Ini Arti Asap Hitam dan Putih dalam Konklaf Pemilihan Paus Baru di Vatikan

Ini Arti Asap Hitam dan Putih dalam Konklaf Pemilihan Paus Baru di Vatikan

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Jumat, 09 Mei 2025 09:36 WIB
White smoke rises from the chimney on the Sistine Chapel, indicating that a new pope has been elected at the Vatican, May 8, 2025.   REUTERS/DYLAN MARTINEZ
Asap putih dalam konklaf pemilihan Paus baru. (Foto: REUTERS/Dylan Martinez)
Solo -

Sejak 7 Mei 2025, para kardinal dari seluruh dunia tengah berkumpul di Kapel Sistina Vatikan untuk menggelar konklaf. Selama gelaran konklaf, masyarakat perlu memahami arti asap hitam dan putih yang menggambarkan hasil dari proses pemilihan tersebut.

Dikutip dari buku Mengikuti Jalan Tuhan tulisan Adrianus Sunarko dkk, konklaf adalah pertemuan tertutup para kardinal di Kapel Sistina untuk memilih paus baru. Istilah ini berasal dari bahasa Latin cum (dengan) dan clavis (kunci), yang secara harfiah berarti 'terkunci dengan kunci', merujuk pada isolasi total para kardinal dari dunia luar selama proses pemilihan berlangsung guna menghindari pengaruh eksternal.

Karena prosesnya berlangsung tertutup, hasil konklaf dikabarkan ke dunia luar melalui perantara asap hitam dan putih. Penasaran apa arti dari asap hitam dan putih yang mengepul dari cerobong Kapel Sistina ketika konklaf? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arti Asap Hitam dan Putih dalam Konklaf Pemilihan Paus Baru

Berdasarkan penjelasan dari laman BBC dan USA Today, asap hitam dan putih yang mengepul dari cerobong Kapel Sistina bukan hanya sebagai bentuk komunikasi, tapi sarat akan makna teologis. Mari simak artinya!

1. Asap Hitam

Asap hitam (fumata nera) menandakan bahwa belum ada kesepakatan di antara para kardinal mengenai siapa yang akan menjadi Paus berikutnya. Ini berarti tidak ada kandidat yang berhasil memperoleh dua pertiga dari total suara dalam pemungutan pada sesi tersebut. Asap ini biasanya muncul setelah setiap sesi pemungutan suara yang tidak menghasilkan keputusan, dan dapat terjadi hingga empat kali dalam sehari, dua di pagi hari dan dua di sore hari.

ADVERTISEMENT

Pada hari pertama konklaf, umumnya hanya ada satu pemungutan suara, karena sebagian besar waktu dihabiskan untuk misa pembukaan dan proses awal. Oleh karena itu, asap hitam pertama biasanya terlihat pada malam hari, sekitar pukul 19.00-20.00 waktu Roma.

Asap hitam dihasilkan dengan membakar surat suara dari sesi yang tidak menghasilkan keputusan, ditambah campuran bahan kimia tertentu dalam tungku besi yang dipasang khusus di dalam Kapel Sistina. Dalam konklaf 2013, asap hitam dibuat dengan kombinasi kalium perklorat, antrasena (komponen tar batubara), dan belerang.

Campuran ini menghasilkan asap pekat dan gelap yang mudah dikenali dari kejauhan. Dalam sejarahnya, Vatikan pernah mencoba menggunakan jerami basah untuk menciptakan asap hitam, tetapi warna yang dihasilkan sering kali membingungkan karena terlihat seperti abu-abu dan menimbulkan ketidakpastian di antara para pengamat. Kini, bahan kimia tersebut sudah dikemas dalam bentuk cartridge dan dinyalakan secara elektronik, sehingga hasilnya lebih konsisten dan tidak ambigu.

Secara simbolis, asap hitam mencerminkan ketidaktuntasan, sebuah fase pencarian dan doa yang masih berlanjut. Umat diajak untuk terus menunggu dalam harapan, sekaligus merenungkan beratnya tanggung jawab memilih pemimpin Gereja Katolik sedunia.

2. Asap Putih

Sementara asap putih (fumata bianca) adalah pertanda bahwa seorang Paus baru telah terpilih. Ini terjadi setelah salah satu kandidat berhasil meraih setidaknya dua pertiga dari jumlah suara para kardinal elektoral. Dalam konklaf saat ini, minimal 89 suara. Munculnya asap putih biasanya disertai dentangan lonceng besar di Basilika Santo Petrus dan pengumuman resmi 'Habemus Papam' dari balkon tengah, tak lama setelah Paus baru menerima pemilihannya dan memilih nama kepausannya.

Asap putih bisa muncul kapan saja dalam konklaf, tergantung kapan pemungutan suara menghasilkan hasil final. Dalam sejarah, ada yang terpilih dalam satu hari (seperti Paus Fransiskus tahun 2013) dan ada yang membutuhkan waktu berminggu-minggu. Namun secara teknis, asap putih biasanya keluar pada akhir salah satu sesi pemungutan, dan dilihat dari Kapel Sistina oleh ribuan umat yang memadati Lapangan Santo Petrus.

Untuk memastikan perbedaan yang jelas dari asap hitam, asap putih dihasilkan dengan bahan kimia berbeda, yang juga dibakar bersama surat suara sesi akhir. Campuran yang digunakan, sebagaimana pada konklaf 2013, meliputi kalium klorat, laktosa (gula susu), dan resin pinus (pine rosin). Kombinasi ini menghasilkan asap putih terang yang mudah terlihat dan menjadi simbol universal bahwa Gereja Katolik telah memilih pemimpinnya yang baru.

Dua tungku terpisah dipasang di Kapel Sistina, satu untuk membakar surat suara, satu lagi khusus untuk menghasilkan asap sinyal. Tungku-tungku tersebut dihubungkan ke cerobong logam yang dirancang khusus dan dipasang secara hati-hati ke atap kapel yang berusia lebih dari 500 tahun. Setiap sambungan cerobong diuji dan disegel untuk memastikan tidak ada kebocoran. Vatikan bahkan menyiagakan tim pemadam kebakaran untuk berjaga jika ada malfungsi teknis.

Asap putih membawa makna teologis yang mendalam, ini adalah saat harapan terwujud, ketika Gereja memiliki gembala baru. Asap yang naik ke langit bukan hanya sinyal, tetapi lambang doa dan penyertaan Roh Kudus yang diyakini menuntun para kardinal dalam membuat keputusan.

Tahap Konklaf dari Awal hingga Akhir

Dikutip dari Vatican News, The Guardian, dan BBC, tahapan konklaf setidaknya terbagi ke dalam 5 langkah.

1. Persiapan dan Pengasingan Para Kardinal

Sebelum konklaf dimulai, para kardinal elektoral, yaitu kardinal berusia di bawah 80 tahun berkumpul di Roma dan menginap di Casa Santa Marta. Wilayah Istana Apostolik, termasuk Kapel Sistina tempat konklaf berlangsung, disegel untuk menjamin kerahasiaan penuh. Sehari sebelum pemilihan, para kardinal mengikuti misa khusus di Basilika Santo Petrus.

Di sore harinya, mereka berjalan dalam prosesi menuju Kapel Sistina sambil berdoa memohon bimbingan Roh Kudus. Setelah semua kardinal bersumpah menjaga kerahasiaan, prosesi ditutup dengan seruan 'extra omnes', yang menandai awal resmi konklaf.

2. Pemungutan dan Penghitungan Suara

Setiap hari dilakukan empat kali pemungutan suara, yaitu dua di pagi dan dua di sore hari, dengan mekanisme yang sangat ketat. Para kardinal menuliskan nama calon pilihannya di kertas bertuliskan 'Eligo in Summum Pontificem', lalu satu per satu maju meletakkannya dalam cawan di altar.

Tiga kardinal yang bertugas sebagai scrutineer akan menghitung dan membacakan suara yang masuk. Bila jumlah kertas suara tidak sesuai dengan jumlah pemilih, sesi dianggap batal dan harus diulang. Suara yang sah kemudian dijahit menjadi satu dan disimpan.

Bagi kardinal yang tidak dapat hadir karena sakit, tiga kardinal infirmarii akan membawakan kotak suara khusus ke tempat mereka. Setelah suara diberikan dan kotak dikunci, isinya dibawa kembali ke Kapel Sistina untuk dihitung bersama suara lain. Seluruh hasil penghitungan lalu diverifikasi ulang oleh tiga kardinal reviser demi menjamin keabsahan dan menghindari kesalahan atau kecurangan.

3. Memberikan Tanda Berupa Asap

Untuk dapat terpilih sebagai Paus, seorang kandidat harus meraih dua pertiga suara dari total kardinal pemilih. Jika belum ada yang memenuhi syarat, suara dibakar dengan tambahan bahan kimia agar asapnya hitam, tanda belum terpilihnya Paus baru.

Apabila setelah tiga hari belum tercapai hasil, dilakukan jeda satu hari untuk refleksi dan doa. Proses bisa diulang hingga 21 kali. Bila belum juga ada hasil, hanya dua kandidat dengan suara terbanyak yang bisa dipilih dalam sesi selanjutnya, tetap dengan syarat dua pertiga suara.

5. Pemilihan dan Penobatan Paus Baru

Ketika seorang kandidat terpilih dan menerima, ia akan memilih nama kepausannya. Selanjutnya, ia dibawa ke 'Room of Tears' untuk mengenakan jubah putih Paus yang telah disiapkan dalam berbagai ukuran.

Ia kemudian tampil di balkon utama Basilika Santo Petrus untuk menyapa umat, diiringi pengumuman 'Habemus Papam'. Kemudian, akan muncul asap putih dari cerobong Kapel Sistina sebagai tanda resmi bahwa Gereja Katolik telah memiliki Paus baru.

Jadi, sudah paham apa arti asap hitam dan putih dalam pelaksanaan konklaf untuk memilih Paus baru, detrikers? Semoga penjelasan di atas bermanfaat!




(sto/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads