Massa gabungan dari siswa dan alumni SMA/SMK se-Semarang melakukan aksi doa bersama di depan SMKN 4 Semarang. Mereka berdoa agar kasus penembakan yang menewaskan salah satu SMK tersebut, G (17), oleh polisi bisa diusut tuntas.
Pantauan detikJateng di SMKN 4 Semarang, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, tampak massa sudah berkumpul sekitar pukul 19.45 WIB.
Mereka yang kompak mengenakan pakaian berwarna dominan gelap itu berkumpul membawa lilin untuk dinyalakan sembari memanjatkan doa untuk teman sejawat mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa poster juga dibentangkan dalam kegiatan tersebut. Poster itu bertuliskan '#JusticeForGamma', 'Where Sila 5', '#UsutTuntas', dan 'Tidak semua temaja itu nakal, Tak semua remaja suka ribut'.
Terlihat para siswa dan alumni dengan khidmat berdoa agar korban ditempatkan di sisi Tuhan dan kasus bisa segera terkuak kebenarannya. Seseorang membawa pigura berfotokan korban. Sambil tegak berdiri, ia ikut menyanyikan lagu 'Sampai Jumpa' gubahan Endank Soekamti bersama yang lain.
"Saya ikut doa sebagai bentuk belasungkawa. Ke sini sama teman-teman sekitar 14 orang, naik motor," kata siswa asal SMKN Walisongo, Mechel Febrianto kepada detikJateng, Jumat (29/11/2024).
![]() |
"Saya nggak percaya korban kreak, nggak terima juga remaja disebut kreak terus. Harapannya dengan adanya doa bersama ini kasus bisa diusut tuntas," sambungnya.
Sementara itu, koordinator aksi sekaligus alumni SMKN 4 Semarang, Ryan Tama, mengatakan doa bersama itu menjadi bentuk solidaritas para pelajar dan alumni. Mereka menyayangkan kepolisian yang seharusnya mengayomi justru menewaskan seorang siswa.
"Kita berharap keadilan akan semakin terang. Kami masih berharap pihak kepolisian mengusut kasus ini secara tuntas, karena saya membayangkan kondisi keluarga, teman sekelas yang tahu korban seperti apa," jelasnya.
"Kami sangat menyayangkan narasi yang dilempar kepolisian, apa yang terjadi hari ini itu bak bola salju. Ibarat kata, selalu ada bumbu-bumbu yang dibesar-besarkan," sambungnya.
Ia menegaskan, korban merupakan pribadi yang ceria dan berprestasi. Jauh dari perilaku kenakalan yang dinarasikan pihak kepolisian.
Hal senada dikatakan perwakilan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang, Fajar Muhammad Andika. Doa bersama menjadi desakan bagi kepolisian untuk mengusut tuntas dan memberikan perlindungan bagi keluarga dan para korban, yakni dua siswa SMKN 4 Semarang yang juga terkena tembak, S (16) dan A (17).
"Karena yang kami dapatkan sejauh ini, keluarga korban belum mendapatkan hak-haknya bahkan secara hukum, sehingga masih memerlukan perlindungan-perlindungan," terang Andika.
Ia berharap selain kasus bisa diusut secara terbuka, tindakan semena-mena yang dilakukan aparat kepolisian tidak terulang. Pihaknya pun mengaku telah melakukan kajian dan ikut mengawal kasus tersebut.
"Dan seharusnya, aparat kepolisian harus sadar, apa yang telah dilakukan oleh mereka itu merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia," tegasnya.
Karena itu, LBH Semarang juga mendesak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk ikut terjun dalam menguak kasus kekerasan oleh kepolisian itu. Menurutnya, harus ada evaluasi besar-besaran di institusi kepolisian.
"Institusinya harus dievaluasi total, agar tindakan sewenang-wenangan, apalagi melakukan penembakan itu jangan sampai kemudian terjadi dan terulang kembali. Jangan sampai memakan korban-korban baru," paparnya.
(apu/apu)