Tenaga kerja wanita (TKW) atau pekerja migran asal Kabupaten Semarang berinisial K, mengungkapkan perjalanan cintanya setelah viral merobohkan rumah sang kekasih. K menuturkan kisah cintanya bermula saat dia dan sang kekasih, yakni S berkenalan di sosial media.
Awal Kenal di FB
Kepada detikJateng, K mengatakan perkenalan itu terjadi 5 tahun lalu saat dia masih bekerja di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Keduanya berkenalan dari Facebook.
"Pertama perkenalan lewat Facebook waktu aku itu di Dubai 5 tahun yang lalu," kata K kepada detikJateng lewat sambungan telepon, Selasa (20/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sempat Nikah Siri
Lebih lanjut diceritakan K, selang delapan bulan setelah perkenalan itu ia pun izin cuti pulang ke Indonesia. K mengaku, saat itu juga menikah siri atau menikah secara agama dengan S.
Kemudian, K mulai sering mengirimkan uang hasil bekerja di luar negeri kepada S. Terutama uang untuk pembangunan rumah.
"Menikah siri secara agama. Saya sudah mulai transfer untuk fondasi rumah itu," ceritanya.
Sempat Jual Tanah Orang Tua
Tak hanya hasil bekerja di luar negeri, K juga sempat menjual tanah milik orang tuanya di Salatiga demi membangun rumah tersebut. K mengatakan bahwa uang kirimannya tak hanya untuk pembangunan rumah hingga selesai. Namun, juga untuk membeli motor dan mobil.
"Itu juga aku sempat jual tanah juga belum termasuk diberitakan," ungkap K.
"Ya untuk ngebagusin rumah, untuk beli mobil, sepeda motor, itu," lanjutnya.
Mulai Cekcok
Setelah 3 tahun bekerja di Dubai, K kembali ke Indonesia. Menurutnya, saat itu mulai ada ketidakcocokan dengan S dan mereka pun sering terlibat cekcok.
K mengatakan S ingin menjual rumah ibunya yang ada di Salatiga untuk membeli truk sebagai modal usaha. Namun, K merasa ditipu lantaran permintaan menikah secara resmi tak kunjung dilakukan S.
"Dia minta dibelikan truk untuk bisnis, lha dia itu selama lima bulan di rumah sudah terasa dibodohin, minta dinikah resmi tapi tidak dilakukan padahal uang kan ada," ujarnya.
Setelah itu, K memutuskan kembali bekerja di Dubai, namun selang empat bulan S kembali meminta dikirimi uang. Namun, K tak menuruti permintaan S dan memilih untuk memutuskan hubungan keduanya.
"Aku cuma mikir kalau aku kasih dia duit-duit terus dia tidak menghargai aku, tuanya aku diusir bagaimana karena bangun rumah di Pati," ungkap K
"Tapi dia tidak mau nikah resmi itu lho. Terus aku sama dia tidak punya anak, mikirnya nah kalau aku pulang sudah tua, dia tidak suka lagi sama aku, wong aku masih sehat saja dia sering marah-marah," lanjutnya.
"Itu ya sudah keputusan aku mundur," ucapnya.
Baca berita selengkapnya di halaman berikut ini.
Ditinggal Nikah
K mengatakan semenjak itu tidak ada komunikasi yang terjalin dengan S. Bahkan, S telah memblokir semua media sosial milik K setelah hubungan mereka berakhir.
Kemudian, K terkejut setelah mendapat kabar dari Pati bahwa S telah menikah dengan wanita lain secara resmi. Ia pun lalu bertekad untuk menuntut pertanggungjawaban kepada S.
"Kemudian dari tetangga tantenya ngomong sama aku kalau dia sudah lamaran gitu. Habis itu ya sudah, habis lamaran nikah resmi ya sudah habis itu tidak ada komunikasi apapun," jelasnya.
"Aku bilang dalam hati pokoknya aku pulang nanti ke sana, soalnya aku mau nuntut hak sudah beberapa tahun kerja dikirim ke sana semua, walaupun tidak (diganti) apapun yang penting aku bisa meluapkan apa yang ada di hati," K melanjutkan.
Robohkan Rumah
Akhirnya, K kembali ke Indonesia pada Juli 2024 lalu. Kemudian K mendatangi kediaman S yang berada di Pucakwangi, Pati, pada Sabtu (10/8) lalu.
K yang telah mengirim uang sebanyak Rp 250 juta selama bekerja di luar negeri awalnya hanya meminta ganti rugi senilai Rp 100 juta, namun ditolak S. Kemudian, K meminta rumah yang dibangun menggunakan uangnya untuk dirobohkan.
"Sabtu (10/8) langsung ke rumah dia. Ada mediasi minta ganti rugi secara damai, aku mau minta ganti rugi Rp 100 juta dari uang yang aku sudah aku keluarkan Rp 250 juta lebih semua itu tapi dia tidak mau," jelas K.
"Aku ngomong kalau tidak mau ganti rugi ya sudah rumah robohkan. 'Kalau mau dirobohin, robohin saja' dia bilang seperti itu. Habis itu saya ke perangkat desa untuk minta surat pernyataan," lanjut dia.
Tak butuh waktu lama, K langsung merobohkan rumah S pada Minggu (11/8) lalu. Kondisinya kini bahkan sudah tak berbentuk rumah.
Hanya tersisa puing-puing bangunan yang berdiri tanpa atap. Terlihat pula beberapa lobang besar di temboknya.