Guru BK Pelaku Pelecehan di Pekalongan Dipindah ke Pemalang

Guru BK Pelaku Pelecehan di Pekalongan Dipindah ke Pemalang

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Senin, 07 Okt 2024 16:47 WIB
Kabid Pembinaan SMA Disdikbud Provinsi Jawa Tengah, Kustrisaptono saat ditemui di Kantor Disdikbud Jateng, Jalan Pahlawan, Semarang, Senin (7/10/2024).
Foto: Arina Zulfa Ul Haq
Semarang -

Guru Bimbingan Konseling (BK) SMAN 3 Pekalongan dipindahkan usai diduga melalukan pelecehan seksual secara verbal kepada sejumlah siswinya. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) akan memindahtugaskan guru BK itu ke Pemalang.

Hal ini diungkapkan Kabid Pembinaan SMA Disdikbud Provinsi Jawa Tengah, Kustrisaptono. Ia mengatakan, guru BK yang diketahui telah melakukan pelecehan seksual secara verbal telah diberi surat peringatan tapi tak sampai diberhentikan.

"Untuk menjaga sekolah tetap kondusif, anak-anak terhindar dari trauma, guru BP-nya ini akan ditugaskan sementara di SMAN 1 Bantarbolang, Pemalang. Belum sampai pemberhentian," kata Kustrisaptono di Kantor Disdik Jateng, Jalan Pemuda, Semarang, Senin (7/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengungkapkan, tak ada protes dari pihak SMAN 1 Bantarbolang. Sekolah tersebut ditunjuk sebagai lokasi pindah tugas untuk menambah jumlah guru.

"Sebenarnya kalau kurang guru semua sekolah pasti kurang guru. Harapannya guru tersebut introspeksi, memperbaiki diri," harapnya.

ADVERTISEMENT

"Kalau sampai sekarang, laporan itu ada 16 siswa yang dilecehkan secara verbal. Nggak sampai (puluhan)," lanjutnya.

Kepala Disdikbud Pemprov Jateng Uswatun Hasanah mengungkapkan kronologi kejadian tindak menyenangkan yang dilakukan salah satu guru BK di SMAN 3 Pekalongan.

Peristiwa bermula saat guru BK mengumpulkan 16 siswi yang dinilai memerlukan pendampingan agar tak terjerumus pergaulan bebas. Namun, saat konsultasi, pertanyaan yang dilontarkan guru BK itu menjurus ke hal-hal sensitif.

"Pada saat wawancara berjalan, konten yang dibahas dan pertanyaan-pertanyaan guru BK terlalu dalam termasuk berkaitan dengan aktivitas seksual siswa, sehingga membuat siswa tidak nyaman," ungkapnya saat dihubungi detikJateng.

Para siswa lantas melaporkannya kepada orang tua dan langsung membuat para orang tua tak terima, sehingga menceritakan kejadian tersebut ke media sosial. Menggandeng Lembaga Bantuan Hukum (LBH), para orang tua juga menuntut proses penanganan kasus lebih lanjut.

"Tuntutan LBH dan siswa agar yang bersangkutan, Bapak CS (pelaku) diproses secara kedinasan dan dimutasi ke tempat lain," jelasnya.

Lebih lanjut Uswatun menjelaskan, 16 siswi yang menjadi korban telah mendapatkan screening dan advokasi dari tim Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) dan Dinas Kesehatan Kota Pekalongan sebagai upaya penanganan dampak psikologis siswa.

"Disdikbud Provinsi Jateng telah melakukan pendalaman materi aduan dan diperlakukan pemahaman bersama bahwa tugas guru BK adalah melakukan pendampingan untuk keberhasilan pendidikan para peserta didik," pungkasnya.

Siswa SMA 3 Pekalongan Demo

Sebelumnya, sejumlah siswa SMAN 3 Kota Pekalongan menggelar aksi demo di sekolah pada Rabu (2/10). Mereka menuntut sekolah memberi sanksi pada oknum guru Bimbingan Konseling (BK) yang berinisial S. S dituding telah melakukan pelecehan seksual secara verbal ke puluhan siswi.

Saat aksi demo para murid ini, oknum guru BK tersebut tidak tampak di sekolahan. Saat mediasi, para korban yang didampingi lembaga bantuan hukum, ditemui pihak sekolah, komite sekolah dan petugas kepolisian.

Tim bantuan hukum dari LBH Adiyaksa, Imammul Abror, menjelaskan dari puluhan siswa yang menjadi pelecehan seksual verbal, baru 20 siswi yang mengadukan ke pihaknya.

"Dari data yang kami dapatkan, ini korban dipilih secara acak, mungkin sesuai dengan selera atau sesuai dengan kelas, dibawa ke dalam ruangan diinterview dengan pertanyaan-pertanyaan menuju ke arah seksual," kata Imam.

Menurut Imam, interview pada para siswi yang dipilih oknum guru BK ini hanya sebagai modus.

"Sebenarnya bukan mencari keterangan, jadi banyak yang dari korban ini merasa ini bukan interview (yang wajar), ini kok seakan aku dihakimi, aku dilecehkan. Ini disampaikan ke orang tua, orang tua akhirnya datang ke kami untuk memberikan kuasa," ungkapnya.

"Sementara ini ada 20 orang (mengadu). Kemungkinan akan bertambah, ya siswi semua (perempuan)," katanya.




(afn/apu)


Hide Ads