Pancasila adalah ideologi nasional sekaligus falsafah hidup bangsa dan negara Indonesia. Sebagai sebuah ideologi nasional, Pancasila punya tiga dimensi yang perlu detikers pahami. Apa saja? Berikut ini penjelasan dan contohnya.
Dikutip dari buku Ensiklopedia Pancasila oleh R Toto Sugiarto dkk, Pancasila tersusun dari dua kata Sanskerta, yakni panca dan syila. Panca bermakna lima, sedangkan syila berarti sendi, dasar, alat, ataupun asas. Artinya, Pancasila bisa dimaknai sebagai lima asas atau lima dasar.
Lebih lanjut, dirujuk dari Jurnal Office berjudul 'Relevansi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka di Era Reformasi' oleh A Aco Agus, sebagai ideologi bangsa dan negara alias nasional, Pancasila tergolong sebagai sebuah ideologi terbuka. Apa artinya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maksudnya, ide-ide yang mendasari Pancasila tidaklah dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral, maupun budaya bangsa Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah milik rakyat.
Tiga Dimensi Pancasila sebagai Ideologi Nasional
Diringkas dari laman resmi Library Lemhannas dan sumber yang telah disebutkan sebelumnya, Pancasila sebagai ideologi nasional punya tiga dimensi. Ketiganya adalah:
1. Dimensi Realitas
Maknanya, suatu ideologi harus bisa mencerminkan realita kehidupan yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian, Pancasila harus mampu untuk diaplikasikan dalam kehidupan bangsa sehari-hari alias konkrit (bukan hanya ide belaka). Selain itu, Pancasila juga mampu memotivasi pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.
2. Dimensi Idealisme
Pancasila punya dimensi idealisme berarti memiliki nilai-nilai dasar yang bersifat sistematis, rasional, dan menyeluruh. Nah, nilai-nilai ini pada dasarnya bersumber pada filsafat Pancasila. Dimensi idealistis yang terkandung dalam Pancasila mampu memberikan harapan, optimisme, serta mendorong motivasi pendukungnya untuk mewujudkan cita-cita.
3. Dimensi Fleksibilitas
Sesuai namanya, dimensi fleksibilitas berarti kemampuan nilai-nilai Pancasila untuk selalu menyesuaikan diri dengan perubahan, perkembangan, maupun pemikiran-pemikiran baru. Atau, dengan kata lain, Pancasila memiliki dimensi fleksibilitas karena terus memelihara dan memperkuat relevansinya dari masa ke masa sebagaimana penjelasan dari dokumen unggahan Repository Unikom.
Contoh Dimensi Pancasila
Lalu, apa contoh dimensi realistis, idealistis, dan normatif Pancasila? Berikut ini poin-poin pentingnya diambil dari tugas mata kuliah Pancasila oleh Moch Rezeki Setiawan asal Universitas Ahmad Dahlan:
Contoh Dimensi Realitas
Sila pertama: Seseorang menjalankan ibadah menurut agamanya masing-masing.
Sila kedua: Tidak membeda-bedakan suku bangsa.
Sila ketiga: Kegiatan gotong royong membersihkan kelas.
Sila keempat: Memilih pengurus kelas.
Sila kelima: Menyantuni anak yatim.
Contoh Dimensi Idealisme
Sila pertama: Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sila kedua: Pengakuan terhadap harkat martabat manusia.
Sila ketiga: Terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat: Terwujudnya lembaga perwakilan yang demokratis.
Sila kelima: Terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur.
Contoh Dimensi Fleksibilitas
Sila pertama: Diakuinya Konghucu sebagai agama baru.
Sila kedua: Adanya undang-undang tentang HAM.
Sila ketiga: Pengaturan wilayah laut.
Sila keempat: Pemilihan presiden secara langsung.
Sila kelima: Pendirian bank syariah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat.
Demikian penjelasan lengkap mengenai 3 dimensi Pancasila sebagai ideologi nasional plus contohnya. Semoga pembahasannya mencerahkan, ya!
(par/par)