COVID Disebut Picu Kematian Terbanyak dalam Sebulan di Thailand

Internasional

COVID Disebut Picu Kematian Terbanyak dalam Sebulan di Thailand

Suci Risanti Rahmadania - detikJateng
Senin, 02 Jun 2025 20:10 WIB
Ilustrasi wanita pakai masker diperiksa suhu saat pandemi COVID-19
Ilustrasi wanita pakai masker diperiksa suhu saat pandemi COVID-19. Foto: Getty Images/iStockphoto/PeopleImages
Solo -

Dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Chulalongkorn, Assoc Prof Dr Thira Woratanarat, menyebut COVID-19 sebagai penyebab utama penyakit dan kematian selama bulan dan minggu terakhir di Thailand. Maka itu dia meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap jenis baru virus COVID.

Dilansir detikHealth dari The Nation, dalam unggahan di Facebook, Dr Thira mengatakan dalam sebulan terakhir, sekitar 170 ribu orang dirawat di rumah sakit karena COVID-19, yang memicu 37 kematian. Sebagai perbandingan, hanya satu kematian yang dilaporkan akibat influenza selama periode yang sama.

Disebutkan bahwa pada periode 18-24 Mei, COVID-19 terus menyebabkan jumlah penyakit dan kematian tertinggi di antara warga Thailand. Jumlah kasus COVID lima kali lebih banyak daripada kasus diare, 10 kali lebih banyak daripada kasus influenza, dan 30 kali lebih banyak daripada kasus keracunan makanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski COVID telah menjadi endemik, Dr Thira mengingatkan penyakit ini tidak boleh dianggap remeh sebagai penyakit ringan. Ia menjelaskan COVID tidak sama dengan flu biasa dan biasanya tidak menimbulkan gejala ringan seperti influenza.

Guna mencegah penyebaran virus di lingkungan, Dr Thira pun mengimbau masyarakat mewaspadai gejala-gejala dan bertindak secara bertanggung jawab.

ADVERTISEMENT

Dia juga menyebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kini tengah memantau varian LP.8.1 dan NB.1.8.1. Varian LP.8.1 kini menyumbang sekitar 39 persen infeksi di 51 negara. Adapun varian NB.1.8.1 terus meningkat, dengan tingkat infeksi 10,7 persen di 22 negara.

Disebutkan bahwa WHO telah mengklasifikasikan NB.1.8.1 sebagai variant under monitoring (VUM) karena lebih cepat menyebar atau menular dibandingkan LP.8.1, serta mampu menghindari kekebalan tubuh 1,5 hingga 1,6 kali lebih besar terhadap perlindungan dari vaksin atau infeksi sebelumnya.




(dil/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads