Kisah Mama Jeki, Dulu Dibuang di Stasiun Jebres Kini Asuh Puluhan Anak Telantar

Kisah Mama Jeki, Dulu Dibuang di Stasiun Jebres Kini Asuh Puluhan Anak Telantar

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Minggu, 15 Sep 2024 10:32 WIB
Sri Rejeki, pengasuh Panti Asuhan YPBT Klaten saat ditemui Jumat (13/9/2024).
Sri Rejeki, pengasuh Panti Asuhan YPBT Klaten saat ditemui Jumat (13/9/2024). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten - Panti Asuhan Yayasan Pemeliharaan Bayi Terlantar (YPBT) Klaten kini merawat puluhan anak telantar dari bayi sampai menikahkan. Di balik kegigihan panti tersebut, ada sosok Sri Rejeki (61) yang dulunya juga anak telantar.

Panti asuhan YPBT terletak di Jalan Sindoro, Kalurahan Gayamprit, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten kota. Bangunan yang luasnya sekitar 300 meter persegi itu tiap hari tidak pernah sepi.

Bagian depan panti digunakan untuk warung makan, jualan gas, dan agen es kristal yang seluruhnya dikelola panti sebagai salah satu sumber pendanaan. Tawa dan tangis anak asuh yang masih bayi, remaja sampai dewasa mewarnai panti setiap hari.

Di panti asuhan itulah Sri Rejeki mendedikasikan dirinya untuk mengasuh para bayi telantar dari berbagai latar belakang. Wanita yang akrab dipanggil Mama Jeki itu ternyata pernah mengalami nasib serupa anak- anak asuhnya.

"Saya dulu juga anak terbuang, dibuang di Stasiun Jebres zaman peristiwa G30S PKI jam 22.00 WIB. Sampai sekarang belum ketemu orang tua maupun saudara, saya sebatang kara, sama seperti anak-anak ini," tutur Sri Rejeki kepada detikJateng, Jumat (13/9/2024) siang.

Diceritakan Sri, setelah itu dirinya diasuh di panti asuhan Aisyiyah di kampung Tegal Sepur, Klaten. Setelah itu mengabdikan diri di YPBT selama 30 tahun.

"Saya di panti ini kurang lebih sudah 30 tahun, yang penting itu niat kita. Dulu panti masih ngindung (ikut rumah orang) sekarang sudah mandiri, kita kumpulkan dari donatur sedikit demi sedikit sampai punya tempat sendiri," ungkap Sri Rejeki.

Warung YPBT Siwi Mekar di Gayamprit, Klaten Selatan, Klaten, Kamis (12/9/2024).Warung YPBT Siwi Mekar di Gayamprit, Klaten Selatan, Klaten, Kamis (12/9/2024). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Saat ini, terang Sri Rejeki, jumlah anak asuhnya mencapai 50 orang mulai umur satu tahun sampai dewasa. Yang usia sekolah sudah sekolah semua.

"Yang sekolah ya sekolah semua. Suka-duka yang penting niat, ikhlas lebih dahulu," lanjut Sri Rejeki.

Pantinya, kata Sri Rejeki, menampung anak-anak dari Klaten dan berbagai daerah yang sejak berdiri tahun 1959 sudah merawat sekitar 600 anak. Anak di pantinya ada yang diserahkan sejak baru lahir.

"Banyak yang kita rawat sejak umur tiga hari, lahir procot. Tapi kalau yang umur di atas lima tahun saya tidak mau karena umur segitu sudah terpengaruh luar," sambung Sri Rejeki.

Bahkan, sebut Sri Rejeki, di pantinya banyak kuburan ari-ari bayi yang diserahkan orang tuanya usai dilahirkan. Semua adalah anak yang diserahkan orang tuanya karena berbagai masalah.

"Ya diserahkan orang tuanya, anak-anak ini korban anak sekolah, orang selingkuh dan lainnya yang nggak menerima sebagai aib. Kita ngawekani (antisipasi) jangan sampai anak kena bumerang perbuatan orang tuanya," imbuh Mama Jeki yang juga nenek tiga cucu tersebut.

Tidak hanya mengasuh dan membesarkan, ujar Sri Rejeki, anak-anaknya diperlukan seperti anak kandungnya sendiri. Sekolah disekolahkan dan yang menikah juga dinikahkan.

"Mulai mengasuh, membesarkan, sekolah kita juga sekolahkan yang menikah kita nikahkan. Alhamdulillah kita sudah menikahkan lima kali, bulan Agustus tanggal 23 kita nikahkan, anak asuh dan anak kandung tidak kita bedakan," pungkas Sri.

Eko (23), seorang anak asuh YPBT mengatakan dirinya diasuh dari mulai umur tiga hari. Sampai sekarang tidak tahu keluarganya.

"Nggak tahu, ya di sini rumah saya. Adik-adik ya kaya adik sendiri, jemput sekolahnya juga," ungkap Eko kepada detikJateng.


(apu/apu)


Hide Ads