- Naskah Drama Pendek #1: Harta yang Terbuang
- Naskah Drama Pendek #2: Terburu-buru ke Sekolah
- Naskah Drama Pendek #3: Tabungan untuk Masa Depan
- Naskah Drama Pendek #4: Hikmah dalam Ibadah
- Naskah Drama Pendek #5: Jalan Hidup
- Naskah Drama Pendek #6: Pena Ajaib
- Naskah Drama Pendek #7: Memaafkan untuk Menyembuhkan
Pertunjukan drama kerap dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari teater kota dengan segala gemerlapnya, hingga ruang kelas sekolah. Nah, teruntuk detikers yang tengah membutuhkan, di bawah ini beberapa contoh naskah drama pendek!
Mengacu pada definisi dalam buku 'Think Smart Bahasa Indonesia' karya Ismail Kusmayadi, drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan memperlihatkan kehidupan dengan menggambarkan konflik dan perasaan melalui tindakan dan percakapan.
Lebih lanjut, naskah drama atau teks drama merupakan teks yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia melalui tingkah laku yang dipentaskan sebagaimana penjelasan dari laman Direktorat SMP Kemdikbud.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun unsur-unsur yang terkandung di dalamnya terdiri atas alur, penokohan, bahasa, dialog, dan latar. Nah, agar memudahkan, di bawah ini telah detikJateng siapkan beberapa contoh naskah drama pendek pelbagai tema yang masing-masingnya memiliki pesan moral.
Naskah Drama Pendek #1: Harta yang Terbuang
Di dapur, tampak meja dengan setumpuk makanan sisa tak tersentuh. Sarah duduk di kursi sambil menatap layar ponselnya. Ibunya memasuki dapur dengan ekspresi kesal.
Ibu: (dengan suara tegas) Sarah, ini sudah yang kesekian kalinya kamu meninggalkan makanan begitu saja. Apa yang sedang kamu pikirkan?
Sarah: (bersikap acuh) Maaf, Ibu. Aku hanya tidak lapar lagi.
Ibu: Tidak lapar lagi? Sarah, ada begitu banyak anak di luar sana yang tidak mendapatkan makanan secukupnya setiap hari. Kamu harus bersyukur atas apa yang kamu miliki. Bagaimana mungkin kamu mengabaikannya begitu saja?
Sarah: Tapi aku benar-benar tidak bisa makan lagi.
Ibu: Ini saja tidak habis. Kenapa kamu tidak memberi tahu ibu jika kamu sudah kenyang?
Sarah: Maaf, Ibu. Tidak ada maksudku untuk menyia-nyiakan makanan.
Ibu: Sarah, setiap makanan yang kita buang bukan hanya limbah belaka. Itu adalah harta yang terbuang. Kita harus belajar menghargai setiap makanan yang ada di meja kita.
Sarah: Baik, ibu. Maafkan perilaku Sarah yang kurang pantas. Tidak sepatutnya makanan seenak ini untuk dibiarkan begitu saja.
Ibu: Baiklah. Ayo bersihkan meja ini bersama-sama. Kita bisa menyimpan sisa makanan untuk dimakan nanti atau untuk diberikan kepada yang membutuhkan.
Mereka berdua membersihkan meja sambil berbincang-bincang. Suasana menjadi lebih hangat dan penuh pengertian. Selesai.
Naskah Drama Pendek #2: Terburu-buru ke Sekolah
Andi datang sembari berlari sekuat tenaga. Sebab, tak lama lagi, gerbang sekolah akan tertutup berbarengan dengan bunyi bel. Sementara itu, rekan Andi, Maya, sedang menantinya di balik gerbang.
Maya: Eh, Andi, kayaknya telat lagi, nih!
Andi: Hai, Maya! Iya nih, jangan tanya kenapa, semalam nonton pertandingan bola terus lupa bangun.
Maya: (tertawa kecil) Waduh, nonton bola lagi! Untung saja hari ini kamu hanya terlambat 1 menit. Eh, tapi biasanya kamu lebih telat lagi, sih.
Andi: Iya, tapi nggak tau kenapa, hari ini kok kayaknya jamnya lebih cepat dari biasanya.
Maya: Mungkin kamu perlu beli jam baru yang bisa kasih sinyal kerasan, deh! Yuk lari ke kelas, sebentar lagi pasti Pak Budi sudah masuk!
Keduanya berlari ke kelas mereka. Di dalam, Pak Budi sudah duduk di mejanya. Melihat kedatangan kedua muridnya, ia menyeringai.
Pak Budi: Andi, apa lagi alasan kamu hari ini untuk terlambat?
Andi: Maaf, Pak Budi. Alarm saya nggak bunyi tadi pagi.
Pak Budi: (sambil menggeleng-gelengkan kepala) Ini sudah yang keberapa kali, Andi? Kamu harus lebih bertanggung jawab, tahu!
Andi: (mengangguk-angguk) Iya, Pak. Saya janji, nggak bakal terulang lagi.
Pak Budi: (serius) Baiklah, ini kesempatan terakhir. Kalau terlambat lagi, kamu harus ngomong langsung sama Kepala Sekolah.
Pak Budi memulai pelajaran, sementara Andi dan Maya duduk dengan perasaan bersalah.
Maya: (berbisik) Waduh, Andi, serius deh. Ini yang keberapa kali kamu telat masuk?
Andi: (menggeleng-geleng) Aku juga nggak tau kenapa selalu terlambat. Mungkin gara-gara waktu itu terlalu cepat berlalu.
Maya: (bercanda) Ati-ati, nanti keburu berlalu juga masa remajamu!
Mereka berdua tertawa kecil. Suasana kelas menjadi lebih ringan.
Naskah Drama Pendek #3: Tabungan untuk Masa Depan
Di ruang kerja Pak Bambang. Suci mendekati meja Pak Bambang dengan raut wajah yang antusias.
Suci: (dengan sopan) Selamat pagi, Pak Bambang. Apakah saya bisa mengganggu sebentar?
Pak Bambang: (ramah) Tentu, Suci. Ada yang bisa saya bantu?
Suci: (sambil duduk) Saya ingin mendiskusikan tentang menabung, Pak. Saya ingin belajar lebih banyak tentang bagaimana cara yang tepat untuk menabung.
Pak Bambang: (tersenyum) Tentu, itu keputusan yang cerdas untuk masa depanmu, Suci. Pertama-tama, apakah kamu memiliki tujuan tertentu dalam menabung?
Suci: (memikirkan sejenak) Ya, Pak. Saya ingin menabung untuk keperluan pendidikan adik-adik saya dan juga untuk dana darurat pribadi.
Pak Bambang: (mengangguk) Baik, memiliki tujuan yang jelas adalah langkah pertama yang baik. Selanjutnya, kamu perlu membuat anggaran bulanan untuk mengatur pengeluaran dan menentukan berapa jumlah yang bisa kamu sisihkan untuk ditabung.
Suci: (mencatat) Saya akan mencoba membuat anggaran yang lebih teratur, Pak.
Pak Bambang: (meyakinkan) Bagus. Selain itu, penting juga untuk memilih produk tabungan yang sesuai dengan kebutuhanmu. Pastikan untuk membandingkan suku bunga dan biaya administrasi yang ditawarkan oleh berbagai bank.
Suci: (mengangguk) Saya akan meluangkan waktu untuk melakukan riset lebih lanjut, Pak.
Pak Bambang: (tersenyum) Terakhir, jangan lupa untuk konsisten dan disiplin dalam menabung. Bahkan dengan jumlah kecil, jika dilakukan secara teratur, akan memberikan hasil yang besar di masa depan.
Suci: (bersyukur) Terima kasih banyak atas nasehatnya, Pak Bambang. Saya akan segera mulai menerapkan langkah-langkah yang telah Anda berikan.
Pak Bambang: (tersenyum) Sama-sama, Suci. Semoga langkah-langkah kecil ini membawa kamu ke arah masa depan yang lebih baik.
Mereka berdua tersenyum satu sama lain, dan Suci pergi dengan semangat untuk memulai perjalanan menabungnya.
Naskah Drama Pendek #4: Hikmah dalam Ibadah
Di sudut jalan yang sepi, Ustadz Ridwan sedang duduk di bangku taman membaca Al-Quran. Dito, seorang preman jalanan, lewat dan memperhatikan Ustadz Ridwan dengan rasa ingin tahu. Ia penasaran apa gunanya membaca Al-Quran di pinggir jalan.
Dito: (memperhatikan dengan heran) Hei, Ustadz! Apa yang kamu lakukan di sini?
Ustadz Ridwan: (tersenyum ramah) Saya sedang membaca Al-Quran, sahabat. Ini adalah salah satu bentuk ibadah yang saya lakukan setiap hari.
Dito: (bercanda) Al-Quran? Apa gunanya membaca kitab suci itu di sini di tengah jalanan?
Ustadz Ridwan: (tenang) Ibnu Mas'ud pernah berkata, "Sesungguhnya hati itu berkarat seperti besi, dan Al-Quran itu adalah penggosok karatnya." Membaca Al-Quran membantu membersihkan hati kita dari kegelapan dan kesesatan, bahkan di tempat-tempat yang tidak terduga seperti ini.
Dito: (memikirkan kata-kata ustadz) Hati yang berkarat... Aku mungkin punya banyak karat dalam hatiku.
Ustadz Ridwan: Setiap orang memiliki kesempatan untuk membersihkan hatinya, sahabat. Tidak ada kesalahan yang terlalu besar untuk diampuni oleh Allah jika kita sungguh-sungguh bertaubat dan berusaha melakukan kebaikan.
Dito: Tapi, bagaimana aku bisa membersihkan hatiku? Aku telah melakukan begitu banyak hal yang salah.
Ustadz Ridwan: (mengulurkan tangan) Mari, sahabat. Mulailah dengan shalat bersama-sama. Shalat adalah sarana yang kuat untuk berkomunikasi dengan Allah dan memohon ampunan-Nya.
Dito ragu, namun akhirnya menerima tangan ustadz dan mereka berdua shalat bersama di sudut jalan yang sepi. Setelah selesai shalat, Dito terlihat lebih tenang dan bersemangat.
Dito: (dengan penuh keyakinan) Terima kasih, Ustadz. Aku merasa lebih baik sekarang.
Ustadz Ridwan: (tersenyum) Tidak ada masalah, sahabat. Ingatlah, setiap langkah kebaikan yang kita ambil adalah langkah menuju kebaikan yang lebih besar.
Mereka berdua tersenyum satu sama lain, sementara matahari mulai terbenam di ufuk barat.
Naskah Drama Pendek #5: Jalan Hidup
Di sore hari yang suram, Rian, seorang pemuda yang baru saja menikah sedang dihadapkan pilihan yang sulit. Dirinya termenung di tepi taman sembari memikirkan langkah yang sebaiknya diambil. Andi, temannya yang dikenal bijaksana, datang menghampiri.
Andi: (sambil menyentuh bahu Rian) Hei, Rian. Kenapa wajahmu terlihat begitu muram?
Rian: (menghela nafas) Hai, Andi. Aku sedang bingung dengan keputusan hidupku.
Andi: (duduk di sebelah Rian) Ceritakanlah. Mungkin aku bisa membantumu.
Rian: (menceritakan dengan rasa bimbang) Aku mendapat dua pilihan yang sulit. Salah satunya adalah menerima pekerjaan yang menawarkan gaji besar, tapi itu berarti aku harus meninggalkan cita-citaku. Satu lagi adalah mengejar cita-citaku, tapi dengan risiko hidup dalam keterbatasan finansial.
Andi: (mengangguk mengerti) Itu memang keputusan yang sulit. Tapi, tahukah kamu, hidup bukan hanya soal uang dan kesuksesan materi?
Rian: (memandang Andi dengan heran) Apa maksudmu?
Andi: (menjelaskan dengan lembut) Hidup ini adalah tentang menemukan kebahagiaan dan arti yang sebenarnya. Jangan biarkan uang dan jabatan menghalangimu untuk mengejar impianmu yang sejati.
Rian: (tersentak) Tapi bagaimana dengan tanggung jawab untuk keluargaku?
Andi: (tersenyum) Tanggung jawab itu penting, tapi jangan sampai membuatmu kehilangan dirimu sendiri. Percayalah, jalan hidup yang sesungguhnya adalah jalan yang kamu pilih dengan penuh keyakinan dan keberanian.
Rian: (merenung sejenak) Terima kasih, Andi. Aku mengerti sekarang. Aku harus mengikuti hatiku.
Andi: (mengangguk) Itu dia! Jalan hidupmu adalah milikmu sendiri. Aku selalu ada di sini untukmu, teman.
Rian pun mengambil pilihan yang menurut hatinya paling benar. Beberapa tahun kemudian, tersiar kabar di koran, bahwasanya Rian telah menjadi salah satu miliarder top dunia.
Naskah Drama Pendek #6: Pena Ajaib
Adit dan Ciko berjalan-jalan di pasar tradisional yang ramai. Mereka berhenti di depan toko barang antik yang terlihat tua dan misterius.
Adit: (berbisik kepada Ciko) Wah, Ciko, toko ini terlihat menarik, ya?
Ciko: (tertawa) Ya, memang terlihat agak seram, tapi sepertinya ada banyak barang menarik di dalamnya.
Mereka masuk ke dalam toko dan disambut oleh penjualnya yang ramah.
Penjual: Selamat datang, anak-anak muda. Apa yang bisa saya bantu?
Adit: Kami hanya melihat-lihat, Pak. Tapi, barang-barang di sini sungguh menarik.
Penjual: (mengangguk) Tentu saja, kami memiliki berbagai barang antik yang unik. Sepertinya kalian adalah anak-anak yang penasaran, bukan?
Ciko: (bersemangat) Ya, Pak! Kami suka barang-barang antik dan cerita di baliknya.
Penjual: (tersenyum misterius) Baiklah, izinkan saya memperlihatkan sesuatu yang istimewa.
Penjual mengeluarkan sebuah pena tua dari rak dan memberikannya kepada Adit.
Penjual: Ini adalah pena ajaib. Dikatakan bahwa siapa pun yang menuliskan keinginan terdalamnya dengan pena ini, keinginannya akan menjadi kenyataan.
Adit: (terpesona) Benarkah? Sungguh menarik!
Ciko: (memperingatkan) Adit, hati-hati. Barang-barang ajaib sering kali membawa konsekuensi yang tak terduga.
Adit: (berpikir sejenak) Tapi, bayangkan jika keinginan kita benar-benar terwujud!
Adit memegang pena dengan gemetar dan menuliskan keinginannya dengan hati-hati.
Adit: (membaca dengan keras) "Aku ingin menjadi orang yang penuh percaya diri dan berani."
Tiba-tiba, cahaya terang menerangi toko dan Adit merasa sesuatu yang berbeda dalam dirinya.
Penjual: (tersenyum puas) Selamat, Adit. Keinginanmu telah terwujud.
Ciko: (terkejut) Wah, Adit, kamu berubah!
Adit: (dengan percaya diri) Ya, aku merasa lebih berani sekarang. Terima kasih, pena ajaib!
Mereka berdua keluar dari toko dengan penuh semangat dan kegembiraan.
Naskah Drama Pendek #7: Memaafkan untuk Menyembuhkan
Maya duduk di sofa, terlihat murung. Rani mendekatinya dengan rasa penyesalan yang mendalam.
Rani: Maya, aku minta maaf atas kesalahanku. Aku tahu aku telah menyakiti perasaanmu.
Maya: Aku tidak tahu bagaimana harus memaafkanmu, Rani. Kamu telah mengkhianati kepercayaanku.
Rani: Aku sangat menyesal, Maya. Aku ingin memperbaiki semuanya.
Psikolog memasuki ruangan dengan tenang dan duduk di depan mereka.
Psikolog: Selamat pagi, Maya dan Rani. Saya adalah psikolog yang akan membantu kalian berdua memahami pentingnya memaafkan.
Maya: Bagaimana aku bisa memaafkannya setelah dia menyakiti perasaanku?
Psikolog: Memang sulit, Maya. Namun, ketahuilah bahwa memaafkan bukan berarti membenarkan perbuatan yang telah dilakukan. Memaafkan adalah proses untuk melepaskan diri dari beban perasaan negatif dan memperoleh kedamaian batin.
Rani: Apakah itu berarti ada harapan bagi saya dan Maya?
Psikolog: Tentu saja. Memaafkan adalah langkah pertama menuju penyembuhan hubungan kalian. Saat kalian memaafkan, kalian membebaskan diri dari kemarahan dan penderitaan yang terus-menerus.
Maya: Aku mulai memahami. Tapi bagaimana aku bisa melupakan apa yang telah terjadi?
Psikolog: Memaafkan bukan berarti melupakan, Maya. Tapi itu adalah langkah awal untuk menerima kembali kedamaian dan kebahagiaan dalam hidupmu. Bersama-sama, kalian berdua bisa membangun kembali kepercayaan dan menguatkan ikatan persahabatan kalian.
Maya dan Rani saling memandang dengan harapan baru.
Rani: Maya, aku sungguh menyesal. Aku berjanji akan memperbaiki diri dan tidak akan menyakitimu lagi.
Maya: Aku akan mencoba memaafkanmu, Rani. Kita bisa melalui ini bersama-sama.
Nah, itulah tujuh naskah drama pendek berbagai tema yang mengandung pesan moral. Semoga contoh-contohnya di atas bermanfaat, ya!
(sto/afn)