Cerita Peserta Lomba Tari Nasional di Semarang: Gagal Tampil-Rugi Ratusan Ribu

Cerita Peserta Lomba Tari Nasional di Semarang: Gagal Tampil-Rugi Ratusan Ribu

Tim detikJateng - detikJateng
Sabtu, 21 Des 2024 15:35 WIB
Ketua Panitia, Mei, menjelaskan kepada para peserta lomba tari tingkat nasional yang diselenggarakan Semarang Economy Creative, di Taman Indonesia Kaya, Kecamatan Semarang Selatan, Jumat (20/12/204).
Ketua Panitia, Mei, menjelaskan kepada para peserta lomba tari tingkat nasional yang diselenggarakan Semarang Economy Creative, di Taman Indonesia Kaya, Kecamatan Semarang Selatan, Jumat (20/12/204). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng.
Solo -

Gelaran lomba tari nasional di Semarang dikecewakan lantaran batalnya lomba. Tidak hanya itu, para peserta juga harus merugi ratusan ribu untuk berbagai persiapa yang sudah dilakukannya.

Seperti diketahui, lomba yang diselenggarakan Semarang Economy Creative itu seperti yang sudah dijadwalkan harusnya digelar Jumat (20/12) pagi di Taman Indonesia Kaya (TIK), Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan. Akan tetapi, hingga malam ini lomba yang diagendakan akan berlangsung hingga Minggu (22/12) itu belum juga terlaksana.

Pantauan detikJateng di Taman Indonesia Kaya, perlengkapan lomba yang sebelumnya terpasang di Taman Indonesia Kaya sendiri sudah tak lagi terpasang. Para peserta juga sudah pulang sejak sekitar pukul 17.00 WIB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu pemilik sanggar yang mewakili lima regu peserta lomba, Juju Jumarni (30), mengatakan dirinya dan puluhan peserta lomba tari itu sudah tiba di TIK sejak pagi. Mereka telah bersiap, mengenakan atribut tari, merias wajah, dan berlatih di TIK untuk mengikuti lomba.

"Persiapan latihan pun kita membutuhkan biaya yang nggak sedikit. Biayanya kalau tari nggak main-main," jelas Kantor Gubernur Jateng, Semarang, Jumat (20/12/2024).

ADVERTISEMENT

Juju menyampaikan, untuk mendaftar lomba tersebut seharga Rp 100 ribu per regu. Tapi menurutnya, untuk mengikuti lomba tari, biaya yang dibutuhkan lebih dari itu. Untuk itu, dirinya pun akan menuntut kompensasi 4 kali lipat dari panitia penyelenggara.

"Selain menghabiskan waktu, tenaga, biaya untuk kostum, make up, guru tari. Tambah biaya pendaftaran Rp 100 ribu. 1 kelompok bisa sampai Rp 200 ribu lebih," tuturnya.

Terlebih, para peserta telah memakan waktu lama untuk berlatih. Menurutnya, hal itu yang dinilai paling mahal.

"Kalau misalkan ini batal, kita minta ganti rugi dari pihak panitia. Kalau bisa empat kali lipat, karena kita persiapan latihan dan yang lain itu mahal loh. Latihannya saja sebulan lebih," lanjutnya.

Jika hal itu tidak dilakukan oleh panitia, Juju mengancam akan membawa kasus ini ke polisi.

"(Lapor polisi?) Ya lapor lah, kalau nggak diganti rugi," tegasnya.

Sebelumnya, dalam poster lomba tari yang seharusnya digelar pukul 09.00 WIB di TIK itu, tertulis bahwa lomba memperebutkan piala Gubernur Jateng. Para peserta telah datang sejak pagi dan sempat menunggu hingga sore. Namun lomba batal digelar.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Uswatun Khasanah mengatakan, tak mengetahui kegiatan tersebut.

"Kalau Pemprov tidak mengadakan lomba itu. Untuk diketahui terkait masalah tersebut kegiatan dilaksanakan oleh masyarakat tanpa koordinasi Disdikbud Provinsi," kata Uswatun saat dihubungi detikJateng, Jumat (20/12).




(apl/apu)


Hide Ads