detikers, tahukah kamu bahwa caecilia merupakan salah satu hewan endemik Pulau Jawa? Namanya memang masih terdengar dan lebih terdengar seperti nama orang alih-alih hewan amfibi. Namun, ada beberapa fakta hewan caecilia yang menarik untuk kita ketahui!
Menurut Enik Suryana dalam buku Amfibi (Amphibia), amfibi atau amphibia merupakan hewan bertulang belakang atau vertebrata yang hidup di dua alam, yaitu air dan darat. Beberapa ciri-ciri amfibi antara lain memiliki tulang belakang, berdarah dingin, hidup di darat dan perairan, serta memiliki kulit tubuh yang licin.
Penasaran dengan fakta-fakta caecilia, detikers? Mari kita simak informasi lengkap yang dihimpun dari artikel ilmiah berjudul Habitat Use by the Javan Caecilian (Ichthyophis hypocyaneus) oleh AmaΓ«l BorzΓ©e dkk, serta laman Amphibian Species of the World, Animalia, dan International Union for Conservation of Nature.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fakta Hewan Caecilia
1. Tidak Punya Kaki
Ichthyophis hypocyaneus adalah spesies amfibi kecil tanpa kaki yang memiliki tubuh panjang dan mirip cacing. Hewan ini memiliki mulut besar, ekor pendek, dan kloaka melintang, serta warna tubuh gelap dengan garis kuning cerah di sisi tubuh. Selain itu, caecilia ini memiliki dua baris gigi kecil di rahang bawah, serta tentakel yang terletak di antara mata dan lubang hidung.
2. Habitat
Caecilia ditemukan di berbagai lokasi di Pulau Jawa, termasuk di tepi hutan primer dan area pertanian seperti sawah. Habitatnya juga mencakup kawasan rawa yang sering terendam air selama musim hujan. Spesies ini hidup pada ketinggian antara 600 hingga 814 meter di atas permukaan laut.
3. Perilaku Reproduksi
Perkembangbiakan Ichthyophis hypocyaneus sama seperti amfibi lainnya yaitu bertelur. Hewan ini bertelur di area yang tergenang air, sering kali di bawah vegetasi yang membusuk atau tumpukan daun. Setelah bertelur, larva yang menetas hidup di air sebelum bertransformasi menjadi individu dewasa.
4. Makanan dan Ekologi
Caecilia ini memakan cacing dan arthropoda kecil yang mudah ditemukan di lingkungan yang lembab seperti sawah dan pinggiran hutan. Mereka sering berburu di malam hari, terutama di area yang baru tergenang setelah hujan.
Selain itu, mereka juga harus menghadapi persaingan dengan spesies amfibi lain untuk mencari makanan dan menemukan lokasi bertelur. Saingan utama caecilia adalah katak sawah dan katak kecil lainnya di habitat yang sama.
5. Ancaman dan Konservasi
Ancaman utama bagi spesies ini termasuk polusi dari pestisida di area pertanian dan penangkapan liar untuk perdagangan hewan peliharaan. Larva mereka rentan terhadap racun dari bahan kimia yang digunakan di pertanian.
Meskipun Ichthyophis hypocyaneus bisa beradaptasi dengan habitat yang telah diubah manusia, penurunan kualitas lingkungan tetap menjadi ancaman. Beberapa individu juga turut terperangkap dalam perburuan ikan yang menggunakan racun alami.
6. Pernah Ditemukan di Pekalongan
Sejauh ini, Ichthyophis hypocyaneus diketahui berasal dari empat lokasi di Pulau Jawa. Spesies ini pertama kali dideskripsikan di Banten, Jawa Barat. Kemudian, spesies ini sempat dianggap punah, tetapi kemudian ditemukan kembali melalui pengamatan kedua di Pekalongan.
Pengamatan ketiga terjadi di Bodogol, di tepi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Pada pengamatan keempat yang dilakukan di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, peneliti juga kembali menemukan caecilia.
7. Endemik Pulau Jawa
Hasil penelitian yang sudah dilakukan para ilmuwan menemukan bahwa caecilia merupakan salah satu hewan endemik Indonesia. Bahkan persebarannya hanya bisa ditemukan di Pulau Jawa sehingga amfibi satu bisa dikatakan sebagai endemik Jawa. Tidak heran jika para peneliti menyebutnya sebagai Javan Caecilian atau Javanese Caecilia yang berarti caecilia Jawa.
Demikian beberapa fakta menarik hewan caecilia yang merupakan amfibi mirip cacing endemik Jawa. Semoga bermanfaat!
(par/apl)