Biografi RA Kartini, Sosok Pejuang Emansipasi Wanita Indonesia

Biografi RA Kartini, Sosok Pejuang Emansipasi Wanita Indonesia

Nur Umar Akashi - detikJateng
Senin, 21 Apr 2025 08:45 WIB
Tempat tanggal lahir RA Kartini atau lebih dikenal Raden Ajeng Kartini kerap kali dicari menjelang Hari Kartini. Informasi selengkapnya dapat dicek di sini.
RA Kartini. Foto: https://anri.sikn.go.id/
Solo -

Hari Kartini muncul berkat perjuangan seorang pahlawan nasional wanita Indonesia bernama Raden Ajeng Kartini. Biarpun sudah lama tiada, namanya tetap harum dan terus dikenang sampai sekarang.

Indonesia memiliki banyak pahlawan nasional wanita yang hebat. Perjuangan para pahlawan tersebut tidak terbatas dengan cara mengangkat pedang atau bambu runcing, melainkan juga bidang lain. Contoh mudahnya adalah RA Kartini yang berjuang memajukan wanita Indonesia.

Kala itu, wanita-wanita Indonesia seperti berada dalam kurungan. Mereka tidak berhak menempuh pendidikan, kecuali wanita dari keluarga berada. Kebanyakan wanita dipersiapkan untuk menjadi seorang istri tanpa punya hak untuk mengenyam pendidikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kartini hadir dengan pemikiran-pemikirannya untuk mengembalikan hak-hak dasar tersebut. Oleh karena itu, sosoknya senantiasa terkenang oleh masyarakat Indonesia sebagai orang yang memperjuangkan emansipasi wanita.

Seperti apa sosoknya? Di bawah ini detikJateng siapkan biografi RA Kartini bagi detikers. Selamat membaca!

ADVERTISEMENT

Keluarga RA Kartini

Disadur dari buku Biografi Pahlawan Kusuma Bangsa oleh Ria L, Kartini adalah putri dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan Mas Ajeng Ngasirah. Ia lahir pada 21 April 1879 di Jepara.

Kartini sendiri adalah anak keempat dari delapan orang bersaudara. Secara urut, saudara-saudara kandung Kartini adalah Raden Mas Slamet, Raden Mas Boesono, Raden Mas Kartono, Raden Ajeng Kardinah, Raden Mas Moeljono, Raden Ajeng Soematri, dan Raden Mas Rawito.

Selain saudara kandung, Kartini juga memiliki tiga saudara tiri, yakni Raden Ajeng Soelastri, Raden Ajeng Roekmini, dan Raden Ajeng Kartinah. Ketiganya adalah karunia yang diberikan Tuhan kepada ayah Kartini, RMAA Sosroningrat, dengan Raden Ajeng Woerjan, putri bupati Jepara kala itu.

Lompat ke depan, RA Kartini menikah dengan bupati Rembang, KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, sebagaimana informasi dari SMP Negeri 3 Cisauk. Keduanya menikah pada 12 November 1903.

Dengan hubungan tersebut, Kartini dan Singgih Djojo Adhiningrat dikaruniai seorang anak bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Putra pertama sekaligus terakhir Kartini tersebut lahir pada 13 September 1904.

Selang 4 hari setelah melahirkan, RA Kartini tutup usia pada umur 25 tahun. Jenazahnya disemayamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Sosoknya yang penting bagi Indonesia meninggal dalam usia relatif muda.

Pendidikan RA Kartini

Dirangkum dari buku Sisi Lain Kartini tulisan Djoko Marihandono dkk, Kartini memulai pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) atau sekolah dasar Eropa. Selama bersekolah di ELS, Kartini terkenal sebagai seorang murid yang pandai. Tak hanya sekolah, Kartini kecil juga belajar banyak hal, seperti membaca Al-Quran, menjahit, dan menyulam.

Lulus pada 1892, Kartini ingin melanjutkan pendidikan ke HBS (Hogere Burgerschool) di Semarang. Namun, permintaan tersebut ditolak mentah-mentah oleh sang ayah. Bahkan, Kartini berlutu di hadapan ayahnya, tetapi tetap mendapat penolakan.

Sebelumnya, Kartini pernah mendapat tawaran untuk melanjutkan pendidikan ke Belanda. Kendati begitu, Kartini merasa ragu untuk menyetujui kesempatan tersebut karena lingkungan tempat tinggalnya.

Pada usia 13 tahun, alih-alih menjajaki dunia pendidikan tingkat menengah alias SMP, Kartini justru belajar menjadi putri bangsawan sejati. Berbagai perilaku khas seorang putri dipelajarinya, mulai dari berbicara dengan halus dan lirih, berjalan setapak demi setapak, dan menundukkan kepala terhadap anggota keluarga yang lebih tua.

Karena 'dikurung' di rumah selama menjalani pingitan, Kartini banyak menghabiskan waktu dengan membaca berbagai macam buku. Hal ini juga didukung oleh sang ayah yang kemudian berlangganan kotak bacaan berisikan buku, koran, dan majalah, baik dari dalam maupun luar negeri setiap minggu.

Selama masa pingitan yang berlangsung kurang lebih 4 tahun tersebut, Kartini banyak menulis pemikirannya dalam bentuk surat. Surat-surat tersebut dikirimkan kepada sahabat-sahabat Belandanya, seperti Rosa Abendanon. Kelak, kumpulan surat Kartini diterbitkan dalam buku bertajuk Habis Gelap Terbitlah Terang.

Kartini sempat berhasil mendapatkan beasiswa ke Batavia dengan tunjangan sebesar 200 gulden per bulan. Namun, tawaran tersebut ditolak karena ia sudah terlanjur menikah. Beasiswa tersebut kemudian dialihkan ke orang lain.

Makna Perjuangan RA Kartini

Selama napas masih dikandung badan, Kartini sudah melakukan banyak hal bagi kebaikan bangsanya, terkhusus di daerah Jepara. Ia berhasil menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat seperti kemiskinan para pengrajin ukir di Kampung Belakanggunung.

Tak hanya itu, Kartini juga memperjuangkan pendirian sekolah khusus para gadis kepada pemerintah Hindia Belanda. Izin diberikan dan pada Juni 1903, sekolah tersebut sukses berdiri. Kartini sendiri langsung terjun sebagai seorang pengajar.

Perjuangan paling penting dari Kartini adalah buah pikirannya untuk memajukan wanita Indonesia. Beberapa makna perjuangan RA Kartini, sebagaimana dikutip laman Indonesia Baik, adalah:

  • Perempuan mendapat kesetaraaan dalam pendidikan.
  • Perempuan bisa berkarya dalam scope yang lebih lebar. Artinya, perempuan tidak selamanya harus berakhir di dapur dan mengurus rumah. Alih-alih, para perempuan bisa mewujudkan mimpi maupun berekspresi secara bebas.
  • Perempuan harus percaya diri dalam menempuh perjalanan kariernya. Stereotip-stereotip yang bernada merendahkan mesti dilawan dengan prestasi.

Demikian profil singkat RA Kartini yang perlu detikers ketahui. Pasalnya, sebagaimana ucapan Bung Karno, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya,". Selamat Hari Kartini 21 April 2025!

Simak Video 'Ingat! Perempuan Gratis Naik TransJakarta, MRT dan LRT Hari Ini':

(par/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads