Dalam pelajaran bahasa Indonesia, baik di bangku Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), kita mempelajari peribahasa. Ada begitu banyak pelajaran hidup berharga yang bisa kita petik dari peribahasa Indonesia.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peribahasa adalah kelompok kata yang atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu (dalam peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan).
Selain itu, KBBI juga mendefinisikan peribahasa sebagai ungkapan atau kalimat singkat padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku. Apakah kamu sudah pernah tahu contoh peribahasa sebelumnya? Mari kita pelajari bersama!
Contoh Peribahasa Indonesia dan Artinya
Berikut ini adalah beberapa contoh peribahasa Indonesia yang dikutip dari buku Kumpulan Lengkap Peribahasa Indonesia, Kearifan Petuah di Balik Pesona Tutur Leluhur karya Gamal Kamandoko serta Buku & CD Kamus Peribahasa Indonesia karya Hari Wibowo.
- Adat periuk berkerak, adat lesung berdekak: untuk mendapatkan keuntungan atau kejayaan, hendaklah berani menanggung kesusahan (kesukaran).
- Anjing ditepuk, menjungkit ekor: tidak bisa dibilang berbudi, bila dihormati menjadi sombong.
- Delima merekahkan diri: membuka aib (rahasia) diri sendiri.
- Bagai itik pulang petang: amat lambat perjalanannya.
- Ada rotan ada duri: jika ada kesenangan tentu ada pula kesusahan.
- Genting menanti putus, biang menanti tembuk: perkara yang sudah diputuskan atau tidak boleh diubah lagi.
- Gajah mati karena gadingnya: seseorang meninggal dunia karena kelebihan (keunggulan) yang dimilikinya.
- Air besar batu bersibak: bila perselisihan antara dua kaum atau bangsa terjadi, maka dua sahabat dari kaum atau bangsa yang berbeda akan memihak pada kaum atau bangsanya masing-masing.
- Campak bunga dibalas dengan tahi: kebaikan dibalas dengan keburukan (kejahatan).
- Duduk di bawah-bawah, mandi di hilir-hilir: orang merendah tidak berarti rendah, yang mengalah tidak berarti kalah. Kita hendaknya selalu merendahkan diri, jangan congkak atau sombong.
- Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga: sifat serta perilaku orang tua biasanya akan menurun pada anak-anaknya.
- Badai pasti berlalu: segala kesengsaraan atau penderitaan tentulah ada akhirnya.
- Bagai duri dalam daging: selalu ingat perasaan yang kurang menyenangkan hatinya.
- Dalam madu berisi empedu: dalam ucapan yang manis biasanya terdapat tipu daya.
- Dapat kopi pahit: mendapat teguran dan kemarahan.
- Diam-diam ubi: nampak pendiam, namun banyak berpengetahuan (berpengalaman).
- Dilihat rupa dimakan rasa: sesuatu yang telah dibuktikan dan disaksikan orang.
- Bertukar beruk dengan cigak: sama saja.
- Biar putih tulang jangan putih mata: daripada hidup menanggung malu yang besar, lebih baik mati berkalang tanah.
- Datar bagai lantai papan, licin bagai dinding cermin: keputusan hakim yang adil, hukuman yang adil.
- Besar berudu di kubangan, besar buaya di lautan: tiap orang besar (penguasa) mempunyai kekuasaan di wilayah (daerahnya) masing-masing.
- Dekat mencari induk, jauh mencari suku: jika merantau ke daerah yang dekat, cukup mencari orang yang masih mempunyai hubungan kekerabatan dengannya. Namun jika merantau ke negeri jauh, mencari orang yang sama-sama sesuku dengannya.
- Datang tampak muka, pergi (pulang) tampak punggung: datang dan pergi dari rumah orang hendaknya sama baik (sopan)-nya. Datang maupun pergi hendaknya memberi tahu.
- Bagai galah di tengah arus: selalu berkeluh kesah karena mendapatkan kemalangan (kesusahan).
- Emas berpeti kerbau berkandang: harta kekayaan itu hendaknya disimpan pada tempatnya dengan sebaik-baiknya.
- Diberi kuku hendak mencengkam: baru mendapat kekuasaan sedikit sudah hendak menindas orang lain.
- Ada batang cendawan tumbuh: di mana kita berada, maka di sana pula rezeki kita.
- Bagai pungguk merindukan bulan: menginginkan sesuatu yang mustahil tercapai (terlaksana).
- Di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung: di mana pun juga kita berdiam (tinggal), hendaklah mengikuti adat istiadat yang berlaku di daerah itu.
- Dimabuk bayang-bayang: gila kepada sesuatu yang mustahil bisa didapatkannya.
- Adat gunung tepatan kabut: orang kaya biasanya menjadi tempat meminta bagi orang yang miskin. Orang pandai biasanya menjadi tempat untuk bertanya orang bodoh.
- Buka kulit ambil isi: berkata jujur (terus terang) dan tidak berbelit-belit.
- Cepat kaki ringan tangan: cekatan dan cepat melakukan suatu perbuatan. Senantiasa cepat bersedia menolong orang lain.
- Dagangan bersambut yang dijualnya: cerita (kisah) dari orang lain yang diceritakannya kembali.
- Cinta buta: ketika dilanda (dimabuk) cinta, maka tak lagi menggunakan akal pertimbangan.
- Ada beras taruh dalam padi: rahasia (aib) hendaklah disimpan rapat-rapat (baik-baik).
- Esa hilang dua terbilang: kuat bersikeras untuk melakukan sesuatu. Seorang pemimpin meninggal dunia akan muncul beberapa orang penggantinya.
- Bagaimana bunyi gendang begitulah tarinya: sesuatu itu harus dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya.
- Bintang terang: sedang mengalami keberuntungan.
- Berlayar atas angin: mendapat bantuan (pertolongan) pihak lain.
- Bintang di langit dibilang, tetapi arang di muka tak sadar: kesalahan orang lain diketahui, namun kesalahan sendiri malah tidak disadari.
- Bukit sama didaki, lurah sama dituruni: seia sekata, susah senang senantiasa bersama-sama.
- Bagai manik putus talinya: air mata yang jatuh bercucuran sebab mendengar berita yang menyedihkan.
- Cerdik perempuan melabuhkan, saudagar muda mengutangkan: orang yang tidak pandai dan juga belum berpengalaman seringkali mendatangkan kesusahan.
- Beban berat, senggulung batu: pekerjaan/tanggungan cukup berat, tapi orang yang membantu ternyata malas semua.
- Bak bergendang ke Sirukam, perut kenyang emas dapat: diperintahkan untuk mencari ilmu dan juga diberi upah untuk itu.
- Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah: lebih baik mati daripada hidup dengan menanggung malu.
- Ada hujan ada panas, ada hari boleh balas: senantiasa masih ada kesempatan untuk membalas dendam.
- Adat pasang berturun naik: keadaan (kondisi) semisal harta kekayaan, pangkat atau jabatan itu senantiasa berubah-ubah karena tak ada yang abadi di dunia ini.
- Busuk kerbau jatuh berdebuk: tindakan yang tidak baik pasti akan ketahuan pada akhirnya.
- Angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam: rahasia itu tidak selamanya dapat disembunyikan, suatu waktu akan terbuka pula.
- Cacing hendak menjadi naga: orang hina (miskin) berlagak meniru-niru orang mulia (kaya).
- Dahulu timah, sekarang besi: dulu masih bisa dibentuk namun kini sudah tidak lagi. Hartawan yang telah habis harta kekayaannya.
- Di luar merah, di dalam pahit: nampak baik di luar, namun buruk di dalamnya.
- Bulan naik matahari naik: memperoleh keuntungan dari berbagai arah.
- Dimabuk beruk berayun: merasa senang (asyik) akan sesuatu yang tidak ada gunanya.
- Bertanam tebu di bibir: membujuk (merayu) dengan ucapan yang manis-manis. Baik (manis) bicara atau tutur katanya namun sesungguhnya mempunyai maksud tertentu hingga tidak baik dalam pelaksanaannya.
- Di rumah beraja-raja, di hutan berberuk-beruk: hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan tempat tinggal kita.
- Bahasa menunjukkan bangsa: baik atau buruknya tabiat dan sifat seseorang dapat dilihat dari tutur katanya.
- Ada ubi ada talas: kebaikan dibalas dengan kebaikan dan kejahatan dibalas dengan kejahatan pula.
- Bagai garam jatuh ke laut: nasihat (saran) yang mudah diterima orang lain.
- Bagai galah dijual: sudah habis binasa harta kekayaannya.
- Agih-agih kungkang: terlalu baik (murah hati) hingga akibatnya malah menderita kesusahan sendiri.
- Cacing menjadi ular naga: orang yang semula miskin berubah menjadi orang kaya.
- Dagunya lebah bergantung: bentuk dagu yang sangat bagus.
- Bagai beliung dengan asahan: persahabatan (pertemanan) yang sangat erat.
- Diikat tak bertali: keadaan yang tidak semestinya.
- Dari bahu hendak ke kepala: diberi kekuasaan (wewenang) sedikit namun menginginkan untuk menguasainya.
- Anak dipangku dilepaskan beruk dalam rimba disusukan: urusan sendiri ditelantarkan, namun urusan orang lain malah dipikir (diurusi).
- Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang: meski jasad manusia sudah tidak berbentuk lagi, jika manusia ini pernah melakukan budi baik maka orang lain masih mengingat budi baiknya itu.
- Habis minyak sepasu, ekor anjing tiada akan lurus: seribu nasihat baik tidak akan mengubah kelakukan orang yang wataknya jahat.
- Bagai terbuang kesisiran: merasa gembira karena terbebas dari kesukaran (kesusahan).
- Bagai ayam kena kepala: tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
- Gadai terdorong kepada Cina: sesuatu yang telah diperbuat tidak bisa ditarik kembali.
- Bagai api dengan rabuk: sangat berbahaya jika didekatkan atau ditemukan.
- Bagai mendapat durian runtuh: mendapat keuntungan besar yang tidak disangka-sangka.
- Hangat-hangat tahi ayam: kemauan hati yang tidak kuat.
- Bagai menentang matahari: berani menentang (melawan) penguasa (orang yang berkuasa) hanya akan mengakibatkan kebinasaan (kecelakaan).
- Habis perkara, nasi telah menjadi bubur: tidak ada guna manfaatnya lagi untuk diperbincangkan.
- Ada gula ada semut: di mana terdapat kesenangan, ke sanalah biasanya orang banyak akan berdatangan (berkumpul).
- Ada uang abang sayang, tak ada uang abang melayang: seorang istri atau kekasih yang memberikan kasih sayangnya bila rezeki berlebih dan bila rezeki berkurang atau tiada, maka suami atau pasangannya akan dibuang begitu saja.
- Benih yang baik tak memilih tanah: orang yang berbakat dan pandai di mana pun berada pasti akan maju.
- Gagak putih bangau hitam: sesuatu yang mustahil terjadi.
- Asam di gunung garam di laut bertemu dalam satu belanga: jodoh seseorang boleh jadi berasal dari tempat yang jauh, tetapi bisa bertemu juga.
- Harimau mati karena belangnya: mendapatkan kecelakaan karena menunjukkan kelebihannya.
- Ada udang di balik batu: mempunyai tujuan (maksud) yang tersembunyi.
- Besi baik tiada berkarat: ucapan yang baik selamanya akan terpuji.
- Bumi hangus: sama sekali hancur lebur.
- Bintang gelap: sedang mengalami kesedihan (kesusahan, halangan).
- Belalang hendak menjadi elang: orang hina (bodoh) berlagak seperti orang terhormat (kaya).
- Belum bergigi hendak mengunyah: belum berkuasa hendak bertindak lebih.
- Alah membeli menang memakai: membeli barang yang bagus tapi mahal, lebih beruntung daripada membeli barang murah tapi lekas rusak.
- Biar titik jangan tumpah: lebih baik merugi sedikit daripada habis semuanya (rugi yang banyak).
- Dapat durian runtuh: mendapat keuntungan besar tanpa susah payah.
- Berunding dengan kartu terbuka: berterus terang, tanpa menyembunyikan sesuatu rahasia apapun juga.
- Dari lecah lari ke duri: menghindarkan diri dari kesulitan namun datang kesulitan yang lebih besar kemudian.
- Bagai belut kena ranjau: orang yang licin dan cerdik dapat juga tertipu.
- Guru kencing berdiri, murid kencing berlari: kelakuan (perilaku) guru (atasan) akan ditiru oleh murid-muridnya (bawahannya).
- Angin yang berputar, ombak yang bersabung: kesengsaraan yang sangat dahsyat atau luar biasa.
- Bagai si cebol rindukan bulan: menghendaki sesuatu yang mustahil tercapai.
- Berdiang di abu dingin: meminta pertolongan kepada orang miskin, pasti tidak akan mendapatkan apa-apa.
- Bagai bulan dengan matahari: dua hal yang sebanding.
- Di mana bunga yang kembang di situlah banyak kumbang: di mana banyak wanita cantik, maka di situ pula banyak lelaki.
- Diam di bandar tak meniru, diam di laut asin tidak: tetap saja bodoh; orang yang tidak memanfaatkan kesempatan untuk belajar walaupun tinggal di kota.
- Bagai bulan kesiangan: wajahnya terlihat pucat pasi dan tubuhnya nampak lesu.
- Bagai alu pencukil duri: perbuatan yang sia-sia atau tidak seharusnya dilakukan
- Besar bungkus tak berisi: orang yang banyak omong kosong biasanya tidak berilmu.
- Dicoba-coba bertanam mumbang, moga-moga tumbuh kelapa: mencoba usaha sesuatu, biar pun kemungkinannya kecil untuk berhasil.
- Bagai orang kena miang: karena mendapat malu yang sangat hingga membuatnya amat gelisah.
- Bak ilmu padi makin berisi makin runduk: tidak sombong, makin tinggi ilmunya makin merendahkan diri.
- Bagai air ditarik sungsang: sesuatu menjadi sangat sukar untuk dilakukan, karena pelakunya sama sekali tidak mengerti bagaimana cara melakukannya.
- Biar lambat asal selamat, takkan lari gunung dikejar: keselamatan diri lebih penting diutamakan, sekalipun dilakukan dengan lambat (perlahan).
- Bagaimana biduk, bagaimana pengayuh: perangkai orang tua terlihat pada anaknya.
- Anak dipangku kemenakan dibimbing: tak pandang bulu, baik anak kandung maupun akan kaum kerabat, harus tetap dididik.
- Bunga dipetik perdu ditendang: hanya ingin mengambil (mendapatkan) keuntungannya saja.
- Air beriak tanda tak dalam: orang yang banyak omongannya biasanya ilmunya kurang.
- Bagai kucing lepas senja: sangat sulit didapatkan (dicari).
- Bertandang ke surau: berkunjung (bertamu) ke rumah orang namun tidak mendapat suguhan (jamuan) apapun juga.
- Biang menanti tembuk: suatu perkara (masalah) yang hampir mendapat kepastian (keputusan).
- Bagai anjing terjepit pagar: merasa tidak berdaya.
- Bagai buntal kembung: sudah bodoh, sombong lagi sifatnya.
- Air di daun keladi: seseorang yang sangat sulit menerima saran (nasihat). Orang yang sukar sekali diajar.
- Adakah dari telaga yang jernih mengalir air yang keruh?: mungkinkah mulut orang yang baik mengeluarkan perkataan keji?
- Emas tahan uji: orang ahli berani ditanya.
- Anak harimau tiada akan menjadi anak kambing: bagaimanapun juga anak seorang pemberani tidak akan menjadi anak penakut (pengecut).
- Ayam berkokok harikan siang: telah nyata (jelas). Sudah pasti.
- Diambil pati dibuang ampas: diambil yang penting-pentingnya saja.
- Gigi dan lidah ada kalanya bergigit juga: suami istri (sanak saudara, sahabat karib) ada kalanya bisa bertengkar juga.
- Ada angin ada pohonnya: segala sesuatu itu pasti ada asal mulanya.
- Angan-angan menerawang langit: bercita-cita (berangan-angan) terlalu tinggi.
- Besar jangan disangka bapak, kecil jangan disangka anak: jangan lekas mengajukan permintaan atau memberi nasihat kepada seseorang yang belum diketahui keadaannya dengan baik.
- Bertemu ruas dengan buku: kondisi (keadaan) yang seimbang (sesuai), cocok, bertemu dengan jodohnya.
- Badan boleh dimiliki tetapi hati tiada boleh dimiliki: seseorang yang melakukan (mengerjakan) sesuatu, namun pikirannya tertuju kepada yang lainnya.
- Dipanggang tiada hangus: beberapa kali menempuh bahaya, tetapi selalu selamat.
- Daging gajah dilapah, daging tuma dicecah: pembagian yang adil, banyak atau sedikit dibagi rata.
- Bagai makan di daun pisang, habis makan piring dibuang: seseorang yang merasa bersedih hati mengingat jasanya telah diabaikan orang.
- Biduk tiris menanti karam: sudah tidak dapat ditolong lagi.
- Dalam laut boleh diajuk dalam hati siapa tahu: kita tidak dapat mengetahui isi hati (pikiran) orang lain.
- Daun keladi dimandikan: seseorang yang sangat sulit menerima saran (nasihat). Orang yang sukar diajar.
- Besar periuk besar keraknya: semakin banyak penghasilan atau pendapatannya, maka akan semakin banyak pula pengeluarannya.
- Berudang di balik batu: menolong seseorang namun mempunyai maksud (tujuan) tertentu.
- Cinta harta api membara: cinta yang hanya berlandaskan harta kekayaan.
- Gajah mati meninggalkan gading: jika orang baik meninggal dunia, kebaikannya akan dikenang orang banyak.
- Di mana tiada rotan, akar pun jadi: meski kurang baik, namun dapat digunakan (dipakai) pula. Jika tidak ada yang baik, maka yang kurang baik pun boleh juga.
- Asal ada, kecil pun pada: lebih baik memperoleh sedikit daripada tidak sama sekali.
- Berat sepikul ringan sejinjing: seia sekata, susah senang sama-sama dirasakan (dilakukan) bersama.
- Bagai katak dalam tempurung: sangat sempit pengetahuan, pengalaman, dan juga pandangannya.
- Ada nyawa ada ikan: meskipun masih hidup, namun sudah dalam kondisi yang hampir mati.
- Bagai mengail kucing hanyut: mengerjakan suatu perbuatan yang sia-sia (tidak berguna).
- Adat muda menanggung rindu, adat tua menahan ragam: selagi muda atau baru semua terasa indah, apabila sudah lama atau tua semua terasa sengsara.
Demikian tadi beberapa contoh peribahasa Indonesia lengkap dengan artinya. Semoga bermanfaat, Lur!
(sto/rih)