BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang mengimbau masyarakat mewaspadai setidaknya empat fenomena cuaca yang akan terjadi pada Oktober 2024. Salah satunya fenomena suhu udara maksimum. Oktober tahun lalu, suhu tertinggi tercatat mencapai 38,1 derajat celsius.
Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Yoga Sambodo mengatakan beberapa fenomena yang diprediksi akan terjadi itu karena adanya gerak semu matahari dan juga perubahan cuaca.
"Seiring dengan akan pergantian bulan menuju bulan Oktober 2024, Provinsi Jawa Tengah bersiap menghadapi berbagai fenomena astronomi dan meteorologi yang dapat mempengaruhi kondisi cuaca dan lingkungan," kata Yoga dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan kesiagaan masyarakat, kami mengajak semua pihak untuk berperan aktif dalam memahami potensi dampak dari fenomena ini," sambung dia.
Fenomena Cuaca Oktober di Jateng
Berikut beberapa fenomena cuaca yang diprakirakan akan terjadi di Jawa Tengah pada Oktober 2024.
1. Kulminasi Utama
Kulminasi Utama diprediksi terjadi antara tanggal 9 Oktober hingga 13 Oktober 2024. Fenomena ini terjadi ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit, di mana deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, dan ketika posisi matahari tepat di titik zenit atau di atas kepala pengamat.
"Maka bayangan pengamat akan 'menghilang' sehingga Hari Kulminasi Utama dikenal juga sebagai Hari Tanpa Bayangan. Untuk wilayah Jawa Tengah Hari Tanpa Bayangan terjadi antara Tanggal 9-13 Oktober 2024," jelas Yoga.
2. Suhu Udara Maksimum
Yoga menjelaskan, berdasarkan data klimatologis selama 30 tahun yaitu rentang tahun 1991-2020, Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang mencatat bulan Oktober sebagai bulan dengan suhu rata-rata maksimum.
"Suhu tertinggi tercatat 39.5 derajat celsius pada Oktober 2015.Tahun 2023 tercatat 38.1 derajat celsius, artinya adanya potensi wilayah Jawa Tengah terutama bagian Pantura mencapai suhu rata-rata maksimum pada siang hari, tentunya jika cuaca cerah tidak ada tutupan awan," jelasnya.
3. Masa Transisi Musim (Pancaroba)
Yoga menjelaskan, posisi semu matahari yang mulai bergeser dari Belahan Bumi Utara (BBU) ke Belahan Bumi Selatan (BBS) mengakibatkan wilayah- wilayah di selatan katulistiwa seperti Jawa Tengah akan memasuki masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan, terutama awal hingga pertengahan Oktober.
"Pada masa transisi musim tersebut kondisi atmosfer cenderung labil sehingga berpotensi membentuk awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat memicu terjadinya cuaca ekstrem, seperti kilat atau petir, angin kencang, puting beliung, hujan lebat, hujan es (hail), dan lain sebagainya," ujarnya
4. Awal Musim Hujan
Awal musim hujan tahun 2024/2025 di wilayah Jawa Tengah umumnya diprakirakan terjadi pada Oktober 2024.
Yoga menjelaskan, awal musim hujan tahun 2024 paling awal terjadi pada bulan September Dasarian III atau akhir September 2024 yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Wonosobo bagian Utara, sebagian Kabupaten Cilacap, Tegal, Pemalang, dan Pekalongan bagian Selatan, sebagian kecil Kabupaten Banyumas bagian Utara, Brebes, dan Temanggung.
"Sedangkan yang paling akhir pada bulan November Dasarian II, pertengahan November 2024, meliputi sebagian Kabupaten Rembang, wilayah Timur Kabupaten Pati dan wilayah Timur Laut Kabupaten Jepara. Kemudian untuk Puncak Musim Hujan Tahun 2024/2025 umumnya diprakirakan terjadi pada bulan Januari-Februari tahun 2025," terangnya.
Yoga juga mengimbau masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan cuaca yang terjadi, baik dari yang tadinya panas tiba-tiba berubah hujan. Masyarakat di daerah rawan bencana juga diminta selalu waspada terutama ketika hujan lebat.
"Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di wilayah rawan bencana diimbau untuk terus waspada dan siaga terutama saat terjadi hujan lebat untuk mengantisipasi dampak yang dapat terjadi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, sambaran petir, dan pohon tumbang. Serta selalu memperhatikan update informasi cuaca ekstrem dari Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang," pungkasnya.
(dil/cln)