Lomba Tari Nasional Tingkat Jawa Tengah (Jateng) yang direncanakan digelar di Taman Indonesia Kaya (TIK) Semarang batal digelar. Kegiatan tersebut ternyata belum mendapat izin dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng maupun Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.
Diketahui, dalam poster lomba tari yang seharusnya digelar pukul 09.00 WIB di TIK itu, tertulis bahwa lomba memperebutkan piala Gubernur Jateng. Namun, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Uswatun Khasanah mengatakan, tak mengetahui kegiatan tersebut.
"Kalau Pemprov tidak mengadakan lomba itu. Untuk diketahui terkait masalah tersebut kegiatan dilaksanakan oleh masyarakat tanpa koordinasi Disdikbud Provinsi," kata Uswatun saat dihubungi detikJateng, Jumat (20/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, agenda lomba maupun festival yang diselenggarakan oleh Disdikbud Jateng tidak pernah memungut biaya. Selain itu, tak ada pemberitahuan maupun rekomendasi soal kegiatan tersebut.
"Tidak rekomendasi kepada Disdikbud Provinsi selaku pemangku tugas urusan kebudayaan. Berdasar koordinasi dengan pemangku kebudayaan Kota Semarang, dijelaskan juga tidak ada rekomendasi," ungkapnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Samsul Bahri Siregar juga mengatakan, Disbudpar Kota Semarang tak mengeluarkan izin untuk kegiatan tersebut.
"Saya sudah konfirmasi ke ketua bidang, terkait kegiatan di Taman Indonesia Kaya, ternyata tidak, Disbudpar Kota Semarang tidak ada penyelenggaraan terkait dengan kegiatan tari tersebut," sata Samsul saat dihubungi detikJateng.
"Tadi teman-teman ke sana, pagi-pagi diundang, ternyata infonya lombanya tidak jadi. Aku lagi nyari panitianya kok bisa mengatasnamakan Gubernur Jawa Tengah. Ternyata Disdikbud juga tidak," lanjutnya.
Ia menyayangkan tindakan dari panitia penyelenggara yang dinilai tak bertanggung jawab. Terlebih, para peserta telah mengenakan atribut tari sejak pagi dan melaksanakan latihan sejak lama.
Berkaca dari kasus tersebut, ke depan Pemkot Semarang pun akan melakukan evaluasi dengan lebih berhati-hati dalam mengeluarkan rekomendasi kegiatan di Kota Semarang.
"Sebenarnya itu urusannya bukan sama Pemkot. Tapi saya minimal rekomnya kalau nggak jelas Disbudpar tidak mengeluarkan rekom lagi," tegasnya.
"Kasihan kan anak-anak yang sudah dandan, sudah siap, itu pertimbangannya. Kalau begitu kita catat saja nanti (panitia) namanya siapa, perusahaannya apa, komunitasnya apa, sehingga ini buat kita evaluasi untuk antisipasi kejadian berulang," lanjutnya.
Soal klaim adanya tropi Gubernur, Samsul juga mempertanyakan bagaimana panitia sampai bisa menuliskan adanya tropi Gubernur Jateng dalam poster mereka.
"Kita kan nggak tahu, kok piala Gubernur, berarti nggak Gubernur (pialanya). Kok sampai tinggi banget, Gubernur," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, ratusan peserta Lomba Tari Nasional Tingkat Jawa Tengah (Jateng) menggeruduk Kantor Gubernur Jateng. Mereka protes lantaran lomba tersebut batal digelar tanpa kejelasan.
Pantauan detikJateng di Kantor Gubernur Jateng, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, tampak ratusan peserta lomba tari telah tiba di lobi Kantor Gubernur sejak pukul 12.30 WIB.
Mereka resah dan meminta kejelasan soal Lomba Tari Nasional di Taman Indonesia Kaya (TIK) yang batal digelar. Para peserta tampak rapi mengenakan atribut tari dengan dandanan mencolok khas penari.
Salah satu pemilik sanggar yang ikut mendampingi lima kelompok peserta lomba tersebut, Juju Jumarni (30) mengatakan, mereka menggeruduk Kantor Gubernur Jateng untuk menanyakan kejelasan lomba tari yang akan diikutinya.
"Kita ada jadwal tadi jam 09.00 WIB kita ada perlombaan tari di Taman Indonesia Kaya. Tapi dari panitia tidak ada kejelasan, alasannya pertama tidak ada sound," kata Juju di Kantor Gubernur Jateng, Jumat (18/12).
"Sampai kita nunggu, intinya banyak alasan, pada akhirnya sekarang tidak ada solusi dari panitia. Akhirnya kita langsung menuju ke Kantor Gubernur karena ini mengatasnamakan trofi gubernur," sambungnya.
(aku/ahr)