Hasil Autopsi ASN Temanggung Tewas di Merbabu: Ada Pendarahan dalam Kepala

Hasil Autopsi ASN Temanggung Tewas di Merbabu: Ada Pendarahan dalam Kepala

Jarmaji - detikJateng
Minggu, 27 Apr 2025 20:56 WIB
Jenazah Sugeng Parwoto, pendaki hilang di Merbabu saat dievakuasi Jumat (25/4/2025).
Jenazah Sugeng Parwoto, pendaki hilang di Merbabu saat dievakuasi Jumat (25/4/2025). (Foto: Jarmaji/detikJateng)
Boyolali -

Hasil autopsi Sugeng Parwoto (50), pendaki asal Temanggung yang ditemukan meninggal di Gunung Merbabu sudah keluar. Polisi menyatakan penyebab kematian ASN Temanggung itu karena ada pendarahan di bagian kepala.

"Dari hasil autopsi tidak ada hal yang mencurigakan. Dalam hal ini Pak Sugeng penyebab kematiannya yaitu karena benda tumpul yaitu ada pendarahan di bagian kepala, namun demikian tidak pendarahan luar. Artinya ada pendarahan dalam di bagian otak," kata Kapolres Boyolali, AKBP Rosyid Hartanto, saatditemui usai menutup turnamen bola volley Kapolres Cup 2025, Minggu (27/4/2025) petang.

Dijelaskan Rosyid, dari hasil olah TKP di lokasi kejadian, diduga Sugeng tergelincir jatuh ke tebing dan kepalanya membentur batu. Selain luka pendarahan dalam di kepala, disebutkan beberapa ruas tulang juga mengalami patah.

"Jadi ini identik dengan luka tergelincir atau luka jatuh dari ketinggian," terangnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kapolres menambahkan, Sugeng Parwoto yang merupakan warga Krasak, Tlogorejo, Temanggung itu diperkirakan meninggal dunia sekitar 6-7 hari sebelum ditemukan atau diautopsi. Korban diperkirakan meninggal sejak Sabtu (19/4) atau usai dinyatakan hilang dari tempat flying camp atau berkemahnya di pos 5 Gunung Merbabu.

"Sudah fix, 6 sampai 7 hari, sudah tepat untuk perkiraan waktu (korban meninggal). Jadi hari Sabtu pada saat kejadian, peristiwa Pak Sugeng ditemukan tidak ada di tenda, kemudian tendanya sudah diangkat, ternyata Pak Sugeng tergelincir dan jatuh ke bawah, ke tebing," jelas dia.

ADVERTISEMENT

Terkait dugaan korban terhempas oleh badai, Rosyid mengatakan dari hasil pengamatan cuaca dari BMKG maupun Lanud Adi Soemarmo, menyebit saat itu ada potensi awan cumulonimbus. Artinya ada potensi hujan besar dengan angin pada Sabtu (19/4) dini hari.

"Namun kekuatan angin seberapa itu yang belum kita ketahui, karena perspektif terhadap kekuatan angin ini sendiri butuh pengukuran riil di lapangan. Kemungkinan besar (tergelincir), karena dari luka-lukanya tidak ditemukan luka luar dan tidak ada luka untuk dugaan-dugaan terkait kriminalitas lainnya, kemungkinan Pak Sugeng tergelincir," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, seorang pendaki dilaporkan hilang di Gunung Merbabu pada Sabtu (19/4). Korban diketahui mendaki sendirian melalui jalur Timboa, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali.

"Dia mendaki sendiri melalui jalur Timboa di sisi timur Gunung Merbabu. Jalur ini bukan jalur resmi pendakian di Merbabu, jadi ya nggak ada izinnya. Iya, ilegal," jelas asubbag TU Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb), Nurpana Sulaksono, dikonfirmasi detikJateng Senin (21/4).

Sugeng Parwoto sempat berkemah di Pos 5 bersama 7 pendaki lain yang bertemu di pos tersebut. Namun pada Sabtu dini hari sekitar pukul 01.30 WIB, terjadi badai. Kemudian pagi harinya Sugeng diketahui sudah tidak ada di tempat berikut tenda dan tasnya.

Tim SAR gabungan kemudian melakukan pencarian dan operasi SAR dibuka hingga akhirnya pada Kamis (24/4) pukul 17.30 WIB.

Koordinator Posko Operasi SAR gabungan Basecamp Timboa, Tri Puji Sugiharto, mengatakan Sugeng Parwoto ditemukan sudah meninggal dunia di tebing jurang antara pos 4 dan pos 5. Tebing lokasi penemuan survivor memiliki kemiringan sekitar 80 derajat.

Setelah berhasil dievakuasi, jenazah Sugeng kemudian dibawa ke RSUD dr. Moewardi Solo untuk dilakukan autopsi.




(ams/ams)


Hide Ads