Pantai Caruban di Desa Gedongmulyo, Kecamatan Lasem, Rembang digerus abrasi. Akibatnya, pantai sepanjang hampir satu kilometer itu kini kondisinya memprihatinkan.
Imbasnya, salah satu objek wisata pantai andalan Kota Rembang ini menjadi sepi pengunjung. Karena arena tempat bersantai porak poranda disapu abrasi.
Humas BUMDes 'Bakti Mulyo' Desa Gedongmulyo, Turiono menerangkan, abrasi yang mengikis pantai itu sudah berlangsung tiga tahun terakhir. Garis pantai itu kini mengalami kemunduran sejauh 10 meter dari titik sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau abrasi ini sudah lama. Ada sekitar tiga tahunan ini. Yang paling parah ini. Iya, kan (garis pantainya) terus mundur sampai sini. Ini ada sekitar 10 meteran. Dulu sudah dikasih penahan ombak dari kantong besar itu sama BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) tapi masih gini," ujar Turiono saat ditemui detikJateng di lokasi pantai, Selasa (11/2/2025).
"Semenjak abrasi ini jadi sepi pengunjungnya. Gazebo-gazebo pada ambruk. Tahun 2023 itu pendapatan (Pengelola) dari sini sampai Rp 100 juta, tapi 2024 ini turun 50 persen. Dapat Rp 50 juta. Itu per tahun. Pedagang-pedagang di sini juga pada mengeluh semua. Pendapatannya sepi," imbuhnya.
Pantauan detikJateng di lokasi pantai, kondisinya memang memprihatinkan. Kondisinya kini sepi pengunjung. Para pedagang di sana tampak termangu sambil menunggu kedatangan wisatawan.
Sejumlah pohon cemara laut yang ditanam di tepi pantai banyak yang roboh. Puing-puing material bekas gazebo yang ambruk, beberapa masih tersisa di tepi pantai.
Warga setempat swadaya melakukan penanganan sementara dengan membuat penahan ombak menggunakan potongan bambu yang dipancang berjajar, serta menggunakan karung bekas yang diisi pasir.
Omzet Pedagang Turun
Salah satu pelaku UMKM, pedagang di Pantai Caruban Ika Riskawati, mengaku sebelumnya sehari ia mampu meraih omzet Rp 700 ribu. Namun semenjak Pantai Caruban porak poranda digerus abrasi, menjadi turun drastis.
Belum lagi inisiatif yang dilakukan para pedagang membuat tanggul berbekal karung bekas diisi pasir untuk menahan hantaman ombak.
"Sekarang cuman Rp 100 ribu Rp 200 ribu aja. Sebelum kayak gini sehari kadang bisa dapat Rp 600 ribu-700 ribu. Ini pedagang-pedagang pada bikin tanggul sendiri-sendiri. Sampai habis Rp 1 juta, ada yang lebih," ungkap Ika.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik, Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Kabid KLRR) BPBD Rembang, Puji Widodo, saat dimintai konfirmasi detikJateng terkait abrasi di Pantai Caruban mengatakan, memang abrasi di Pantai Caruban merupakan salah satu titik yang paling parah.
Selain di Caruban, titik abrasi yang paling parah juga terdapat di Desa Sumbersari, Kecamatan Kragan, yang mengakibatkan satu unit rumah milik warga rusak.
Menurutnya, setiap musim baratan seperti sekarang memang imbasnya selalu abrasi. Ini terjadi hampir di pesisir Rembang. Mulai dari Pesisir Kecamatan Kaliori di wilayah Rembang barat hingga ke wilayah Rembang bagian timur di Kecamatan Sarang.
"Terkait abrasi pada umumnya sepanjang pantai di Rembang mulai dari Kaliori hingga Sarang abrasi. Ini tak lepas dari musim baratan. Mulai awal Desember memang sudah terjadi di beberapa titik. Termasuk yang paling parah di Caruban itu," terang Puji saat dihubungi detikJateng.
![]() |
BPBD Mengaku Dilematis
"Paling parah lagi di Kragan itu langsung bersinggungan sama permukiman warga. Di Kragan di Sumbersari, satu rumah yang belakang itu rusak. Kemudian di Blimbing, Sluke juga terdampak," sambungnya.
Disinggung terkait penanganan abrasi yang di Pantai Caruban, pihak BPBD Rembang sebenarnya sudah melakukan penanganan dengan menggunakan sistem geobag pada 2024 kemarin, namun masih bersifat sementara.
Pihaknya mengaku dilematis untuk melakukan penanganan yang sifatnya permanen, yakni dengan membangun tanggul laut menggunakan beton. Sebab di kawasan Pantai Caruban adalah lokasi objek wisata, sehingga ketika dilakukan pembetonan akan berdampak terhadap lanskap pantai di sana.
"Kalau tidak ditangani secara permanen memang cukup berat. Karena di situ kawasan wisata. Jadi ketika nanti dibangun tanggul beton khawatirnya berdampak pada wisata pantai itu sendiri," terang Puji.
"Nah untuk (Penanganan) 2025 ini kami belum tahu persis. Setelah ada kebijakan efisiensi itu apakah berdampak pada penanganan itu apa ndak. Itu kami masih belum tahu," pungkasnya.
(apu/apu)