Menurut dokter spesialis kedokteran jiwa RSJD Arif Zainudin Solo, dr Sukaina, gejala yang dialami pasien kecanduan judol mirip dengan pasien yang mengalami kecanduan game online dan belanja online.
Sukaina mengatakan pasien yang sudah dalam tahap adiksi akan sulit mengontrol diri sendiri. Mereka akan lebih mudah emosi, meninggalkan rutinitasnya, selalu memiliki keinginan untuk menang, sering berbohong, merusak, bahkan kepribadiannya berubah.
"Kasus judi online ini ketika sudah adiksi untuk memutusnya susah. Meski orangnya sudah sadar, karena harta bendanya habis, ada masalah kepercayaan di lingkungannya, tapi untuk memutusnya susah. Sampai depresi," kata Sukaina saat ditemui detikJateng di RSJD Arif Zainudin, Kecamatan Jebres, Solo, Kamis (8/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sukaina menjelaskan, pasien judi online punya keyakinan jika bermain lagi akan menang, meski hasilnya selalu kalah. Selama penanganan di RSJD, pasien kecanduan gedget akan selalu mencari gadgetnya.
Bahkan ada pasien yang rela melakukan kekerasan dan berbagai cara lain agar bisa mendapatkan gadgetnya kembali.
"Gangguan gadget (judi online, game online, dan belanja online) masuknya dalam adiksi perilaku. Sudah tahu itu merugikan tapi tetap dilakukan, karena dia merasa butuh itu," jelasnya.
Dari kasus yang dia tangani, pasien judi online rata-rata usia remaja-dewasa, pasien game online anak-dewasa, sementara pasien belanja online kebayakan perempuan.
Tidak semua pasiennya menjalani rawat inap, sebagian besar hanya melakukan konsultasi, bimbingan, dan pendampingan dari psikolog. Namun ketika sudah adiksi, pasien harus menjalani rawat inap.
"Kemarin yang saya tangani paling tidak (rawat inap) kurang lebih selama 2 minggu. Tapi untuk kasus-kasus yang berat, mungkin bisa sampai 3-5 bulan, masuknya ke rehabilitasi. Judi online, saya menangani 3 kasus. Mereka sampai melakukan kekerasan terhadap orang tuanya, membakar rumah," ucapnya.
Dia menjelaskan, pasien judi online yang datang ke RSJD untuk melakukan konsultasi masih tergolong rendah. Biasanya mereka baru dilarikan ke RSJD jika sudah adiksi dan membutuhkan rehabilitasi.
"Kami membuka sekali, dan bekerja sama dengan badan untuk melakukan rehabilitasi. Kami juga memberikan kemudahan dan keringanan bagi orang-orang yang mau konsultasi atau rehabilitasi," pungkasnya.
(cln/dil)