Untuk dapat menghidupkan malam 15 Syaban yang mulia dan penuh ampunan, umat Islam dianjurkan untuk memahami niat dan tata cara sholat Nisfu Syaban. Sebagian ulama menganjurkan ibadah ini dilaksanakan sebanyak 100 rakaat atau 14 rakaat. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa pelaksanaannya cukup 2 rakaat saja.
Tahun ini, malam Nisfu Syaban bertepatan dengan Kamis, 13 Februari 2025. Jika dilihat pada Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang diterbitkan Kemenag RI, tanggal 15 Syaban 1446 H memang jatuh pada 14 Februari 2025. Namun, pada penanggalan Hijriah, pergantian hari terjadi ketika matahari terbenam sehingga kita sudah masuk hari berikutnya ketika maghrib tiba.
Sebelum mendirikan sholat sunnah pada malam Nisfu Syaban nanti, sebaiknya kita mempelajari niat dan tata cara sholat Nisfu Syaban terlebih dahulu. Tidak lupa pula, kita juga sebaiknya memahami dalil pelaksanaan ibadah tersebut. Mari simak penjelasan selengkapnya di bawah ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Niat dan Tata Cara Sholat Nisfu Syaban
Sholat Nisfu Syaban dapat dikerjakan secara sendiri maupun berjamaah sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT. Dikutip dari buku 'Ingin Tahu? Sholat' oleh Abdul Salam Mohd Zain, berikut ini adalah niat dan tata cara pelaksanaan sholat Nisfu Syaban yang dapat dijadikan panduan.
1. Membaca Niat Sholat Nisfu Syaban
Sebelum melaksanakan sholat, seorang muslim harus membaca niat dalam hati dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Adapun bacaan niatnya sebagai berikut:
اُصَلِّي سُنَّةَ لَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
Usalli sunnata lailata nisfi Syaban rak'ataini lillahi ta'ala.
Artinya: "Saya melaksanakan sholat sunnah malam Nisfu Syaban dua rakaat karena Allah Ta'ala."
2. Melaksanakan Sholat Nisfu Syaban
Sholat Nisfu Syaban dikerjakan sebanyak dua rakaat seperti sholat sunnah pada umumnya. Berikut ini adalah tata cara pelaksanaannya:
Rakaat Pertama:
- Takbiratul ihram sambil membaca niat dalam hati.
- Membaca doa iftitah (sunnah).
- Membaca Surat Al-Fatihah.
- Membaca Surat Al-Kafirun.
- Ruku' dengan tuma'ninah sambil membaca bacaan ruku'.
- I'tidal dengan tuma'ninah sambil membaca bacaan i'tidal.
- Sujud pertama dengan tuma'ninah sambil membaca bacaan sujud.
- Duduk di antara dua sujud dengan tuma'ninah sambil membaca bacaannya.
- Sujud kedua dengan tuma'ninah.
- Bangkit untuk rakaat kedua.
Rakaat Kedua:
- Membaca Surat Al-Fatihah.
- Membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 10 kali.
- Ruku' dengan tuma'ninah.
- I'tidal dengan tuma'ninah.
- Sujud pertama dengan tuma'ninah.
- Duduk di antara dua sujud dengan tuma'ninah.
- Sujud kedua dengan tuma'ninah.
- Duduk tahiyat akhir dengan membaca tahiyat akhir.
- Mengucapkan salam.
3. Membaca Surat Yasin Setelah Sholat
Setelah sholat selesai, dianjurkan untuk membaca Surat Yasin sebanyak tiga kali dengan niat yang berbeda:
- Bacaan pertama dengan niat memohon umur panjang dan kesehatan dalam ketaatan kepada Allah SWT.
- Bacaan kedua dengan niat memohon kelapangan rezeki yang halal dan berkah.
- Bacaan ketiga dengan niat memohon keteguhan iman dan husnul khatimah.
4. Membaca Doa Nisfu Syaban
Setelah selesai membaca Surat Yasin, dilanjutkan dengan membaca doa khusus Nisfu Syaban. Doa ini merupakan permohonan kepada Allah SWT agar diberikan ampunan, keberkahan, dan kebaikan hidup. Berikut bacaan doanya:
أَللّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْهِ، يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْإِنْعَامِ، لَآإِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَالَّلاجِـءِيْنَ، وَجَارَالْمُسْتَجِيْرِيْنَ، وَأمَانَ الْخَاءِفِيْنَ. أَللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّ أَوْمَحْرُوْمًا أَوْمَطْرُوْدًا أَوْمُقَتَّرًا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ فَامْحُ. اللّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِيْ وَحِرْمَانِيْ وَطَرْدِي وَاقْتَارَ رِزْقِيْ وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ فِى أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَا بِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ: يَمْحُوْا اللّٰهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ. إِلٰهِي بِالتَّجَلِّيِّ الْأَعْظَامِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّم الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ: أَسْأَلُكَ أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لَا نَعْلَمُ وَمَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ، إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعَزُّ الْإِكْرَمُ. وَصَلَّى اللّٰهُ تَعَالَى عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى آلِهٖ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُلِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Allahumma ya dzaal-mannu wa laa yumannu 'alaih, ya dzaal-jalaali wal-ikraam, ya dzaat-tawli wal-in'aam, laa ilaha illa Anta, Zahrallaa jii-uun, wa jaaral-mustajiiriin, wa amaanal-khoo-i-fiin. Allahumma in kunta katabtanii 'indaka fii Ummil-Kitaabi shaqiiyyan aw mahruuman aw maqtuuran 'alayya fir-riqqi, faamh. Allahumma bi-fadlika shaqaa-watii wa hirmaanii wa tar-dii wa iqtaar rizqii. Wa asbitnii 'indaka fii Ummil-Kitaabi saa'idan marzuuqan muwaffaqan lil-khairaat, fa innaka qulta wa qauluka al-haqqu fii Kitaabika alladzii anzalta 'alaa lisaani Nabiyyika al-mursal: 'Yamhullahu maa yasyaaa'u wa yuthbitu, wa 'indahu ummul kitaab.' Ilahi bit-tajalliyyil a'zhoomi fii lailatin-nisfii min syahri syabanal-mukarramil-latii yufraqu fiiha kullu amrin hakiiminw-wa yubramu. As'aluka an takhsyifa 'annaa minal-balaai maa na'lamu wa maa laa na'lamu wa maa anta bihi a'lamu, innaka antal-a'azzul-ikram. Wa sallallahu ta'ala 'ala sayyidinaa Muhammadin wa 'ala aalihi wa sahbihi wa sallam, wal-hamdu lillahi rabbil-'aalamiin.
Artinya: "Ya Allah, wahai Dzat yang memiliki segala karunia, yang tidak ada yang bisa memberi karunia-Nya, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan, wahai Dzat yang memiliki keluasan pemberian dan kenikmatan. Tidak ada ilah selain Engkau, tempat berteduh bagi para pencari perlindungan, pelindung bagi yang meminta perlindungan, dan aman bagi yang takut. Ya Allah, jika Engkau telah menuliskan keadaanku dalam Kitab-Mu sebagai orang yang celaka, terhalang, diusir, atau ditentukan rezekiku dengan baik, maka hapuslah. Ya Allah, dengan karunia-Mu, hapuslah kecelakaan, kehilangan, pengusiran, dan pemotongan rezekiku. Tetapkanlah aku di sisi-Mu dalam Kitab-Mu sebagai orang yang bahagia, diberkahi, dan diberi keberuntungan dalam melakukan kebaikan. Sesungguhnya, Engkau berfirman dan firman-Mu adalah benar, sebagaimana yang terdapat dalam Kitab-Mu yang diucapkan oleh Nabi-Mu yang diutus: 'Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan, dan di sisi-Nya terdapat Kitab Utama.' Ya Tuhanku, dengan kemuliaan yang nyata dalam malam nisfu Syaban yang penuh keutamaan, di mana setiap urusan yang bijaksana diatur dan ditentukan, aku memohon kepada-Mu untuk menghilangkan dari kami segala bencana yang kami ketahui dan tidak kami ketahui, karena Engkau-lah yang lebih mengetahui. Sungguh, Engkau adalah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemurah. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada junjungan kita, Nabi Muhammad, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, dan segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam."
Dalil Pelaksanaan Sholat Nisfu Syaban
Dikutip dari laman resmi Nahdlatul Ulama, Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya 'Ulumuddin menyebutkan anjuran untuk melaksanakan sholat sunnah di malam Nisfu Syaban. Beliau bahkan menjelaskan tata cara pelaksanaannya:
"Adapun sholat sunnah Syaban adalah malam kelima belas bulan Syaban. Dilaksanakan sebanyak seratus rakaat. Setiap dua rakaat satu salam. Setiap rakaat setelah Al-Fatihah membaca Qulhuwallahu ahad sebanyak 11 kali. Jika mau, seseorang dapat sholat sebanyak 10 rakaat. Setiap rakaat setelah Al-Fatihah membaca Qulhuwallahu ahad 100 kali. Ini juga diriwayatkan dalam sejumlah sholat yang dilakukan orang-orang salaf dan mereka sebut sebagai sholat khair. Mereka berkumpul untuk menunaikannya. Mungkin mereka menunaikannya secara berjamaah." (Ihya 'Ulumiddin, Jilid 1, hal. 203).
Al-Ghazali mendasarkan pendapatnya pada riwayat dari Al-Hasan:
"Diriwayatkan dari Al-Hasan. Dikatakannya, 'Telah meriwayatkan kepadaku tiga puluh sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Sungguh orang yang menunaikan sholat ini pada malam ini (nisfu Syaban), maka Allah akan memandangnya sebanyak tujuh puluh kali dan setiap pandangan Dia akan memenuhi tujuh puluh kebutuhan. Sekurang-kurangnya kebutuhan adalah ampunan.'" (Ihya 'Ulumiddin, Jilid 1, hal. 203; Qutul Qulub, hal. 114).
Hadits lain yang juga sering dikaitkan dengan keutamaan malam Nisfu Syaban adalah:
"Jika malam Nisfu Syaban datang, maka bangunlah di malam harinya, dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah pada malam itu turun ke langit dunia hingga terbit malam hari. Dia berfirman, 'Ingatlah, adakah yang memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya. Adakah yang memohon rezeki, niscaya Aku akan memberinya. Adakah yang sedang ditimpa ujian, niscaya Aku akan menyelamatkannya. Begitu seterusnya, hingga terbit fajar.'" (HR. Ibnu Majah).
Meskipun hadits ini lemah, banyak riwayat lain yang menguatkannya, seperti hadits dari Imam Ahmad:
"Allah senantiasa memperhatikan makhluk-Nya pada malam Nisfu Syaban. Maka Dia akan mengampuni hamba-hamba-Nya kecuali dua: hamba yang saling bermusuhan dan yang membunuh." (HR. Ahmad).
Pendapat yang Menolak Sholat Nisfu Syaban
Masih dikutip dari laman resmi Nahdlatul Ulama, sebagian ulama menolak sholat sunnah Nisfu Syaban, terutama yang berjumlah 100 atau 14 rakaat, karena hadits-hadits yang mendasarinya dianggap batil atau maudhu' (palsu). Imam Al-Iraqi, pentakhrij hadits Ihya 'Ulumuddin, menyatakan bahwa hadits tentang sholat Nisfu Syaban ini adalah batil.
Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu' Syarhul Muhadzdzab juga menegaskan bahwa sholat Nisfu Syaban dengan jumlah rakaat tertentu adalah bid'ah dan munkar:
"Kesepuluh adalah sholat yang dikenal dengan Sholat Ar-Ragha'ib, yaitu 12 rakaat yang dilaksanakan antara maghrib dan isya pada malam Jumat pertama bulan Rajab dan sholat malam Nisfu Syaban sebanyak 100 rakaat. Dua sholat ini adalah bid'ah, munkar, dan buruk. Jangan tertipu dengan penyebutan dua sholat dalam kitab Qutul Qulub dan Ihya 'Ulumiddin'." (Al-Majmu' Syarhul Muhadzdzab, Jilid 4, hal. 56).
Hadits yang menyatakan Rasulullah melakukan sholat 14 rakaat di malam Nisfu Syaban juga ditolak oleh para ahli hadits. Al-Ghumari menilai hadits ini maudhu', sebagaimana dinyatakan oleh Al-Baihaqi:
"Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada malam Nisfu Syaban bangun dan sholat sebanyak 14 rakaat. Kemudian, setelah selesai, beliau duduk lalu membaca Surat Al-Fatihah sebanyak 14 kali, membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 14 kali, membaca Al-Falaq sebanyak 14 kali, membaca Surah An-Nas sebanyak 14 kali, membaca Ayat Kursi sekali. Usai sholat, aku menanyakannya. Rasulullah menjawab, 'Siapa saja yang menunaikan seperti apa yang aku tunaikan, maka ia akan mendapat pahala 20 haji mabrur, pahala puasa 20 tahun yang diterima.' Hadits ini juga maudhu' sebagaimana yang dinaskan oleh Al-Baihaqi dan yang lain." (Madza fi Syaban, hal. 116).
Selain itu, dalam buku Panduan Sholat Wajib & Sunnah Sepanjang Masa Rasulullah SAW oleh Ustadz Arif Rahman (2016), disebutkan bahwa ada beberapa sholat sunnah yang diriwayatkan dalam Ihya 'Ulumiddin yang tidak mendapat dukungan dari jumhur ulama karena bersumber dari hadits-hadits yang sangat lemah atau palsu. Salah satunya adalah sholat Nisfu Syaban 100 rakaat.
Demikian penjelasan lengkap mengenai niat dan tata cara sholat Nisfu Syaban beserta dalil pelaksanaannya. Semoga bermanfaat.
(sto/apu)