Pada ragam penulisan bahasa Indonesia terdapat sejumlah kata yang mengalami peluluhan, misalnya kata berawalan huruf k, p, s, dan t. Lantas apa itu peluluhan kata KPST?
Secara umum, peluluhan kata KPST merupakan salah satu kaidah kebahasaan yang perlu untuk diketahui oleh para penutur bahasa Indonesia. Berdasarkan apa yang disampaikan dalam buku 'Remah-Remah Bahasa' karya Eko Endarmoko. Dikatakan KPST merupakan salah satu kaidah kebahasaan yang berkaitan dengan kata dasar dengan awalan huruf k, p, s, dan juga t.
Keempat huruf tadi diketahui akan mengalami peluluhan atau pelesapan dikarenakan mendapatkan awalan tertentu. Lantas seperti apa wujud dari peluluhan kata KPST ini? Agar mengetahui secara lebih jelas mengenai hal ini, detikJateng telah merangkum informasinya secara rinci yang akan dijelaskan melalui artikel berikut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Peluluhan Kata KPST?
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, peluluhan kata KPST termasuk dalam kaidah kebahasaan. Sementara itu, menurut buku 'Editing 101: Panduan Menyunting Novel' karya Jia Effendie, peluluhan kata KPST akan terjadi pada kata dasar yang berawalan dengan huruf k, p, s, dan t.
Namun, tidak semua kata dasar dengan huruf-huruf tersebut akan luluh atau lepas. Sebaliknya, hanya kata-kata dasar tertentu yang bertemu dengan imbuhan me- dan pe- yang akan mengalami peluluhan.
Lantas apa tujuan dari peluluhan kata KPST? Dijelaskan dalam buku 'Intensif Bedah Materi Dan Soal UTBK-SNBT 2024' yang disusun oleh Herman Huang, MSc,MBA, dkk., kaidah KPST bertujuan untuk memudahkan dalam artikulasi atau pengucapan kata dalam bahasa Indonesia. Kaidah KPST ini mengatur peluluhan huruf pertama pada kata dasar yang berawalan huruf k, p, s, dan t saat bertemu dengan imbuhan me- dan pe-.
Diketahui bahwa kata dasar yang berawalan huruf k, p, s, dan t akan menghilang saat bertemu imbuhan tersebut, jika huruf kedua dari kata dasar tersebut merupakan huruf vokal.
Contoh Peluluhan Kata KPST
Agar lebih memudahkan detikers dalam memahami peluluhan kata KPST ini, terdapat beberapa contoh yang akan dipaparkan berikut ini:
- Kata dasar kawal, bertemu dengan imbuhan me- akan berubah menjadi mengawal (bukan mengkawal)
- Kata dasar pukul, bertemu dengan imbuhan me- akan berubah menjadi memukul (bukan mempukul)
- Kata dasar surat, bertemu dengan imbuhan me- akan berubah menjadi menyurat (bukan mensurat)
- Kata dasar tahan, bertemu dengan imbuhan me- akan berubah menjadi menahan (bukan mentahan)
- Kata dasar kerat, bertemu dengan imbuhan pe- akan berubah menjadi pengerat (bukan pengkerat)
- Kata dasar poles, bertemu dengan imbuhan pe- akan berubah menjadi pemoles (bukan pempoles)
- Kata dasar sihir, bertemu dengan imbuhan pe- akan berubah menjadi penyihir (bukan pensihir)
- Kata dasar tolong, bertemu dengan imbuhan pe- akan berubah menjadi penolong (bukan pentolong)
Sebagai cara untuk lebih terbiasa dengan peluluhan kata KPST, akan dipaparkan contoh lainnya yang sudah mengalami peluluhan. Masih dirangkum dari sumber yang sama, berikut kumpulan contohnya:
- Memaparkan (dari kata dasar papar)
- Pemaparan (dari kata dasar papar)
- Menyebut (dari kata dasar sebut)
- Penyebut (dari kata dasar sebut)
- Mengawal (dari kata dasar kawal)
- Pengawal (dari kata dasar kawal)
- Memukul (dari kata dasar pukul)
- Pemukul (dari kata dasar pukul)
- Memotong (dari kata dasar potong)
- Pemotong (dari kata dasar potong)
- Mengubur (dari kata dasar kubur)
- Pengubur (dari kata dasar kubur)
- Memenggal (dari kata dasar penggal)
- Pemenggal (dari kata dasar penggal)
- Menyuap (dari kata dasar suap)
- Penyuap (dari kata dasar suap)
- Menambah (dari kata dasar tambah)
- Penambah (dari kata dasar tambah)
- Memaksa (dari kata dasar paksa)
- Pemaksa (dari kata dasar paksa)
Peluluhan Kata KPST yang Dianggap Kurang Lazim
Selain peluluhan kata KPST yang sudah dicontohkan sebelumnya, terdapat juga beberapa contoh yang dianggap kurang lazim untuk digunakan. Hal ini dikarenakan terdapat hal-hal yang membuat kaidah tersebut kurang lazim digunakan, sehingga dianggap sebagai bentuk pengecualian.
Masih dikutip dari sumber yang sama, setidaknya ada tiga alasan yang melatarbelakangi kaidah KPST dianggap kurang lazim. Pertama adalah sebuah kata yang huruf awalnya berupa konsonan. Contoh dari bentuk ini adalah mempesona yang seharusnya memesona, lalu ada mengkudeta yang seharusnya mengudeta, hingga mempercayakan yang seharusnya memercayakan.
Kemudian ada juga alasan berupa kata serapan yang berasal dari bahasa asing. Terakhir ada kata yang mempunyai tiga suku kata. Beberapa alasan tersebut membuat kaidah KPST dikecualikan untuk digunakan.
Nah, itulah tadi rangkuman penjelasan mengenai peluluhan kata KPST yang dilengkapi dengan contohnya. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan kebahasaan bagi detikers, ya.
(sto/apu)