Melihat Makam Kuno Misterius dalam Rumah di Kawasan Pasar Gede Solo

Melihat Makam Kuno Misterius dalam Rumah di Kawasan Pasar Gede Solo

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Selasa, 28 Jan 2025 07:00 WIB
Makam di dalam rumah di Kampung Cokronegaran, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Minggu (26/1/2025).
Makam di dalam rumah di Kampung Cokronegaran, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Minggu (26/1/2025). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng
Solo -

Solo Societeit menggelar acara jelajah kampung pecinan menjelang Imlek kampung pecinan, yang berada di Kampung Cokronegaran, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jebres, Kota Solo. Sejumlah peserta diajak berkunjung ke sejumlah tempat yang berada di sekitaran Kali Pepe.

Dari beberapa tempat yang dikunjungi, perhatian peserta banyak tertuju pada sebuah rumah di Jalan Suryopranoto Nomor 55. Tampak dari luar, bangunan dua lantai itu seperti rumah biasa. Pintu utama rumah itu merupakan pintu besi warna biru sepanjang muka bangunan.

Makam di dalam rumah di Kampung Cokronegaran, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Minggu (26/1/2025).Makam di dalam rumah di Kampung Cokronegaran, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Minggu (26/1/2025). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng

Pada pintu besi itu hanya terdapat stiker dilarang parkir di depan pintu dan angka 55. Sementara pada lantai dua hanya terlihat balkon rumah. Bangunan rumah juga sudah bergaya modern.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun ketika memasuki bangunan itu, terdapat bangunan kecil di lantai satu. Bangunan persegi sekitar 3x3 meter itu dilengkapi atap yang ada gentingnya, dan hanya terdapat satu pintu. Di dalam, ruangannya dilapisi keramik warna putih di alas dan di dinding ruangan, serta terdapat sebuah batu nisan yang cukup kuno.

Makam di dalam rumah di Kampung Cokronegaran, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Minggu (26/1/2025).Makam di dalam rumah di Kampung Cokronegaran, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Minggu (26/1/2025). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng

Saat dilihat lebih dekat, terdapat tulisan aksara jawa di batu nisan tersebut. Di sebelahnya, terdapat tempat dupa, dua lilin, dan bekas sesajen.

ADVERTISEMENT

Sejarawan sekaligus Ketua Solo Societeit, Dani Saptoni mengatakan kawasan tersebut terdapat pemakaman kampung. Namun makam yang kini masih ada itu, letaknya terpisah dengan makam kampung tersebut.

"Menurut pemilik rumah, dulu rumah itu berupa kawasan lahan kosong, yang ada rumput dan bambu di pinggir kali. Di sela-sela itu, terdapat makam tersebut. Sementara makam kampung berada di sebelah timurnya," kata Dani kepada detikJateng di Kopi Sahabat Kita, Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Minggu (26/1/2025).

Makam di dalam rumah di Kampung Cokronegaran, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Minggu (26/1/2025).Makam di dalam rumah di Kampung Cokronegaran, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Minggu (26/1/2025). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng

Melihat dari batu nisannya, dia menilai jika itu bukan makam dari orang biasa. Diperkirakan makam itu adalah sosok tokoh masyarakat. Namun, tim Solo Societeit belum dapat mengidentifikasi makam siapa itu.

Tulisan yang ada dari batu nisan, masih belum cukup memberikan keterangan terkait siapa yang dimakamkan di situ.

"Kalau dilihat dari nisannya, jelas itu makam priyayi. Di tulisan makamnya cuma tertera ahad legi 1486, lalu ada angka 40, dan keterangan di bawahnya itu kulawu adhi. Kulawu itu nama wuku. Dan ada semacam simbol salib, tapi kita tidak bisa mengidentifikasi apakah itu makam orang Kristen awal di Solo," jelasnya.

"Kalau di nisan Jawa tidak tertera kabangun ing (dibangun pada), itu (keterangan waktu di tulisan nisan) biasanya tanggal meninggalnya. Kalau 1486 dikonversi ke Masehi sekitar tahun 1558," ucapnya.

Dani masih meragukan tulisan yang tertera di batu nisan tersebut. Sebab tahun 1558 itu waktu awal berdirinya Kerajaan Mataram. Sedangkan model nisannya di era akhir abad 19.

"Apakah dulu nisan itu direnovasi. Lalu keterangan itu meninggalnya di empunya itu, atau dibangunnya nisan itu, kita juga tidak bisa memprediksi. Karena tidak ada keterangan lain," kata dia.

Sementara itu, terdapat tulisan aksara jawa yang menunjukkan angka tahun 1969 yang berada di depan pintu makam. Dia menjelaskan itu dibuat sendiri oleh pemilik rumah sebagai pengingat renovasi dari rumah kayu menjadi rumah tembok makam tersebut.

Masyarakat yang tertarik dengan sejarah dan mengetahui keberadaan makam tersebut, banyak yang melakukan penelitian dan memunculkan hipotesisnya.

Dani mengatakan, ada pihak yang menyimpulkan jika makam itu milik Patih Cokronegoro. Namun hal itu ia bantah, karena makam Patih Cokronegoro berada di Gunung Sari, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.

"Makam Patih Cokronegoro makamnya ada di Kartasura. Yang jelas itu makam Kunden, orang yang disegani zaman dahulu," ucapnya.

Sejarawan sekaligus pendiri Solo Societeit, Heri Priyatmoko bersyukur makam itu masih dipertahankan, meski rumah itu sudah beberapa kali berganti pemilik. Hal itu menunjukkan toleransi orang Tionghoa di pecinan.

"Itu hunian orang Tionghoa yang masih mempertahan makam lokal. Kalau bentuk arogansi, itu akan dihilangkan. Ini kearifan, dan toleransi orang Tionghoa di Pecinan," pungkas Heri.




(rih/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads