Kericuhan mewarnai hari pertama Sekaten saat penabuhan gamelan Sekaten di Halaman Masjid Agung, Kota Solo. Dua kelompok massa sempat terlibat saling dorong usai gamelan Sekaten ditabuh.
Kericuhan bermula setelah gangsa atau gamelan sekaten ditabuh untuk pertama kalinya sekitar pukul 13.55 WIB.
Sesaat kemudian, mantu Dalem, Kanjeng Raden Aryo Rizki Baruno Aji Diningrat bersama serombongan orang mengenakan beskap putih mendatangi Bangsal Sekati tempat Gamelan Kyai Guntur Madu dibunyikan. Setelah itu, Rizki mendorong salah satu abdi dalem yang berada tepat di depan pintu masuk Bangsal Sekati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rizki menyoal gamelan Sekaten yang ditabuh sebelum ia tiba di Bangsal Sekati. Ia pun kemudian sempat dihalau oleh rombongan orang mengenakan baju hitam.
"Paugeran (aturan) keraton kan harus sesuai dengan dhawuh (perintah) Sinuhun (PB XIII). Kenapa saya harus dicegat di sini. Jadi jangan sampai ngowahi (mengubah) adat, ini sudah dhawuh Dalem jadi ini keputusan Sinuhun saya yang didhawuhkan untuk mengurus," kata Rizki, kepada awak media di Halaman Masjid Agung Solo, Senin (9/9/2024).
Beruntung kericuhan itu tidak berlangsung lama. Pihak kepolisian dan TNI yang berjaga, berhasil memisahkan kedua kelompok tersebut. Situasi pun berangsur kondusif.
Ditemui terpisah, Ketua Eksekutif LDA, Kanjeng Pangeran Haryo Eddy S Wirabhumi yang juga di lokasi kejadian membenarkan adanya insiden tersebut. Ia mengatakan sempat terjadi silang pendapat ketika gamelan akan dipukul.
"Jadi memang terjadi miskomunikasi. Saya dengarkan dengan sangat keras dari speakernya Masjid Agung. Setelah tatanan acara selesai itu yang diminta untuk mendhawuhi ngungelaken gangsa adalah Kanjeng Sinawung. Kanjeng Sinawung kemudian ndhawuhke. Setelah didhawuhke ada yang datang namanya Mas Rizki itu mengatakan bahwa dia yang ditugaskan untuk mendhawuhkan itu. Sehingga terjadi silang pendapat," ujar Eddy.
Eddy menegaskan proses pelaksanaan kegiatan perayaan Sekaten Keraton Kasunanan Solo tahun ini ada perintah dari Pengageng Parentah Keraton KGPH Dipokusumo agar pihaknya hadir dalam acara tersebut.
"Ini miskomunikasi yang sebetulnya tidak harus terjadi. Tetapi kalau kami tarik lagi proses penyelenggaraan kegiatan ini ada dhawuh dari Pangageng Parentah Keraton Gusti Dipo untuk hadir di acara itu," jelas dia.
Di sisi lain, Pangageng Parentah Keraton Solo, KGPH Dipokusumo menyampaikan hal serupa. Kericuhan yang terjadi disebutnya dikarenakan adanya miskomunikasi.
"Kalau saya hanya karena SOP saja. Dhawuh Dalem itu standarnya Mantu Dalem KRA Baruno Aji Diningrat," kata Dipo.
Ketika dimintai konfirmasi terkait gamelan Sekaten telah ditabuh sebelum Mantu Dalem hadir, Dipokusumo menyebut bahwa ada kesalahan SOP.
"Memang terjadi begitu, tapi kan semua berdasarkan dhawuh Dalem. Intinya nanti kita lihat zaman kelakone wae," jelasnya.
(aku/rih)