Kasus Penyakit PMK Kembali Muncul di Boyolali, 5 Ekor Sapi Mati

Kasus Penyakit PMK Kembali Muncul di Boyolali, 5 Ekor Sapi Mati

Jarmaji - detikJateng
Minggu, 29 Des 2024 17:50 WIB
Ilustrasi sapi
Ilustrasi sapi. Foto: Getty Images/cacio murilo de vasconcelos
Boyolali -

Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak sapi kembali muncul di Boyolali. Sejak bulan Oktober lalu hingga saat ini kasus PMK mengalami peningkatan.

"Iya, sejak Oktober lalu. Per 27 Desember (2024) kemarin, data yang masuk ada 32 sapi (yang terjangkit PMK)," kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati, ditemui di sela-sela rapat paripurna dalam rangka Hari Jadi ke-74 DPRD Boyolali, Minggu (29/12/2024).

Kasus PMK ditemukan di wilayah Kecamatan Andong, Simo, Sambi, dan Wonosegoro. Di Kecamatan Musuk juga dikabarkan ditemukan sapi yang terjangkit penyakit ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tersebar di Kecamatan Andong, Kecamatan Simo, Kecamatan Sambi, dan Kecamatan Wonosegoro. Di Musuk juga ada, tapi belum laporan," jelasnya.

Dari 32 kasus yang dilaporkan tersebut, sebut dia, ada 5 ekor sapi yang mati. Semuanya merupakan jenis sapi potong. Tersebar di Kecamatan Andong sebanyak 3 ekor, terdiri di Desa Munggur satu ekor dan Desa Beji ada 2 ekor. Lalu 2 ekor di Desa Jatisari, Kecamatan Sambi.

ADVERTISEMENT

"Ada 5 ekor sapi yang mati," ujarnya.

Menurut Lusia, sumber penularan terbesar PMK ini yaitu pada lalu lintas hewan. Karena pihaknya sudah melakukan vaksinasi PMK pada hewan ternak warga.

"Sumber penularan terbesar itu di lalu lintas hewan, karena kita sudah vaksin terus kan yang dulu. Kadang sapi dari luar (Boyolali) itu terlihat sehat, tapi kadang sudah inkubasi, kan kita nggak tahu. Sumber penularan terbesar di lalu lintas hewan," ungkap dia.

Selain itu, faktor cuaca yakni curah hujan yang tinggi juga disebut memicu penyebaran virus PMK. Sehingga kasusnya meningkat lagi.

Lusia menyatakan, pihaknya sudah melakukan langkah-langkah antisipasi dan pencegahan agar penyakit PMK tak semakin merebak lagi. Selain vaksinasi ke hewan-hewan yang sehat, petugas Puskeswan juga diminta turun untuk melakukan pengawasan di pasar-pasar hewan.

"Upaya-upaya yang telah kami lakukan ya selalu berkoordinasi dengan teman-teman di Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan) untuk melakukan pengetatan di pasar hewan, pengawasan di pasar hewan," ujar dia.

Selain itu, lanjut dia, Disnakan juga turun untuk memberikan pengobatan ke sapi-sapi yang terjangkit dan dilaporkan. Disnakan Boyolali baru saja menerima 50 botol vaksin PMK untuk 1.200 dosis.

"Pemberian obat bagi yang laporan dan dan hari ini kami menerima 50 botol vaksin untuk 1.200 dosis. Nah hari ini pertama kita suntikan (ke sapi) di daerah Musuk. Besok kita lanjutkan di daerah yang tertular," terangnya.

Vaksinasi PMK akan diprioritaskan di daerah-daerah rawan tertular penyakit tersebut. Khususnya diberikan kepada sapi-sapi yang sehat.

Sementara itu anggota DPRD Boyolali, Atok Suyoto, mengaku prihatin dengan meningkatnya kembali kasus PMK pada sapi di Boyolali. Dia mengaku mendapat laporan dari warga terkait temuan kasus PMK ini di beberapa wilayah Boyolali.

Pihaknya berharap, upaya pengendalian kali ini dapat mengulang keberhasilan Kabupaten Boyolali seperti yang terjadi pada 2022. Kala itu, penanganan PMK dilakukan dengan sangat tegas, termasuk menutup pasar hewan, melakukan pelacakan (tracking), dan karantina terhadap ternak yang terinfeksi.

"Jika diperlukan, pasar hewan memang perlu ditutup sementara. Selain itu, edukasi kepada masyarakat juga harus terus ditingkatkan, terutama agar mereka berhati-hati saat ada yang menjual sapi dengan harga jauh lebih murah dari biasanya," katanya.

Atok menambahkan, pentingnya langkah kolaboratif yang melibatkan semua pihak. Mulai dari peternak, pedagang, hingga pemerintah, untuk memastikan pengendalian PMK berjalan maksimal dan mencegah kerugian yang lebih besar di sektor peternakan.




(rih/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads