Nabi Nuh AS akhirnya berlabuh di Bukit Judy pada hari Asyura. Ini menjadi tanda berakhirnya bencana besar dan awal kehidupan baru bagi umat manusia yang selamat.

7. Nabi Sulaiman AS Diberi Kerajaan

Keistimewaan lain dari hari Asyura adalah saat Allah SWT memberikan karunia kerajaan kepada Nabi Sulaiman AS. Ia dikenal sebagai raja yang adil, bijaksana, dan memiliki kekuasaan atas manusia, jin, dan binatang.

8. Nabi Yunus AS Dikeluarkan dari Perut Ikan

Ketika Nabi Yunus AS berada di perut ikan akibat meninggalkan kaumnya sebelum diizinkan oleh Allah, ia berdoa dengan penuh penyesalan. Pada hari Asyura, doanya dikabulkan dan ia dikeluarkan dari perut ikan dalam keadaan selamat.

9. Nabi Yakub AS Disembuhkan Penglihatannya

Setelah lama menangis dan bersedih karena perpisahannya dengan Nabi Yusuf AS, Nabi Yakub AS mengalami kebutaan. Namun, pada hari Asyura, Allah mengembalikan penglihatannya sebagai bagian dari kabar gembira bahwa Yusuf masih hidup.

10. Nabi Yusuf AS Dikeluarkan dari Sumur

Saat Nabi Yusuf AS dilemparkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, ia masih anak-anak. Pada hari Asyura, ia ditemukan dan diselamatkan oleh rombongan kafilah. Ini menjadi titik awal dari perjalanan hidupnya yang luar biasa.

Dari seorang anak yang terbuang, Yusuf kemudian menjadi tokoh besar di Mesir. Peristiwa ini menunjukkan bahwa rencana Allah selalu lebih indah daripada rencana manusia, dan hari Asyura menjadi momentum penyelamatan yang bersejarah.

11. Nabi Ayyub AS Disembuhkan dari Penderitaan

Nabi Ayyub AS dikenal sebagai sosok yang diuji dengan sakit bertahun-tahun dan kehilangan segalanya. Namun, ia tetap sabar dan tidak pernah mengeluh. Pada hari Asyura, Allah menyembuhkan seluruh penyakitnya dan mengembalikan segala nikmat yang hilang.

Dari penjelasan di atas, kita dapat memahami bahwa Hari Asyura 10 Muharram memiliki sejarah yang panjang serta ada banyak keistimewaan di dalamnya. Semoga bermanfaat!




(par/par)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads