Ketika menyaksikan pertunjukan yang hebat, kita mungkin akan secara sadar bertepuk tangan. Kebiasaan ini menunjukkan kegunaan tepuk tangan sebagai simbol apresiasi terhadap seseorang. Sebenarnya, bagaimana sejarah tepuk tangan?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, tepuk tangan adalah tamparan tapak tangan kiri dengan tapak tangan kanan sehingga menghasilkan bunyi. Dalam bahasa Inggris, tepuk tangan secara umum disebut clapping, sedangkan tepuk tangan yang bertujuan memberi apresiasi, dikenal sebagai applauding.
Tentunya, tepuk tangan tidak serta merta muncul begitu saja. Pasti ada alasan di balik tradisi yang mengakar kuat tidak hanya di negara kita saja, melainkan juga seluruh dunia ini. Bagi detikers yang penasaran, simak pembahasan ringkasnya berikut ini, yuk!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbedaan Clapping dan Applauding
Sebagaimana telah disinggung sekilas di atas, ada dua padanan frasa tepuk tangan dalam bahasa Inggris, yakni clap dan applause. Disadur dari laman Society for Personality and Social Psychology (SPSP), clapping adalah kegiatan membuka tapak tangan untuk kemudian menabrakkan keduanya.
Tabrakan dua tapak tangan tersebut mengakibatkan sebagian kecil udara yang terperangkap di bagian tengah meledak. Alhasil, muncul bunyi khas. Sebagai catatan, tepuk tangan tidak mengandung makna konotatif tertentu, melainkan hanya perilaku umum saja.
Pasalnya, selain bisa dipakai untuk mengapresiasi, tepuk tangan juga dapat digunakan untuk hal lain. Contohnya, tepuk tangan cepat dapat bertujuan meminta seseorang mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat. Bisa juga tepuk tangan ditujukan untuk menarik perhatian audiens sebelum memulai pidato.
Di sisi lain, tepuk tangan yang bertujuan menyampaikan pesan persetujuan atau apresiasi disebut applauding dari kata applause. Tindakan ini dilakukan secara sadar dan sengaja untuk memberi pengakuan positif terhadap seseorang atas karyanya, sebagai permisalan.
Sejarah Tepuk Tangan
Usai memahami perbedaan tepuk tangan, mari telaah sekilas sejarahnya. Berdasar uraian dalam laman Theatre in Paris, pada abad ke-6 Sebelum Masehi (SM), tepuk tangan sudah tercatat dipergunakan oleh anggota parlemen di Athena.
Kala itu, Kleisthenes orang yang kelak dikenal sebagai Bapak Demokrasi Athena, membuat aturan agar setiap audiens bertepuk tangan dalam rangka menyatakan persetujuan terhadap pemimpin mereka. Aturan ini kemudian membuahkan kebiasaan tepuk tangan bersama-sama yang terus lestari sampai sekarang.
Perkembangan selanjutnya, yakni pada abad ke-4 SM, muncullah pekerjaan bernama claquer. Seorang claquer bekerja untuk memengaruhi respons penonton dalam suatu pertunjukan. Contohnya, ketika performer sedang menampilkan adegan menakjubkan, claquer akan mulai bertepuk tangan. Hasilnya bisa diduga, para penonton lain akan berbondong-bondong mengikuti.
Praktik claquer ini tidak hanya ditemukan di Athena saja, melainkan juga Romawi. Bahkan, Kaisar Romawi Nero yang terkenal kejam dan brutal, sempat membentuk semacam tim sorak claquer untuk menemaninya saat tampil di depan publik!
Yang menarik, para claquer kaisar kelima Romawi tersebut tidak berasal dari kalangan rakyat jelata, melainkan ribuan ksatria dan prajurit. Hal ini diyakini sebagai salah satu cara Nero untuk menjaga citra dirinya di hadapan masyarakat.
Dilansir Forbes, pada masa-masa kebangkitan Kekaisaran Romawi, tepuk tangan menjadi salah satu cara bagi pemimpin untuk tahu suasana hati konstituennya. Hal ini dijelaskan langsung oleh Professor Greg Aldrete dari University of Wisconsin, "You can almost think of this as an ancient poll (Kamu hampir bisa menganggapnya sebagai metode jajak pendapat kuno)."
Dalam konteks teater, bertepuk tangan sama halnya seperti detikers seolah-olah sedang menepuk punggung para pemain sebagai bentuk apresiasi atau persetujuan. "Ketika kita bertepuk tangan untuk seorang pemain, pada dasarnya, kita menepuk punggungnya dari kejauhan," jelas Desmond Morris, seorang ahli etologi Inggris.
Jenis Tepuk Tangan
Dikutip dari Psychology Today, terdapat 6 jenis tepuk tangan yang memiliki makna konotasi berbeda, yakni:
- Tepuk tangan keheranan: Tepuk tangan ini biasa dilakukan seseorang ketika kaget atau terkejut. Jenis pertama ini bisa terdiri dari 1 atau lebih tepukan dengan tempo variatif.
- Tepuk tangan apresiasi: Merupakan jenis tepuk tangan yang umum dilakukan setelah menonton pertunjukan.
- Tepuk tangan motivasi: Biasa dilakukan untuk menyemangati orang lain yang sedang terpuruk atau berusaha bangkit.
- Tepuk tangan ceria: Adalah tipe tepuk tangan saat seseorang merasa bahagia, misalnya karena mengikuti irama musik. Bisa juga dilakukan ketika menyanyikan lagu tertentu, seperti lagu ulang tahun.
- Tepuk tangan ironis: Jenis tepuk tangan yang bertujuan mengekspresikan ketidaksenangan. Temponya sering kali lambat dan kurang berirama jika dibandingkan tepuk tangan apresiasi.
- Tepuk tangan protokol: Dilakukan sebagai bentuk penghormatan. Contohnya, tepuk tangan setelah pidato pemimpin.
Demikian sejarah ringkas tepuk tangan yang sering kali jadi simbol apresiasi terhadap seseorang, meski tidak menutup kemungkinan dilakukan untuk tujuan lain. Semoga bisa menambah wawasan detikers, ya!
(sto/apl)