Trump Dinilai Berkhianat ke Iran, Bombardir di Fasilitas Nuklir Tak Termaafkan

Internasional

Trump Dinilai Berkhianat ke Iran, Bombardir di Fasilitas Nuklir Tak Termaafkan

Rolando Fransiscus Sihombing - detikJateng
Minggu, 22 Jun 2025 18:51 WIB
Iranian Foreign Minister Abbas Araghchi addresses a press conference in Kuwait City on October 22, 2024. (Photo by Yasser Al-Zayyat / AFP)
Menteri Luar Negari Abbas Araghchi (Foto: AFP/YASSER AL-ZAYYAT)
Solo -

Menteri Luar Negari Abbas Araghchi mengutuk serangan Amerika Serikat (AS) ke tiga fasilitas nuklir sebagai agresi militer brutal. Iran menyebut serangan AS itu tak termaafkan.

"Ini adalah pelanggaran yang keterlaluan, serius, dan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap prinsip-prinsip dasar piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional," kata Abbas Araghchi dalam pidatonya di Istanbul pada pertemuan puncak OKI dilansir Aljazeera, dikutip detikNews, Minggu (22/6/2025).

Araghchi mengatakan pemerintahan AS "suka berperang dan melanggar hukum" akan "bertanggung jawab sepenuhnya atas konsekuensi yang berbahaya dan untuk mencapai implikasi yang efektif dari tindakan agresinya".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Serangan militer AS terhadap integritas teritorial dan kedaulatan nasional negara anggota PBB yang dilakukan dengan bersekongkol dengan rezim (Israel) yang melakukan genosida, sekali lagi telah mengungkapkan sejauh mana permusuhan Amerika Serikat terhadap rakyat Iran yang mencari perdamaian," tambahnya.

Pihaknya pun tak membuka ruang diplomasi usai serangan AS, "tidak sekarang".

ADVERTISEMENT

"Pintu diplomasi harus selalu terbuka, tetapi saat ini tidak demikian," kata menteri luar negeri Iran. "Negara saya telah diserang, di bawah agresi, dan kami harus menanggapinya berdasarkan hak sah kami untuk membela diri."

Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, katanya, "merupakan pelanggaran hukum internasional yang tidak dapat dimaafkan".

Dia pun menyebut Presiden AS Trump telah berkhianat. Tak hanya kepada Iran tapi juga para pendukungnya akibat serangan AS pada Minggu (22/6).

"Meskipun Presiden Trump terpilih dengan platform untuk mengakhiri keterlibatan Amerika yang mahal dalam 'perang abadi' di bagian dunia kita. Dia telah mengkhianati tidak hanya Iran dengan menyalahgunakan komitmen kita terhadap diplomasi tetapi juga menipu para pemilihnya sendiri," kata Abbas Araghchi.

Dia menyebut hal ini adalah tanggung jawab "seluruh masyarakat internasional" untuk menghentikan ancaman AS terhadap Iran. Dia pun menegaskan program nuklir di negaranya sepenuhnya damai.

"Iran tidak melakukan kesalahan apa pun. Kami tidak mengerti mengapa Iran harus diserang karena tuduhan palsu bahwa Iran sedang mencari senjata nuklir," katanya, seraya mencatat bahwa AS-lah yang menghancurkan perjanjian nuklir sebelumnya dan mengganggu putaran terakhir pembicaraan dengan serangan militer.

"Komunitas internasional harus mengutuk dan mencegah hal ini," imbuh Araghchi. "Jika tidak, tidak akan ada lagi hukum internasional yang tersisa. Ia menambahkan bahwa rakyat Iran "bersatu dan bersolidaritas dengan pemerintah, dan kami berdiri teguh menentang segala bentuk agresi".




(ams/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads