Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Moewardi Solo berhasil melakukan tindakan Fetoskopi Laser Ablasio pada janin twin-twin transfusion syndrome (TTTS) yang berusia 22 minggu. Tindakan tersebut diklaim sebagai tindakan yang baru pertama kalinya dilakukan di rumah sakit di Jawa Tengah.
Direktur RSUD Moewardi Solo, Cahyono Hadi mengatakan tindakan ini tergolong tindakan canggih kedokteran yang hanya dilakukan di beberapa senter layanan kesehatan di dunia. Di Indonesia, baru enam rumah sakit yang melakukan tindakan Fetoskopi Laser Ablasio terhadap kasus yang cukup langka ini.
Cahyono mengatakan, enam rumah sakit tersebut yakni RSAB Harapan Kita, RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSUP Adam Malik Medan, RSAL Dr Ramelan, RSUD Dr Soetomo di Surabaya, dan di Jawa Tengah ada RSUD Dr Moewardi Solo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"RSUD Dr Moewardi menjadi Rumah Sakit pertama di Jawa Tengah yang melakukan tindakan Fetoskopi Laser Ablasio. Fetoskopi Laser Ablasi saat ini hanya dilakukan di center layanan kesehatan besar di Eropa, US, dan UK. Selain itu, di Malaysia, Thailand, dan Singapura masing-masing hanya ada satu senter yang bisa mengerjakan Fetoskopi Laser Ablasio ini," katanya melalui keterangan tertulis diterima detikJateng, Selasa (29/10/2024).
Lebih lanjut Cahyono mengatakan, tindakan Fetoskopi Laser Ablasio ini dilakukan pada pekan lalu. Ia menyebut, tindakan itu berhasil dijalankan oleh Divisi Fetomaternal KSM Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr Moewardi dengan pengampuan Tim Kemenkes RI dari RSAB Harapan Kita Jakarta di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Dr Moewardi.
"Kami melakukan Fetoskopi Laser Ablasio mulai pukul 10.00 WIB hingga 12.30 WIB. Sekitar 2,5 jam pasca tindakan, perut ibu sudah tidak kencang-kencang, tidak terjadi rembes ketuban, dan gerak janin aktif. Kemudian dari hasil evaluasi hari ketiga pasca tindakan, ketimpangan arus darah pada kedua janin sudah membaik," bebernya.
Dirinya menjelaskan, TTTS merupakan terjadinya ketimpangan arus darah antara kedua janin yang mengakibatkan satu janin memberikan darahnya kepada janin yang lainnya, sehingga berdampak pada risiko kematian kepada keduanya.
"Fetoskopi Laser Ablasio ditujukan untuk memutuskan pembuluh darah penghubung yang menjadi penyebabnya. Dengan Fetoskopi Laser Ablasio selain menyelamatkan janin dari kematian juga dapat mengurangi risiko kerusakan organ," ucapnya.
Menurut Cahyono, twin-twin transfusion syndrome merupakan salah satu kasus yang langka. "Iya (kasus langka)," katanya.
Fetoskopi Laser Ablasio sendiri melibatkan lima dokter dari RSUD Dr. Moewardi dan didampingi 3 dokter dari RSAB Harapan Kita. Fetoskopi dipimpin Dr. dr. M. Adrianes Bachnas selaku Kepala Divisi Fetomaternal RSDM, bersama dr Robert Ridwan, dr Nutria Widya, dr Fitri Hapsari, dan Dr dr Dwi Hidayah.
"Prosedur ini hanya memerlukan sayatan tunggal sepanjang tiga milimeter dan dilakukan dengan persiapan matang khususnya pemetaan lokasi kedua janin, sekat ketuban, plasenta, serta pembuluh darah penghubung menggunakan teknik ultrasonografi yang canggih dan kompleks," pungkasnya.
RSUD Fetoskopi Laser Ablasio ini digunakan untuk penanganan kasus langka twin-twin transfusion syndrome yang dialami janin kembar.
(ahr/rih)