Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII Solo 2024 telah usai digelar. Kontingen Jawa Tengah (Jateng) jadi juara umumnya. Terlepas dari kegigihan para atlet saat berlaga, peran pelatih juga vital di sini. Berikut kisah salah satu pelatih boccia Kontingen Jateng yang turut mengantar atletnya ke podium.
Seperti diketahui, Peparnas XXI Solo 2024 digelar pada 6-13 Oktober 2024 dan diikuti kontingen dari 33 provinsi se-Indonesia. Dalam ajang yang melombakan 20 cabang olahraga tersebut, Kontingen Jateng meraih total 406 medali yang terdiri dari 161 emas, 121 perak, dan 124 perunggu.
Dari 161 medali emas yang diraih Kontingen Jateng di Peparnas XVII Solo 2024, lima di antaranya dari cabang olahraga (cabor) boccia. Berikut daftar atlet dan perolehan medalinya.
- Muhammad Bintang Satria Herlangga: Gold Men's Individual BC2
- Felix Ardi Yudha: Gold Mixed Pairs BC2
- Muhamad Afrizal Syafa: Gold Men's Individual BC1
- Gischa Zayana: Gold Women's Individual BC2
- Handayani: Gold Women's Individual BC1
Tentang Boccia dan Seluk-beluknya
Prestasi tersebut tak lepas dari peran Andrian Martgatha Kasih, salah satu pelatih atlet disabilitas di cabor boccia. detikJateng berkesempatan mewawancarai pria 31 tahun asal Solo ini di GOR FKOR Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo pada Kamis (10/10) lalu.
"Boccia ini olahraga ketangkasan, ketepatan, terukur. Cara mainnya mendekatkan bola lempar sedekat mungkin dengan bola sasaran yang dinamakan bola jack. Jadi melatih ketepatan sama adu strategi di dalamnya untuk dapat poin di situ," kata Andrian, Kamis (10/10/2024).
Boccia ialah olahraga khusus untuk disabilitas, alias tidak dipertandingkan untuk atlet umum. "Mungkin yang mirip dengan boccia (untuk atlet umum) ya petanque," ujar dia.
Andrian bilang, ada empat kelas boccia yang dipertandingkan di kompetisi internasional. Penentuan kelas ini ditentukan berdasarkan tingkat disabilitas atletnya.
"Boccia (BC) ini yang internasional sudah diputar ada empat kelas. BC1 putra putri, BC2 putra putri, BC3 putra putri, BC4 putra putri. (Penentuan kelas) Dilihat dari kedaksaannya, ketunaannya," terangnya.
"Jadi yang (kelas) BC1 dia punya keterbatasan gerak, BC2 (keterbatasan geraknya) lebih ringan dari BC1. BC4 lebih ke (atlet yang) noncerebral palsy, (yaitu) ada gangguan otot yang lemah. BC3 yang paling berat, sulit untuk melempar, untuk mengendalikan bola dengan jangkauan yang panjang," imbuh Andrian.
Khusus untuk atlet BC3 menggunakan alat bantu seperti papan seluncur bola. Atlet di kelas ini juga didampingi asisten yang membantu mereka.
"BC3 menggunakan alat bantu namanya ramp. Dan si atlet punya asisten ramp yang membantu mengarahkan, mengambilkan bola, dan untuk menentukan jarak papan seluncurnya. Baru mereka biasanya bisa dengan menusuk atau menyentuh dengan tangannya atau dibantu dengan stik," jelas Andrian.
Olahraga ini bisa dimainkan secara individu maupun berkelompok. Andrian menjelaskan, ada tiga nomor yang dipertandingkan dengan kombinasi yang berbeda-beda. Yaitu nomor individual putra putri, nomor pairs yang hanya ada di BC4 dan BC3, dan nomor berpasangan mix pairs (putra dan putri).
Sedangkan nomor tim itu hanya ada di BC1, BC2, dan gabungan. "Kalau tim ini tiga orang terdiri dari BC2 dan BC1, dan harus ada perempuan. Nggak boleh laki-laki semua, tapi kalau perempuan semua boleh," kata Andrian.
Awal Kenal Olahraga Boccia
Andrian menjadi pelatih boccia sejak 7 tahun lalu, saat dirinya masih kuliah S2 Olahraga di UNS. Saat itu dia diminta dosennya untuk membantu memperkenalkan dan mengembangkan boccia yang baru masuk ke Indonesia.
"Di kuliah lebih (belajar) ke kepelatihan umum dan waktu itu ada workshop di tahun 2017 untuk kepelatihan difabel, saya pernah mengikuti workshop tersebut. Kemudian saya diperbantukan sama dosen di UNS untuk mengembangkan boccia yang waktu itu baru dibentuk," ujar Andrian.
Singkat cerita, karier Andrian sebagai pelatih boccia pun melejit. Usai ikut workshop, dia bergabung di National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) dan dipercaya melatih atlet boccia untuk berlaga di Asian Para Games 2018 di Jakarta. Saat itu dia masih kuliah S2.
"Waktu itu ada workshop untuk mengikuti penataran terkait salah satunya bagaimana melatih untuk adaptif teman-teman difabel, mengatasi teman-teman difabel. Melalui workshop tersebut kemudian baru masuk di NPC Indonesia," kenang Andrian.
(dil/ahr)