Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Wiranto, meninjau uji coba makan bergizi gratis di SDN Kleco 1, Kecamatan Laweyan, Kota Solo. Pada kesempatan itu, Wiranto menyebut alokasi anggaran untuk makan bergizi gratis tiap daerah kemungkinan akan berbeda.
Dalam uji coba tersebut para siswa diberikan paket makanan senilai Rp 15 ribu, yang terdiri dari nasi, sayur, jeruk, tahu, daging, dan susu. Wiranto mengatakan, selain di Solo ia sudah memantau uji coba makan bergizi gratis ini di sejumlah daerah, seperti di Cilegon, Salatiga, dan Tangerang.
"Kita ingin melihat, dalam uji coba ini setiap daerah memiliki karakter yang berbeda. Sehingga dapat kita temukan nanti tingkat kesulitannya, hambatannya, dan bagaimana kita mencoba mendapatkan standarisasi makanan bergizi gratis ini. masukan ini akan kita sampaikan ke timnya presiden terpilih nanti," terang Wiranto kepada awak media di SDN Kleco 1, Rabu (19/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya dari hasil peninjauan uji coba makan bergizi gratis itu dilakukan evaluasi. Evaluasi akan disampaikan kepada tim Presiden terpilih 2024 Prabowo Subianto, untuk pelaksanaan program makan bergizi gratis secara nasional.
Alokasi Anggaran Berbeda
Menurutnya, alokasi anggaran untuk program makan bergizi gratis di setiap daerah akan berbeda. Hal ini disebabkan karena setiap daerah memiliki tingkat permasalahan yang berbeda.
"Itu belum keputusan, ini baru uji coba. Nanti kita masukan ke level nasional, baru akan dilakukan perencanaan. Menurut saya harganya tidak sama. Karena harga makanan sendiri tidak sama, seperti di Solo pasti berbeda dengan Merauke," imbuh Wiranto .
Wiranto menuturkan, lokasi yang berbeda juga berpengaruh terhadap harga pangan yang akan diberikan untuk program makan bergizi gratis. Dan untuk program tersebut juga harus ada standarnya.
"Perbedaan itu akan menyesuaikan dengan harga di sana, yang penting gizinya jangan berubah, gizinya harus standar," jelasnya.
Selain itu, ada sejumlah kebutuhan pokok yang masih harus diimpor, seperti susu. Wiranto mengatakan, kebutuhan susu dalam negeri untuk saat ini masih belum memenuhi kebutuhan nasional. Apalagi bila ditambah adanya makan bergizi gratis.
"(Untuk bahan makanan impor?) Ya impor, sambil kita mencoba mencukupi dari dalam. kemarin ada pemikiran adanya satu upaya mendatangkan sapi perah dari luar negeri, kalau masih kecil nanti sampai kapan? 5 tahun lagi baru bisa diperah susunya," ucapnya.
"Ini nanti kolaborasi swasta juga untuk mendapatkan proyek ini, tidak apa-apa. Selama profit itu masih masuk akal tidak apa-apa. Saya dengar pengusaha susu akan mendatangkan sapi perah ke Indonesia. Tapi sementara itu yang diperah apa tidak ada sapinya. Jadi masih menambah impor dari luar negeri. Dari dalam negeri pun tidak ada program makan bergizi gratis masih kurang," imbuhnya.
(apl/aku)