Aksi Kamisan di Polda Jateng Singgung Suporter Kena Tembak Peluru Karet Aparat

Aksi Kamisan di Polda Jateng Singgung Suporter Kena Tembak Peluru Karet Aparat

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Kamis, 26 Des 2024 19:34 WIB
Masa Kamisan di Mapolda Jateng, Kamis (26/12/2024). Massa meminta bos PSIS Yoyok Sukawi dipecat dan berharap keadilan untuk suporter yang kena tembak peluru karet aparat saat laga PSIS vs Malut United.
Masa Kamisan di Mapolda Jateng, Kamis (26/12/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Massa Kamisan dan suporter PSIS yang menamakan diri Suporter Semarang Melawan menggelar aksi di Polda Jateng, Kecamatan Semarang Selatan. Suporter PSIS itu ikut turun aksi lantaran salah satu rekannya sempat tertembak peluru karet oleh kepolisian.

Pantauan detikJateng di Mapolda Jateng, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, massa aksi tiba sekitar pukul 17.00 WIB. Mereka membentangkan poster bertuliskan 'Pecat Yoyok Sukawi', 'Bubarkan Institusi Bobrok', hingga 'Aparat Keparat Pembunuh Rakyat'.

Massa berjalan dari Kampus Universitas Diponegoro Pleburan hingga ke halaman Polda Jateng mengenakan pakaian hitam dan biru, sambil menyanyikan yel-yel suporter PSIS. Beberapa dari mereka juga menuliskan 'Yoyok Out' di Jalan Pahlawan menggunakan cat semprot.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Koordinator Suporter Semarang Melawan, Ragil (24), mengatakan suporter PSIS sempat mendapat tindakan represif dari kepolisian usai pertandingan PSIS VS Malut United, Minggu (22/12/2024) lalu. Mereka mengaku saat aksi damai, sempat ada salah satu suporter yang terkena tembakan peluru karet dari pihak kepolisian.

"Saat itu kami orasi, kemudian kami melakukan salah satu teatrikal yaitu pecat Yoyok Sukawi di depan gerbang (GOR Jatidiri), kami juga bermain bola di depan gerbang," kata Ragil di Polda Jateng, Kamis (26/12/2024).

ADVERTISEMENT

"Cuma saat pertandingan di dalam selesai, polisi mulai menembakkan gas air mata dan water cannon sehingga beberapa massa aksi yang mau nggak mau ikut bubar dan dipukul mundur," sambungnya.

Ia mengatakan ada sekitar enam suporter yang mengaku menjadi korban dari water cannon tersebut. Sementara satu orang korban terkena peluru karet di bagian lengannya.

"Yang bersangkutan (korban) bilang bahwa itu peluru karet dan hari ini sebenarnya kemarin ada informasi mau dioperasi," ungkapnya.

Masa Kamisan di Mapolda Jateng, Kamis (26/12/2024). Massa meminta bos PSIS Yoyok Sukawi dipecat dan berharap keadilan untuk suporter yang kena tembak peluru karet aparat saat laga PSIS vs Malut United.Masa Kamisan di Mapolda Jateng, Kamis (26/12/2024). Massa meminta bos PSIS Yoyok Sukawi dipecat dan berharap keadilan untuk suporter yang kena tembak peluru karet aparat saat laga PSIS vs Malut United. Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Selain terkena peluru karet, beberapa suporter juga mendapat luka memar di kaki, pingsan hingga mulutnya berbusa. Oleh karenanya, ia menuntut kepolisian agar menghentikan tindak kekerasan untuk melerai massa dan meminta maaf kepada para korban.

Tak ketinggalan, mereka juga menuntut agar CEO PSIS Yoyok Sukawi mundur dari jabatannya.
Sebab, Yoyok dinilai tak mampu membawa PSIS maju, dan justru menggunakannya sebagai kendaraan politik saat maju di Pilwalkot Semarang lalu.

"Karena kita melihat data 23 tahun dia memimpin PSIS nggak ada prestasi sama sekali, yang ada kita malah turun di divisi utama," kata Ragil.

Ia mengatakan aksi tersebut akan terus digelar hingga Yoyok mundur dari jabatannya. Namun jika tak bisa, pihaknya menuntut saham Yoyok di PSIS harus turun.

"Saham yang dimiliki suporter itu sangat kecil, kami berupaya menuntut untuk memperbesar agar kepemilikan dan pengambilan keputusan di tubuh manajemen itu bisa kami atur juga," jelasnya.

Koordinator Aksi Kamisan Semarang Fathul Munif menambahkan aksi Kamisan dan aksi suporter itu sama-sama merespons tindakan kekerasan yang dilakukan kepolisian. Mereka pun bersama-sama menggelar aksi sore ini.

"Kita sama-sama korban kekerasan negara. Kemudian kami sepakat melakukan aksi dan memberikan peringatan terhadap aparat keamanan dalam hal ini kepolisian," ungkapnya.

Munif menyebut ada hal yang janggal dari kasus penembakan karet oleh kepolisian saat aksi damai suporter Minggu (22/12) lalu. Usai korban penembakan dilarikan ke RS Muhammadiyah Roemani, polisi sempat datang ke rumah sakit.

"Pihak kepolisian menawarkan membayari biaya pengobatan dengan syarat mau mengakui bahwa luka itu berasal dari pecahan keramik. Ada intervensi dari kepolisian untuk merekayasa," tegasnya.

Hal itu membuat mereka marah dan menilai polisi belum mengambil pelajaran dari kasus penembakan oleh tersangka Aipda Robig Zaenudin yang telah menewaskan Gamma. Mereka juga menolak tawaran dari pihak kepolisian tersebut.

"Teman-teman akhirnya galang dana. Kami tidak ingin menerima uang dari polisi, lebih-lebih dengan syarat mengaburkan fakta atau kebenaran yang sebetulnya," jelasnya.

"Suporter tegas menolak dan tetap menyuarakan bahwa luka yang diterima adalah peluru karet," sambungnya.

Polda Jateng Bantah Ada Peluru Karet

Dimintai konfirmasi, Kabid Humas Kombes Artanto membantah adanya peluru karet yang digunakan dalam aksi minggu lalu. Ia menegaskan tak ada petugas yang membawa senjata.

"Dalam pengamanan aksi unras atau pengamanan bola, polisi tidak dilengkapi dengan peluru karet. Pasukan nihil membawa peluru karet," kata Artanto lewat pesan singkat kepada detikJateng.




(ams/ams)


Hide Ads