Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan salah satu tujuan mereka menyerang Iran untuk menghancurkan kemampuan nuklir negara itu. Karena itu, Israel berusaha supaya Amerika Serikat (AS) bisa terseret ke dalam konflik.
Dilansir detikNews Rabu (18/6/2025), diketahui Iran masih punya satu fasilitas nuklir Fordo yang letaknya jauh di dalam gunung. Lokasinya disebut 90 meter berada di bawah tanah.
Menurut mantan kepala intelijen Inggris MI6, Sir John Sawers, Israel tidak punya kapasitas militer yang memungkinkan mereka merontokkan target di dalam tanah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hanya Amerika yang punya," kata Sawers.
Menurut Sawers, tujuan Israel adalah "membawa Amerika ke dalam konflik" sehingga senjata AS dapat digunakan untuk menghancurkan fasilitas nuklir.
![]() |
Kenapa Israel Butuh Bom Khusus AS?
Senjata itu adalah bom GBU-57. Bom ini disebut-sebut jadi senjata Presiden AS Donald Trump jika memutuskan memberi dukungan militer kepada Israel untuk membombardir Iran.
Bom ini mempunyai hulu ledak seberat 30.000 pon (13.607 kg) yang mampu menembus 200 kaki (sekitar 67 meter) di dalam tanah sebelum meledak. Bom yang begitu kuat ini tidak dipunyai gudang senjata Israel.
Behnam Ben Taleblu, direktur program Iran di lembaga pemikir Foundation for Defense of Democracies (FDD) yang berpusat di Washington, AS, sebuah kelompok yang condong ke konservatif, mengungkapkan dalam waktu seminggu, serangan Israel tidak hanya merusak banyak fasilitas Iran. Tel Aviv juga berhasil membunuh sejumlah ilmuwan nuklir hingga jenderal berpengaruh republik Islam tersebut.
"Stok rudal, peluncur, pangkalan militer, fasilitas produksi, ilmuwan nuklir, komando dan kendali militer rezim tersebut telah mengalami pukulan yang sangat keras," ucap Ben Taleblu.
"Namun, masih ada pertanyaan besar mengenai seberapa mujarab serangan Israel terhadap jantung program nuklir Iran," ujar Taleblu, seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (18/6/2025).
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) melaporkan tidak ada kerusakan pada Fordo, yang berlokasi di selatan Teheran. Tak seperti fasilitas nuklir Natanz, lokasi Fordo di luar jangkauan misil Israel.
"Semua mata akan tertuju pada Fordo," kata Taleblu.
Karena itu, seperti dikatakan juga oleh purnawirawan Letnan Jenderal Angkatan Darat AS sekaligus peneliti pertahanan Rand Corporation, Mark Schwartz, hanya AS yang punya 'kemampuan konvensional' menghancurkan tempat seperti Fordo.
Seperti Apa GBU-57?
Militer AS menerangkan, GBU-57, dikenal juga sebagai Massive Ordnance Penetrator, memang dirancang untuk menembus bebatuan dan beton sebelum meledak. Karena itu, bom ini juga mempunyai julukan 'penghancur bunker'.
Kondisi ini berbeda dari rudal atau bom biasa, yang meledakkan muatannya di dekat target atau setelah terjadi benturan.
"Untuk mengalahkan target yang terkubur dalam ini, senjata ini perlu dirancang dengan selongsong baja yang agak tebal, baja yang dikeraskan, untuk menembus lapisan bebatuan ini," kata Masao Dahlgren, seorang peneliti yang bekerja pada pertahanan rudal untuk Center for Strategic and International Studies (CSIS), sebuah pusat penelitian yang berpusat di Washington.
Desain GBU-57 dimulai pada awal 2000-an. Setelah itu, pesanan sebanyak 20 unit diserahkan kepada Boeing pada 2009 silam.
Bom ini hanya bisa diangkut oleh pesawat pengebom siluman milik AS, B-2 Spirit. Beberapa pesawat pengebom ini dikerahkan pada awal Mei lalu di Diego Garcia, lokasi pangkalan militer gabungan Inggris-AS di Samudra Hindia.
Dengan kemampuan jarak jauhnya, B-2 yang berangkat dari Amerika Serikat "mampu terbang jauh ke Timur Tengah untuk melakukan pengeboman. Itu sudah pernah dilakukan sebelumnya," kata Dahlgren.
Setiap pesawat B-2 dapat membawa dua bom GBU-57, dan Schwartz mengatakan beberapa bom kemungkinan akan dibutuhkan.
"Mereka tidak akan hanya menggunakan satu bom dan selesai," katanya.
Baca juga: Janji Khamenei Tak Bakal Kasihani Israel |
Konsekuensi jika AS Pakai Bom Khusus
Intervensi AS seperti itu akan membawa "banyak beban politik bagi Amerika," kata Taleblu. Dia menekankan bahwa bom penghancur bunker bukanlah satu-satunya cara untuk mengatasi program nuklir Iran.
Tanpa bom GBU-57, dan tanpa solusi diplomatik, Taleblu mengatakan Israel dapat menyerang akses ke fasilitas bawah tanah seperti Fordo dengan "mencoba menyerang pintu masuk, menghancurkan apa yang bisa mereka hancurkan, memutus aliran listrik dan mengambil tindakan lain seperti yang telah diambil di Natanz."
(apu/apu)