Universitas Diponegoro (Undip) melalui Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) menggelar diskusi evaluasi 100 hari kinerja Gubernur Jawa Tengah. Berbagai capaian dipaparkan, namun ada salah satu catatan yaitu terkait cara berkomunikasi Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi.
Diskusi itu dihadiri Dekan Fisip Undip sekaligus pengamat politik, Teguh Yuwono, Ketua Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TPPD) Jateng, Zulkifli, Wakil Rektor sekaligus Dosen Departemen Politik Pemerintahan FISIP Undip, Wijayanto, dan Kepala BPS Jateng, Endang Tri Wahyuningsih.
Wijayanto mengatakan, sebenarnya melihat 100 hari pemerintahan kepala daerah baru terlalu dini dijadikan patokan kinerja selama satu periode. Namun bisa jadi patokan untuk kinerja lebih baik ke depannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai satu masa, 100 hari terlalu singkat tapi bisa melihat bagaimana kinerja pemerintah dan jadi blueprint lima tahun ke depan," kata Wijayanto usai acara di ruang gedung A Fisip Undip, Senin (2/6/2025).
Dari sisi akademisi, salah satu gebrakan Ahamd Luthfi dalam kepemimpinannya yaitu kolaborasi dengan 44 perguruan tinggi se-Jawa Tengah. Di Undip ada 30 lebih kerja sama salah satunya desalinasi di kawasan Pantura menggunakan alat temuan dari Undip.
"Pertama kalinya sepanjang sejarah yang saya lihat, ini melibatkan 44 universitas di Jateng. Undip berbangga hati bisa kerja sama dengan. Projek desalinasi, ini penting dan relevan dengan problem kelangkaan air bersih di pesisir. Kita ubah air asin atau payau jadi air bisa diminum," jelas Wijayanto.
Pekerjaan Rumah (PR) yang masih harus dibereskan Luthfi-Yasin yaitu terkait kemiskinan dan banjir. Meski demikian upaya sudah dilakukan ada ada catatan untuk Luthfi di luar dari kebijakan yang dikeluarkan, yaitu soal cara komunikasi publik.
"Kemudian kita soroti perlunya mengkomunikasikan kebijakan kepada publik. Karena selain kinerja yang baik dan tepat juga perlu partisipasi publik yang luas. inilah pentingnya komunikasi. Tidak sama dengan pencitraan ya," ujar Wijayanto.
"Saya pikir gubernur sudah mulai baik dengan slogan 'ngopeni nglakoni'. itu komunikasi 'njawani' yang bisa masuk ke benak masyarakat. Sekarang masanya media sosial ya, gen z banyak habiskan waktu di media sosial, itu perlu dipakai. Bentuk konten audio visual lebih baik dibanding hanya text atau gambar dan caption. Kita ingin kebijakan bisa diketahui dan dapat support," tuturnya.
Luthfi-Yasin harus menemukan gaya komunikasi mereka ada konten apa yang dipublish untuk masyarakat di Jawa Tengah. Dia menegaskan tidak perlu harus seperti Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
"Tidak perlu sama seperti KDM karena beda gaya dan tipe. Saya pikir KDM ada banyak pujian tapi ada juga yang tidak setuju, kontroversi. Gub dan wagub bisa punya gaya sendiri yang njawani. Mereka punya modal baik untuk berkomunikasi dengan gaya Jateng," katanya.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Teguh Yuwono, mengatakan Pemprov Jateng harus menguatkan kolaborasi Pentahelix untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di masyarakat. Kolaborasi terdiri dari unsur pemerintah, akademisi, dunia usaha, media, dan masyarakat. Terlebih di era digital sekarang ini, Gubernur Ahmad Luthfi harus lebih mengoptimalkan peran media dalam mendukung program dan kebijakan yang dijalankan.
"Saya kira beliau sudah sadar media, cuma mungkin belum suka tampil gitu," kata Teguh.
Ketua TPPD Jateng, Zulkifli mengatakan Gubernur Jateng Ahmad Luthfi memiliki tipe yang tidak terlalu suka terekspos. Namun usulan tersebut akan menjadi catatan.
"Stylenya Pak Gub ini kan memang enggak mau terekspos dan konten," kata Zulkifli.
Dalam paparannya, Zulkifli juga menjelaskan capaian pemerintahan Luthfi-Yasin selama 100 hari. Antara lain pertumbuhan ekonomi Jateng yang menunjukkan tren positif dibanding daerah lainnya di Jawa. Dalam datanya, ekonomi Jateng pada triwulan IV 2024 hingga triwulan II 2025 berada di angka 4,96 persen. Sedangkan Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan dari angka 5,03 persen menjadi 5 persen. Kemudian Jawa Barat dari 5,02 persen turun menjadi 4,98 persen.
Dia juga menjelaskan Jawa Tengah memiliki kontribusi meningkatkan kesehatan masyarakat terbesar se-Indonesia dengan jumlah sebanyak 2.832.160 orang. Kemudian ada implementasi pendirian Koperasi Merah Putih di Jawa Tengah, tertinggi se-Indonesia dengan indikator sudah dilaksanakan Musyawarah Desa (Musdes) dan Musyawarah Kelurahan (Muskel) sebanyak 8.041 desa/kelurahan, beserta 981 desa/kelurahan sudah berbadan hukum jelas.
"Walaupun pendapatan masyarakat belum signifikan naiknya, tapi bagaimana kita untuk memberikan stimulus. Misal salah satunya teman buruh. Saat ini ada koperasi buruh. Yang mana dari teman produsen langsung ke koperasi. Akhirnya para buruh bisa membeli lebih murah. Di kawasan industri juga ada day care," jelasnya.
(apl/dil)