Lomba Tari Nasional Mundur Tak Jelas, Peserta Geruduk Kantor Gubernur Jateng

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Jumat, 20 Des 2024 14:11 WIB
Para peserta lomba tari mendatangi kantor Gubernur Jateng, Jumat (20/12/2024). (Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng)
Semarang -

Ratusan peserta Lomba Tari Nasional Tingkat Jawa Tengah (Jateng) menggeruduk Kantor Gubernur Jateng. Mereka protes lantaran lomba tersebut batal digelar tanpa kejelasan.

Pantauan detikJateng di Kantor Gubernur Jateng, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, tampak ratusan peserta lomba tari telah tiba di lobi Kantor Gubernur sejak pukul 12.30 WIB.

Mereka resah dan meminta kejelasan soal Lomba Tari Nasional di Taman Indonesia Kaya (TIK) yang batal digelar. Para peserta tampak rapi mengenakan atribut tari dengan dandanan mencolok khas penari.

Salah satu pemilik sanggar yang ikut mendampingi lima kelompok peserta lomba tersebut, Juju Jumarni (30) mengatakan, mereka menggeruduk Kantor Gubernur Jateng untuk menanyakan kejelasan lomba tari yang akan diikutinya.

"Kita ada jadwal tadi jam 09.00 WIB kita ada perlombaan tari di Taman Indonesia Kaya. Tapi dari panitia tidak ada kejelasan, alasannya pertama tidak ada sound," kata Juju di Kantor Gubernur Jateng, Jumat (18/12/2024).

"Sampai kita nunggu, intinya banyak alasan, pada akhirnya sekarang tidak ada solusi dari panitia. Akhirnya kita langsung menuju ke Kantor Gubernur karena ini mengatasnamakan trofi gubernur," sambungnya.

Ia sempat memperlihatkan poster lomba tersebut. Tertulis dalam poster, Lomba Tari Nasional Tingkat Jateng yang memperebutkan Piala Gubernur, piagam, dan uang pembinaan itu diselenggarakan Semarang Economy Creative.

Ia mengatakan, lomba yang seharusnya dimulai sejak pukul 08.30 WIB itu hingga kini belum ada kejelasan. TIK sepi, tanpa ada sound system. Belum ada pembukaan, sehingga para peserta terlantar di TIK.

"Nggak ada kejelasan sama sekali, solusi pun tidak ada sampai sekarang, dan ketua panitia pun tidak muncul, tidak bisa ditelepon, intinya panitia inti itu tidak ada yang datang," jelasnya.

"Bisa jadi abal-abal. Makanya kita ke sini untuk memastikan apa itu abal-abal. Penyelenggaranya siapa, langkah selanjutnya gimana," imbuh dia.

Ia mengaku telah melakukan pendaftaran sejak November dengan harga Rp 100 ribu. Ia mengaku rugi tenaga, biaya dandan peserta, peralatan tari, biaya guru tari. Belum lagi, jika anak-anak trauma dan takut mengikuti lomba lagi.

"Kalau misalkan ini batal, kita minta ganti rugi dari pihak panitia. Kalau bisa empat kali lipat, karena kita persiapan latihan dan yang lain itu mahal loh. Latihannya saja sebulan lebih," ujarnya.

"Kan ini tropi gubernur, jadi banyak yang mau dan pasti ada yang datang dari luar kota. Yang ke sini sebagian kecil, ada yang masih di rumah, semua peserta bisa sampai sekitar 500," sambungnya.

Tampak ada salah satu perwakilan panitia lomba yang hadir di tengah para peserta dan mencoba menjelaskan keadaan yang terjadi. Perwakilan panitia dari sesi perlengkapan bernama Fahrudin menyebut lomba akan tetap digelar untuk sesi kedua siang nanti.

"Ini permasalahan orang dewasa, untuk pembelajaran. Jadi yang harus dimengerti, hari ini kan ada dua sesi, sesi pagi dan sesi siang. Sesi pagi tadi mungkin ada trouble," tuturnya yang langsung mendapat teriakan dari para peserta.

Pukul 13.13 WIB para pemilik sanggar telah memasuki Kantor Gubernur Jateng dan diterima beberapa petugas Pemprov untuk melakukan audiensi. Para pelatih, orang tua pun ikut masuk untuk menunggu dari pihak Pemprov.



Simak Video "Video: 36 Biksu Thudong yang Jalan Kaki dari Thailand Telah Sampai di Borobudur"

(aku/rih)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork