Cerita Warga Klaten Bertemu Jenderal A Yani Sehari Sebelum Diculik PKI

Cerita Warga Klaten Bertemu Jenderal A Yani Sehari Sebelum Diculik PKI

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Senin, 30 Sep 2024 16:12 WIB
Surat penghargaan dari jendral A Yani kepada Siti Fatonah.
Surat penghargaan dari jendral A Yani kepada Siti Fatonah. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng.
Klaten -

Jenderal TNI (anumerta) Ahmad Yani merupakan salah satu pahlawan revolusi yang menjadi korban penculikan dan pembunuhan Gerakan 30 September/ PKI. Sebelum pembunuhan keji terjadi 1 Oktober 1965 dini hari, seorang warga Klaten, Siti Fatonah sempat bertemu dan mendapat piagam penghargaan dari Menteri Panglima Angkatan Darat tersebut.

Anak Siti Fatonah, Achmad Hasto Agung Nugroho (52), mengatakan almarhum ibunya bertemu jenderal A Yani karena diundang ke markas angkatan darat untuk diberikan piagam penghargaan. Piagam penghargaan sebagai istri anggota TNI AD itu diterima tanggal 29 September 1965.

"Kalau di sini (foto kopi piagam penghargaan) terteranya tanggal 29 September 1965. Yang diceritakan sama saya, Pak Yani bilang begini ke ibu 'teruskan perjuangan kita'," ungkap Achmad Hasto kepada detikJateng, Senin (30/9/2024) siang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dijelaskan Achmad Hasto, sebelum ibunya meninggal di rumahnya di Desa Karanganom, Kecamatan Karanganom, Klaten, pernah bercerita mendapatkan piagam penghargaan dari Jenderal A Yani. Dirinya kemudian ditunjukkan piagam penghargaan tersebut.

"Terus diambilkan piagam itu lalu saya bawa ke tukang foto kopi. Ibu saya meninggal 2018, saat Corona tapi piagam itu saya abadikan, saya fotokopi sebagai kenangan," tutur Achmad Hasto.

ADVERTISEMENT

Ibunya mendapatkan penghargaan itu, kata Achmad Hasto, karena ayahnya Ngatidjo seorang anggota TNI AD yang juga bekas anak buah A Yani. Ayahnya meninggal tahun 2008 pada usia 90 tahun.

"Ayah saya meninggal 2008 saat usia 90 tahun. Ibu waktu itu juga ikut berjuang mengikuti bapak, karena bapak itu tentara angkatan darat dari pasukan Gombong," lanjut Achmad Hasto.

Ayahnya, kata Achmad Hasto, sempat berdinas ke Jakarta, Sulawesi, Sumatera, dan daerah lainnya di Indonesia. Namun sebelum meletus peristiwa G30S PKI, ayahnya dipindahkan ke Kota Solo.

"Bapak ditugaskan ke Solo, kemudian Kodim Solo saat kejadian (G30S PKI). Piagam penghargaan itu diberikan 29 September 1965 di Jakarta di kantor kerja Pak Ahmad Yani, ibu saya didampingi bapak," sambung Achmad Hasto.

Ayahnya, sebut Achmad Hasto, sering bercerita mengenang sosok Ahmad Yani sebagai jenderal yang ramah, murah senyum dan baik dengan anak buah. Ayah dan ibunya tidak punya firasat apapun saat terakhir bertemu jenderal A Yani.

"Ya cuma pesan itu aja (dari Pak Yani) 'teruskan perjuangan kita', tidak pernah cerita ada firasat apapun. Ibu siangnya menghadap, penyampaian pak jenderal yang cuma pesan singkat itu," ujar Achmad Hasto.

"Piagam aslinya sekarang tidak tahu disimpan di mana, sebelum meninggal ibu tidak berpesan. Mungkin di rumah Karanganom," imbuh Achmad Hasto yang kini tinggal di Kecamatan Polanharjo.

detikJateng yang mencermati foto kopi surat penghargaan berkop Menteri/ Panglima Angkatan Darat Republik Indonesia. Nama dan tanda tangan Letjend Ahmad Yani tertanggal 29 September 1965.

Pada surat penghargaan itu tertulis Siti Fatonah sebagai penerima dengan suami Serda Ngatidjo dan bertugas di Kodim 0735. Penghargaan diberikan atas kesetiaan mendampingi suami dalam pelaksanaan tugas.




(apl/cln)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads