Istilah kreak banyak digunakan oleh masyarakat di wilayah Semarang dan sekitarnya. Lantas, kreak Semarang itu apa?
Ternyata, istilah kreak sendiri sudah mengalami perubahan makna yang signifikan seiring dengan berjalannya waktu. Kini, kreak identik dengan tindak kejahatan padahal sebelumnya tidak menggambarkan hal tersebut.
Ingin lebih tahu apa itu kreak, Lur? Mari kita simak pembahasan selengkapnya berikut ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kreak Semarang Itu Apa?
Dirangkum dari artikel ilmiah berjudul Profil Kecerdasan Emosional, Spiritual, dan Intelektual dalam Pergaulan Teman Sebaya Siswa SMP Negeri 24 Semarang yang ditulis Arina Husnunnida dan Nur 'Alya Shabrina, kreak adalah istilah yang merujuk pada kelompok remaja atau pemuda yang sering terlibat dalam tindakan negatif dan kekerasan di Semarang.
Awalnya, istilah ini berasal dari singkatan dua kata, yaitu 'kere' yang berarti miskin, dan 'mayak' yang berarti berkelakuan norak atau sok-sokan. Pada mulanya, kata kreak hanya digunakan untuk menggambarkan gaya berpakaian atau perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan norma atau situasi.
Namun, seiring waktu, makna kreak berkembang menjadi simbol perilaku negatif yang dilakukan oleh kelompok-kelompok remaja. Perilaku tersebut mencakup tindakan kekerasan seperti tawuran antar kelompok, yang sering kali merugikan orang lain di sekitarnya. Aktivitas ini kerap viral di media sosial, memperburuk citra generasi muda di daerah tersebut.
Penyebab Kemunculan Kreak
Rafi Akmal Rabbani dalam laman Himpunan Mahasiswa Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro menjelaskan beberapa sebab kemunculan fenomena kreak di Semarang. Mari simak penjelasannya!
1. Interaksi Sosial yang Bersifat Disosiatif
Kemunculan kreak berkaitan erat dengan interaksi sosial yang bersifat disosiatif. Kelompok ini memaknai hubungan timbal-balik dalam masyarakat sebagai ajang untuk menentang pihak lain.
Mereka menggunakan ancaman dan kekerasan untuk menciptakan pertikaian yang mencerminkan stratifikasi sosial. Dalam hal ini, kreak sering memposisikan diri sebagai kelompok yang mencoba melawan stigma kelas sosial rendah dengan tindakan destruktif.
2. Keinginan untuk Menunjukkan Status Sosial
Kreak muncul karena adanya dorongan untuk menutupi status sosial ekonomi yang rendah. Mereka ingin terlihat modern dan keren seperti kelompok ekonomi atas, tetapi terkesan norak dan berlebihan.
Untuk mencapai eksistensi ini, mereka menciptakan keonaran sebagai bentuk perlawanan sosial. Perilaku ini menunjukkan adanya kebutuhan pengakuan yang salah arah.
3. Pengaruh Perubahan Sosial dan Budaya
Perubahan sosial yang cepat menjadi salah satu penyebab terbentuknya kreak. Pergeseran nilai-nilai budaya dalam masyarakat mendorong mereka untuk mengadopsi perilaku yang menyimpang.
Awalnya, mereka hanya berusaha mengikuti tren untuk terlihat keren. Namun, perubahan nilai tersebut membuat mereka mengambil langkah ekstrem untuk mendapatkan perhatian dan menunjukkan identitas mereka.
4. Kode Etik yang Menolak Hukum
Kreak memiliki pola pikir yang mirip dengan kelompok keonaran lain, seperti konsep OmertΓ . Mereka menerapkan kode bungkam terhadap penegakan hukum dan menolak bekerja sama dengan pihak berwenang.
Bagi mereka, melibatkan hukum adalah tanda kelemahan. Pemahaman ini menunjukkan pengaruh budaya bawah tanah (underground) yang mengakar dalam kelompok mereka.
5. Simbol dalam Sistem Kebudayaan
Kode etik dan perilaku kreak juga mencerminkan elemen dalam kebudayaan mereka. Pandangan antropologi melihat ini sebagai bentuk simbolisasi yang membantu mereka berkomunikasi dan mempertahankan solidaritas kelompok. Simbol ini menjadi bagian penting dalam menciptakan identitas bersama yang membedakan mereka dari masyarakat umum.
Nah, itulah tadi penjelasan mengenai kreak Semarang yang kini sudah mengalami pergeseran makna. Semoga bermanfaat!
(sto/apl)