Siswa SMA PGRI 2 Kayen, Kabupaten Pati, mengubah tongkol jagung jadi pembungkus buah antiserangga. Projek ini mendapatkan medali silver di ajang International Science and Invention Fair (ISIF) 2024.
Dalam ajang yang diselenggarakan oleh Indonesia Young Scientist Association (IYSA) itu, SMA PGRI 2 Kayen bersaing dengan 973 tim dari 24 negara. Tim mereka terdiri dari Rulita Maharai kelas XII F1, Naela Yumma Pratiwi kelas XII F1, Dea Ayu Wilujeng Puspita Sari kelas XII F2, dan Gudmaniati kelas XI F4.
Rulita mengatakan, timnya membuat projek sains berjudul pemanfaatan tongkol jagung dan serai ekstrak sebagai kertas nano karbon untuk pembungkus buah segar dan pengusir serangga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, latar belakang pembuatan kertas ini karena banyak tongkol jagung yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat.
"Sehingga kami mengkolaborasikan tongkol jagung dan daun serai sebagai bahan pembuat kertas pembungkus buah yang antiserangga," kata Rulita saat ditemui di SMA PGRI 2 Kayen, Sabtu (9/11/2024).
Dia bilang kertas nano karbon ini ramah lingkungan karena menggunakan bahan organik dan harganya lebih ekonomis.
"Keunggulannya produk kami ramah lingkungan karena mengandung bahan dari alam. Selain itu dapat terurai dengan baik, selain itu juga harganya lebih murah 20 persen dibandingkan dengan kertas pembungkus buah pada umumnya," terang dia.
Cara Membuatnya
Rulita menjelaskan tahap awal dalam penelitian ini yaitu membuat nano karbon tongkol jagong. Tahapan awal yakni memanasi tongkol jagung sampai berbentuk abu.
"Lalu digabung dengan HCL, lalu dengan ball mil dan diayak," jelasnya.
Langkah kedua adalah membuat ekstrak serai. Serai yang sudah dibersihkan dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan selama 24 jam.
"Direndam dengan metanol. Setelah itu filtrasi dan kita akan menggunakan ekstrak serainya sebagai bahan anti serangga," terang dia.
Berikutnya adalah pembuatan kertas karbon. "Untuk pembuatan kertas langkahnya campur serai dan nano karbon dari tongkol jagung menjadi bubur dan dicampur dengan kertas bekas. Lalu kita cetak dengan alat. Lalu dijemur selama 7 hari," terang dia.
Guru pembimbing mereka, Suprihatin, mengatakan kertas nano karbon itu telah diuji untuk membungkus buah anggur. Hasilnya kertas nano karbon memiliki keunggulan karena proses pembusukan lebih lama.
"Untuk sampel kita menggunakan buah anggur yang harganya mahal dan tingkat kebusukannya cepat. Bisa tahan untuk pengiriman itu sekitar 2 minggu dibandingkan pembungkus lain. Unggul karena lebih lama proses pembusukannya karena memakai aktivasi karbon tongkol," terang Suprihatin.
"Nah dia itu bisa menyerap uap air dari buah. Jadi untuk proses pembusukan itu lebih menghambat," dia melanjutkan.
(dil/afn)