HYS (12) warga Kecamatan Ngawen, Klaten, meninggal dunia setelah tersetrum aliran listrik. Korban tersengat listrik saat bermain di lapangan basket SMPN 1 Ngawen dekat rumahnya.
"Betul setelah dicek bhabin kemarin (Minggu) ada kejadian anak tersetrum di SMPN Ngawen. Infonya meninggal di lokasi," jelas Kasubsektor Ngawen Iptu Slamet Riyadi saat diminta konfirmasi detikJateng di Mapolres Klaten, Senin (25/11/2024).
Slamet menjelaskan dari hasil laporan Bhabinkamtibmas pihak keluarga sudah menerima kejadian itu. Korban meninggal murni karena kecelakaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi murni kecelakaan. Imbauan kepada anak-anak dan pada masyarakat, saat hujan hindari bermain di kubangan dan lapangan untuk menghindari setrum dan juga sambaran petir. Pada saat hujan deras lebih baik di rumah," pesan Slamet.
Saat detikJateng ke SMPN 1 Ngawen, personel satpam yang ditemui mengaku tidak mengetahui kejadiannya. Saat kejadian dia mengaku tidak sedang piket.
"Saya tidak tahu, pas bukan saya yang jaga," katanya singkat.
Sementara itu, pantauan di rumah duka, para pelayat terus berdatangan, termasuk para guru. Lokasi rumah duka dekat dengan sekolah dan hanya berjarak sekitar 200 meter ke timur.
Terlihat karangan bunga diletakkan di barat rumah duka. Dari selebaran lelayu tertulis korban berusia 12 tahun, meninggal pada Minggu (24/11) pukul 16.15 WIB karena kecelakaan dan dimakamkan pukul 10.00 WIB.
Seorang warga berinisial S menyebut kejadian hari Minggu (24/11) sekitar pukul 17.00 WIB. Dari cerita warga yang menolong korban, awalnya yang bersangkutan hanya bermain bola di lapangan basket SMP.
"Do dolanan bal no lapangan basket SMP Ngawen, terus kui bocah njupuk bal no ngisor tandon banyu. Ono genangan banyu iduh-iduh kesetrum (pada main bola di lapangan basket SMP Ngawen terus ambil bola di bawah tandon air. Ada genangan air tahu-tahu kesetrum)," jelas S kepada detikJateng.
Beberapa anak dan warga, sebut S, berusaha menolong korban. Namun justru ikut tersengat listrik di lokasi.
"Bocah-bocah sempat nulungi tapi melu kesetrum terus sing dho nulungi nganggo genter (bocah- bocah sempat menolong tapi kesetrum kemudian ditolong dengan bambu)," pungkas dia.
(ams/apl)