Fakta-fakta di Balik Viral Guru Gunting Seragam Siswa SMP di Sragen

Round-Up

Fakta-fakta di Balik Viral Guru Gunting Seragam Siswa SMP di Sragen

Tim detikJateng - detikJateng
Kamis, 24 Apr 2025 07:00 WIB
Tangkapan layar guru gunting seragang siswa.
Tangkapan layar guru gunting seragang siswa. Foto: Tangkapan layar IG @pembasmi.kehalusan.reall
Solo -

Video seorang guru di di SMP PGRI Sukodono, Sragen, menggunting seragam salah satu siswa, menjadi viral di media sosial. Pihak sekolah, guru yang bersangkutan, Dinas Pendidikan Sragen, hingga orang tua siswa tersebut telah buka suara. Berikut selengkapnya,

Video pengguntingan seragam itu sempat diunggah akun Instagram @pembasmi.kehalusan.reall. Dalam video itu terlihat seragam kemeja putih siswa itu terdapat coretan di bagian belakang.

Penjelasan Kepala SMP

Kepala Sekolah SMP PGRI Sukodono, Sragen, Sutardi, mengonfirmasi momen dalam video itu terjadi di sekolahnya pada 17 Februari lalu. Dia meminta maaf atas viralnya video tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekali lagi mohon maaf, yang pertama membenarkan bahwa video yang telah diunggah itu di sekolah kami. Namun ada beberapa hal yang harus panjenengan ketahui bersama bahwa kejadian itu sudah meminta izin dan diizinkan malah itu dari orang tua," kata Sutardi saat ditemui awak media di SMP PGRI, Sragen, Selasa (22/4/2024).

"Ya, bukan kami sengaja langsung memotong tidak, dari guru kami. Namun itu sudah komunikasi jauh-jauh hari. Karena apa? Karena siswa tersebut nuwun sewu ada beberapa catatan lebih dari tiga kali, kami hitung hampir 8-9 kali melakukan pelanggaran," bebernya.

ADVERTISEMENT

Sutardi menyebut hal itu merupakan permintaan orang tua siswa.

"Orang tua sudah memberikan izin dan itu malah permintaan orang tua. Dan sekali lagi tentu kami mewakili segenap seluruh jajaran pendidikan. Kami mohon maaf yang sebesarnya atas kejadian ini," ucapnya.

Sutardi mengatakan seragam itu merupakan seragam pindahan. Siswa itu juga sudah beberapa kali diberi peringatan agar tak memakai lagi seragam tersebut.

"Untuk seragam sekolah pindah, jadi seragam berbeda. Sudah beberapa kali dikasih tahu, laporan dari Guru BK juga ada tanggal kejadian sudah dilapori orang tua, diminta dari gurunya kalau kejadian tersebut, malah biar tidak dipakai lagi disuruh gunting," ucapnya.

Ditanya mengenai alasan siswa tersebut masih menggunakan seragam, Sutardi mengatakan siswa itu merasa keren.

"Keren, keren," tutur Sutardi menirukan pernyataan siswa ketika ditanya alasan seragam itu masih dipakai.

Bu Guru Minta Maaf

Seorang guru di SMP PGRI Sukodono, Sragen, viral usai memotong seragam milik siswanya. Guru yang menggunting seragam siswa itu mengampu mata pelajaran Seni Budaya dan PPKN. Anggrek Anggraini namanya. Dia telah menjelaskan duduk perkaranya.

"Sebelumnya saya minta maaf atas kecerobohan, keteledoran, dan kelalaian saya. Seharusnya itu tidak saya unggah, tetapi itu saya dokumentasi atas permintaan orang tua siswa," kata Anggrek saat ditemui di SMP PGRI Sukodono, Sragen, Selasa (22/4).

Video tersebut ia unggah karena sebagai bukti untuk diberikan ke orang tua siswa.

"Untuk sebagai bukti bahwasanya memang benar sudah saya potong karena yang menyuruh memotong itu adalah ibu dari siswa begitu," bebernya.

Anggrek mengatakan, selain sebagai bukti, video tersebut juga untuk memberitahu ke anak didiknya. Ia mengatakan jika seragam tersebut yang dicoret-coret bukan milik satu siswa.

"Sebenarnya saya mengunggah tersebut hanya untuk memberitahu ke anak-anak saya saja, ke anak-anak saya saja kan yang diorek-orek nggak cuma siswa tersebut, ada beberapa anak juga dan saat ini juga masih dalam penanganan guru BK," bebernya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Anggrek menyebut video itu diunggah pada Februari 2025 dan sudah mendapat restu dari orang tua siswa.

"Kalau dipotong itu atas perintah dari ibu anak tersebut, begitu. Kalau gambarnya (coretan di baju) agak kurang jelas itu seperti ada geng-gengan seperti itu, ada geng-gengan terus tulisan itu berkalimat kan, maaf, seperti wanita itu nggak baik gitulah intinya," jelasnya.

Ia menyebut coretan itu terdapat pada seragam bagian belakang dan bagian celana siswa.

"Coretan celananya ada kecil-kecil tulisan satu sama di bagian belakang baju itu di bagian bawah total. Sudah diberikan seragam sekolah yang sekarang, katanya nggak mau pakai karena bilang keren. Akhirnya ibunya chat saya gunting saja," jelasnya.

Ia sempat mengunggah video itu di akun media sosialnya pada 19 Februari 2025. Usai membagikan video itu, dirinya langsung menghapus.

Anggrek menyebut jika siswa tersebut mempunyai catatan buruk di sekolah. Seperti sering bolos dan siswa yang ngeyel.

"Semua guru memperhatikan ke anak-anak, dan lebih dikhususkan, mohon maaf, anak-anak seperti anak sering bolos kita lebih dekati tapi sering ngeyel dan gladrah gitu," ucapnya.

"Dipanggil guru BK tiga kali ada catatan. Terus ada lagi panggilan panggilan yang bolos banyak banget dan buku BK dipenuhi catatan siswa itu," jelasnya.

Ditanya mengapa siswa tersebut tidak memotong bajunya sendiri, ia menegaskan jika mendapat mandat dari orang tua untuk menggunting seragam itu sendiri.

"(Kenapa tidak dipotong oleh siswa sendiri?) Tidak. Karena kami yang diperintahkan orang tuanya yang memotong Bu Anggrek saja," bebernya.

Usai kejadian itu, perilaku siswa tersebut mengalami perubahan namun masih sering terlambat datang ke sekolah.

"Kalau perilaku secara global ada banget, perubahan lebih baik dan lebih taat kepada aturan terutama pada seragam dan takut bolos. Kalau di siswa tersebut masih sering telat saja, dan kami maklumi jarak tempuhnya kan jauh. Terus kami peringatkan tapi masih sering telat," ujar dia.

Anggrek juga mengatakan dirinya siap menerima sanksi setelah mengunggah video tersebut.

"Saya siap dengan sanksi apa pun dan atas perlakuan saya," kata dia.

Disdik Sragen Buka Suara

Sementara itu Dinas Pendidikan (Disdik) Sragen menyebut Anggrek masih magang dan belum layak mengajar.

"Mbak Anggrek ini sebenarnya masih magang ya, bahasa kami. Beliau itu belum sarjana. Dia baru kuliah semester 6," kata Kabid Pembinaan Guru dan Tenaga Pendidik Disdik Sragen, Tri Giyanto saat ditemui wartawan di SMP PGRI Sukodono, Selasa (22/4/2025).

"Jadi kalau secara administrasi kepegawaian beliau belum layak mengajar karena baru proses kuliah," sambungnya.

Tri mengatakan, meski Anggrek sudah mengantongi izin dari orang tua siswa untuk menggunting baju, tapi aksinya itu melanggar kode etik guru.

"Ya walaupun sudah sudah izin orang tua, sudah komunikasinya baik, memang terampil tadi sudah saya periksa. WhatsApp dengan orang tua juga betul, tidak ada kebohongan, tanggalnya juga pas. Kemudian ada satu hal yang kami pesankan pada Bu Anggrek dan teman-teman di PGRI Sukodono bahwasanya yang dilanggar adalah kode etik guru," jelasnya.

Menurut Tri, guru harus bertindak secara profesional, salah satunya memberikan tindakan kepada siswa tidak di depan umum.

"Bahwa guru harus bertindak profesional ketika ada anak seperti itu. Profesional ya mestinya tidak di depan umum, tidak diberikan hukuman yang dilihat oleh banyak orang," tuturnya.

Seharusnya, kata Tri, pengajar memberikan teguran ataupun bimbingan secara pribadi di ruangan.

"Mereka kan ada pembimbingan pribadi, dimasukkan ke ruangan, berikan nasihat, kalau perlu orang tuanya dihadirkan di situ. Tidak harus dokumentasi," bebernya.

Untuk itu, Tri akan menyampaikan ke pihak yayasan untuk memberikan imbauan atau teguran kepada yang bersangkutan.

"Nah, karena memang ngapunten (maaf) ini kami sampaikan ini adalah ke yayasan, sehingga kami bisanya ya memberikan imbauan dan nanti teguran dari pimpinan. Mungkin kami rekomendasikan bapak kepala dinas untuk komunikasi dengan pihak yayasan, untuk memperhatikan SDM yang bisa masuk ke sana. Ternyata bisa dikatakan seorang yang belum lulus saja sudah jadi kesiswaan kan menjadi hal yang menjadi PR kita," jelasnya.

"Sekali lagi nanti sanksi ya karena pihak yayasan bisanya hanya komunikasi, koordinasi, salah satunya adalah memberikan rekomendasi dan pertimbangan bahwa untuk perekrutan guru dan tenaga pendidikan harus profesional," imbuh Tri.

Ortu Siswa Klarifikasi

Menurut orang tua siswa tersebut, guru bernama Anggrek itu sebelumnya sudah menelepon untuk memberi kabar.

Ayah siswa tersebut, Dwi (47) mengatakan permintaan untuk menggunting seragam itu justru datang dari istrinya. Dwi bilang, bu guru itu sempat menelepon istrinya.

"Cuma diam tapi nggak mau denger gitu. Waktu Bu Anggrek telepon istri saya suruh ngasih tahu, 'ya udah bu sebenarnya udah dibeliin baju baru tapi kalau dikasih tahu nggak mau denger ya dipotong saja'," kata Dwi menirukan ucapan istrinya, Selasa (22/4/2025).

Dwi mengatakan anaknya sudah dibelikan seragam sekolah SMP PGRI, tapi tetap menolak memakainya. Setelah berulang kali ditegur, pihak sekolah akhirnya menghubungi orang tuanya.

"Kalau beliin kapan kami lupa, tapi komunikasi dengan sekolah. Jadi dari pihak sekolah WA ke istri saya," ucapnya.

Dwi menyebut anaknya memang mempunyai catatan buruk di sekolah.

"Anak kedua dari tiga bersaudara. (Bandel?) Iya, dari sekolahan SMP Islam Mondokan 2 itu kan dikeluarkan. Terus masuk di PGRI," bebernya.

"Masuk PGRI nggak berubah, kalau dikasih tahu diem nggak ngelawan. Istilahnya kalau orang Jawa ndablek," sambung dia.

Setelah seragamnya digunting bu guru, siswa itu akhirnya mengenakan seragam baru.

"(Setelah seragam digunting masih dipakai?) Nggak, dia pakai seragam baru. Harusnya kalau di PGRI itu kan sini atas putih bawah biru, tapi itu enggak putih putih karena itu seragam dari SMP Islam bukan seragam PGRI," jelas Dwi.

Dwi menegaskan dirinya tidak mempersoalkan tindakan bu guru yang menggunting seragam anaknya.

"(Kami) Menerima, justru diminta, karena kita udah kasih tahu baik-baik tetap nggak nurut orang tua. Istri saya kan minta motong," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(dil/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads