Heboh Fenomena Hujan Es di Solo, Begini Penjelasan BMKG

Heboh Fenomena Hujan Es di Solo, Begini Penjelasan BMKG

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Selasa, 22 Okt 2024 17:26 WIB
Ilustrasi BMKG (Eva Safitri/detikcom)
Foto: Ilustrasi BMKG (Eva Safitri/detikcom)
Semarang -

Warga Kota Solo sempat dihebohkan dengan fenomena hujan es yang terjadi kemarin sore. Hujan es terjadi di kawasan Mojosongo selama sekitar 10 menit.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah (Jateng) mengungkap fenomena hujan es diperkirakan bisa terjadi di daerah lainnya selama masa transisi atau pancaroba.

Hal ini disampaikan Prakirawan Cuaca Stasiun BMKG Ahmad Yani Semarang, Winda Ratri di Stasiun Meteorologi Ahmad Yani, Kelurahan Tambakharjo, Kecamatan Semarang Barat. Ia mengatakan, hujan air yang disertai butiran es itu lumrah terjadi di masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini (hujan es) bisa terjadi, karena adanya awan Cumulonimbus yang tumbuh cukup tinggi sampai di lapisan freezing level, yaitu lapisan di mana suhunya itu 0 derajat," kata Winda kepada awak media, Selasa (22/10/2024).

"Massa atau uap air terdorong ke atas dari udara naik karena cukup kuat di mana labilitasnya juga kuat, pasti dipengaruhi labilitas udaranya cukup kuat, naik sampai ke lapisan freezing level, jadi nanti massa udara atau airnya berkondensasi dan kemudian bisa terbentuk menjadi es," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Dalam awan cumulonimbus yang bisa menjulang cukup tinggi sampai freezing level, lanjut Winda, terdapat jenis partikel air super dingin dan es. Kemudian saat awan sudah cukup jenuh dan tidak bisa lagi menampung air yang ada, turunlah hujan.

"Jika partikel ini ikut turun dan ketika sampai daratan dia belum sepenuhnya cair, maka bisa terjadi hujan es," paparnya.

Ia mengatakan fenomena hujan es yang disertai kilat dan angin kencang yang dimungkinkan muncul hingga Oktober akhir ini telah beberapa kali terjadi. Tapi untuk tahun ini, baru terjadi di Kota Solo, Senin (20/10) kemarin.

"Hujan es ini masih bisa terjadi di daerah lain, mengingat belum semua wilayah Jawa Tengah memasuki musim penghujan, masih sebagian besar masih di masa peralihan," terangnya.

Hujan es dikatakan terjadi di lingkup daerah yang sangat sempit dengan hitungan menit. Oleh karenanya, tidak semua daerah akan terkena hujan es. Bahkan bisa jadi daerah lainnya tak diterjang hujan maupun angin kencang.

"Di Semarang itu pernah, di Mijen juga pernah terjadi, tapi nggak semuanya, di sana hujan es, di sini ternyata pas kita analisa, di sini terang, bisa saja seperti itu, memang sangat lokal," paparnya.

Ia mengatakan, hujan es di Indonesia ukurannya cukup kecil jika dibandingkan hujan es di luar negeri di Vivian, Amerika Serikat. Jika ukurannya besar, hujan es disebut bisa sampai merusak bangunan.

"Ketika kita tidak memakai payung, kebetulan berada di luar, kalau terkena badan juga lumayan (sakit). Jika memang partikelnya agak besar, bisa saja merusak bangunan," ungkapnya.

Diberitakan sebelumnya, warga Mojosongo, Kota Solo dikejutkan dengan hujan es yang terjadi pada Senin (21/10). Munculnya hujan es ini juga sempat viral di media sosial.




(ahr/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads