- Filosofi Hidup Orang Jepang 1. Ikigai - Tujuan Hidup 2. Shikata ga Nai - Mengontrol Apa yang Bisa Dikuasai 3. Wabi-Sabi - Keindahan dalam Ketidaksempurnaan 4. Gaman - Ketahanan dalam Kesulitan 5. Kaizen - Perbaikan Berkelanjutan 6. Shu-Ha-Ri - Pembelajaran dan Penguasaan 7. Mono no Aware - Keindahan dalam Ketidakkekalan 8. Oubaitori - Setiap Orang Memiliki Waktu dan Jalan Sendiri 9. Uketamo - Menerima dan Menghargai Kehidupan Seutuhnya 10. Shikitogai - Empat Kebajikan Utama dalam Hidup 11. Omoiyari - Menumbuhkan Rasa Kasih dalam Hidup dan Pekerjaan 12. Kintsugi
Budaya Jepang, dengan segala keunikannya, telah memikat dunia selama berabad-abad. Salah satu aspek menarik dari budaya Negeri Matahari Terbit ini adalah filosofi hidup yang mendalam dan kaya makna. Filosofi hidup orang Jepang ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dan menjadi pedoman bagi masyarakat di sana.
Konsep-konsep seperti wabi-sabi (kesempurnaan dalam ketidaksempurnaan) dan ikigai (tujuan hidup) contoh filosofi Jepang yang dapat menginspirasi kita untuk menjalani hidup yang lebih berarti. Meski bukan orang Jepang, kita bisa mengaplikasikan filosofi tersebut untuk kehidupan yang lebih baik.
Pada kesempatan kali ini, detikJateng akan membagikan beberapa filosofi hidup orang Jepang yang dihimpun dari laman The Daily Star, AES Education, Ink + Atlas, South China Morning Post, dan Psycologs. Mari simak informasi selengkapnya!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Filosofi Hidup Orang Jepang
1. Ikigai - Tujuan Hidup
Ikigai berarti 'alasan untuk hidup' dalam bahasa Jepang. Filosofi ini menekankan pentingnya menemukan tujuan hidup yang memberi makna setiap hari. Ikigai adalah pertemuan antara apa yang dicintai, apa yang dikuasai, apa yang dibutuhkan dunia, dan apa yang bisa kita dapatkan sebagai bayarannya. Menemukan ikigai dapat memberikan arah dan kepuasan dalam hidup.
Untuk menerapkan ikigai, mulailah dengan merenungkan minat, kekuatan, dan nilai-nilai pribadi. Pertimbangkan apa yang membawa kebahagiaan dan kepuasan. Temukan tempat di mana passion, keterampilan, dan nilai yang seimbang untuk menemukan tujuan hidup.
Ikigai juga mengajarkan untuk fokus pada hal-hal kecil dan menyenangkan dalam hidup. Ini membantu menghindari perlombaan kompetitif dan menemukan kebahagiaan dalam aktivitas sehari-hari. Buku 'Ikigai: The Japanese Secret to a Long and Happy Life' dapat memberikan wawasan lebih dalam tentang filosofi ini.
2. Shikata ga Nai - Mengontrol Apa yang Bisa Dikuasai
Shikata ga nai berarti 'tidak bisa diubah' atau 'tidak ada alternatif'. Filosofi ini mengajarkan penerimaan dan ketahanan saat menghadapi kesulitan. Ini bukan tentang menyerah, tetapi mengakui bahwa beberapa hal berada di luar kendali kita dan mencari cara untuk bergerak maju.
Ingin menerapkan filosofi shikata ga nai? Mulailah dengan identifikasi situasi yang tidak bisa kendalikan. Alih-alih melawan, terimalah dan fokuslah pada apa yang dapat dikontrol. Kembangkan ketahanan dengan beradaptasi dengan situasi dan bertahan.
Dengan menerapkan shikata ga nai, kita dapat membangun kekuatan batin dan kedamaian meskipun menghadapi tantangan. Ini mengajarkan pentingnya resiliensi dalam menghadapi kehidupan.
3. Wabi-Sabi - Keindahan dalam Ketidaksempurnaan
Wabi-sabi mengajarkan kita untuk melihat keindahan dalam ketidaksempurnaan. Seperti mangkuk keramik yang rusak tetapi tetap menarik, kita juga bisa menemukan nilai dalam kekurangan kita. Ini mengajarkan kita untuk menerima diri kita apa adanya serta menghargai diri sendiri.
Kita sering merasa tertekan karena tuntutan untuk sempurna. Wabi-sabi membantu kita mengatasi tekanan tersebut. Dengan menghargai momen kecil dan proses belajar, kita bisa mengurangi stres dan merasa lebih baik tentang diri sendiri.
Filosofi ini mendorong kita merayakan keunikan pribadi. Melihat keindahan dalam hal-hal sederhana membantu kita merasa lebih nyaman dengan diri sendiri. Dengan cara ini, kita bisa mencapai penerimaan diri dan kesejahteraan yang lebih baik.
4. Gaman - Ketahanan dalam Kesulitan
Gaman berarti 'menahan yang tampaknya tidak tertahankan dengan kesabaran dan martabat'. Filosofi ini menekankan ketahanan, kesabaran, dan pengendalian diri dalam menghadapi kesulitan. Ini adalah tentang tetap kuat dan tidak menyerah meskipun menghadapi tantangan.
Gaman mengajak kita untuk mengakui tantangan yang kita hadapi dan terimalah dengan kesabaran dan martabat. Ingatlah bahwa kita dapat mengendalikan sikap dan tindakan. Gaman mengajarkan untuk tidak kehilangan diri, tidak peduli seberapa buruk keadaan.
Filosofi ini mengajarkan kita untuk dapat mengembangkan kekuatan batin dan ketahanan dalam menghadapi semua aspek kehidupan. Ini membantu kita tumbuh dan berkembang meskipun dalam kondisi yang sulit.
5. Kaizen - Perbaikan Berkelanjutan
Kaizen berarti 'perbaikan berkelanjutan'. Filosofi ini menekankan pentingnya membuat perubahan kecil dan berkelanjutan untuk mencapai kemajuan jangka panjang. Kaizen mendorong perbaikan terus-menerus dalam segala aspek kehidupan, dari pengembangan pribadi hingga operasi bisnis.
Untuk menerapkan kaizen, temukan area di mana kita ingin berkembang. Pecah tujuan kita menjadi langkah-langkah kecil yang dapat kita capai secara konsisten. Fokus pada kemajuan bertahap dan rayakan pencapaian di sepanjang perjalanan.
6. Shu-Ha-Ri - Pembelajaran dan Penguasaan
Shu-Ha-Ri adalah filosofi pembelajaran Jepang yang terdiri dari tiga tahap, yaitu Shu (mengikuti aturan), Ha (melanggar aturan), dan Ri (menciptakan aturan sendiri). Filosofi ini mengajarkan pentingnya mengikuti tradisi dan belajar dari orang lain sebelum mengembangkan gaya atau pendekatan sendiri.
Terapkan Shu-Ha-Ri dengan mulai dengan mempelajari dan menguasai dasar-dasar suatu keterampilan atau bidang. Setelah kita memiliki dasar yang kuat, mulailah bereksperimen dan menjelajahi pendekatan baru. Akhirnya, kembangkan gaya atau pendekatan unik kita sendiri berdasarkan apa yang telah kita pelajari.
7. Mono no Aware - Keindahan dalam Ketidakkekalan
Mono no aware berarti 'kesadaran akan ketidakkekalan'. Filosofi ini mengajarkan tentang rasa apresiasi terhadap sifat sementara dan transien dari segala sesuatu. Ini adalah pengingat untuk menghargai momen saat ini dan bersyukur atas waktu yang kita miliki.
Untuk menerapkan mono no aware, hargai momen-momen kecil dan indah dalam hidup yang cepat berlalu. Alih-alih mencemaskan masalah di masa depan, nikmati apa yang kita miliki saat ini sebelum semuanya terlambat. Ini membantu kita lebih terlibat dalam kehidupan saat ini.
8. Oubaitori - Setiap Orang Memiliki Waktu dan Jalan Sendiri
Oubaitori berarti 'setiap bunga mekar pada waktunya'. Filosofi ini mengajarkan bahwa setiap orang berkembang dan mencapai pencapaiannya pada waktu yang berbeda. Membandingkan diri kita dengan orang lain hanya akan menambah rasa frustrasi.
Setiap individu memiliki perjalanan unik dan tantangan yang berbeda. Daripada merasa iri atau stres karena melihat kemajuan orang lain, fokuslah pada perjalanan kita sendiri. Hargai dan rayakan pencapaian kita tanpa membandingkannya dengan orang lain.
9. Uketamo - Menerima dan Menghargai Kehidupan Seutuhnya
Uketamo berarti 'menerima'. Filosofi ini mengajarkan pentingnya menerima kehidupan dalam segala aspeknya, baik yang baik maupun buruk. Ini berarti tidak hanya menerima kebahagiaan tetapi juga kesedihan.
Dengan menerima kenyataan, kita dapat mengurangi rasa resistensi terhadap situasi yang tidak menyenangkan. Ini membantu kita untuk lebih toleran dan mengurangi konflik batin. Menerima kehidupan secara utuh membantu menciptakan keseimbangan emosional.
10. Shikitogai - Empat Kebajikan Utama dalam Hidup
Shikitogai mencakup empat kebajikan utama yaitu kebijaksanaan, keberanian, kebaikan, dan ketulusan. Filosofi ini menekankan bahwa semua kebajikan ini saling terkait dan penting untuk hidup yang baik.
Kebijaksanaan membantu dalam membuat keputusan yang bijak, keberanian memberi kita kekuatan untuk menghadapi tantangan, kebaikan menciptakan hubungan yang harmonis, dan ketulusan memastikan bahwa tindakan kita jujur dan tulus.
Dengan mengembangkan keempat kebajikan ini, kita dapat hidup dengan penuh integritas dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Shikitogai mengajarkan kita untuk menerapkan nilai-nilai ini dalam setiap aspek kehidupan.
11. Omoiyari - Menumbuhkan Rasa Kasih dalam Hidup dan Pekerjaan
Filosofi ini menekankan pentingnya menunjukkan empati dan kebaikan kepada orang lain. Salah satu contohnya adalah kebiasaan orang Jepang membersihkan tempat umum setelah digunakan.
Praktik omoiyari dalam kehidupan sehari-hari mengajarkan kita untuk selalu berusaha memahami dan mendukung orang lain, menciptakan hubungan yang lebih baik, dan masyarakat yang lebih peduli.
12. Kintsugi
Kintsugi adalah seni Jepang yang memperbaiki barang pecah belah, seperti keramik, dengan menggunakan pernis emas. Ketika sebuah benda rusak, kintsugi mengembalikannya menjadi utuh dengan menonjolkan kerusakannya menggunakan emas atau logam berharga lainnya. Teknik ini tidak hanya memperbaiki benda tersebut tetapi juga merayakan keindahan dari cacat dan retakan yang ada.
Konsep kintsugi berasal dari filosofi wabi-sabi, yang mengapresiasi keindahan dalam ketidaksempurnaan dan perubahan. Dengan memperbaiki barang yang rusak dengan cara ini, kintsugi mengajarkan bahwa kerusakan dan ketidaksempurnaan dapat menjadi bagian penting dari keindahan dan nilai sebuah benda. Ini mengubah pandangan kita terhadap kekurangan, menjadikannya bagian integral dari cerita dan keunikan.
Kintsugi menginspirasi kita untuk melihat kekurangan dalam diri kita sendiri sebagai sesuatu yang bisa memperindah dan memperkuat karakter kita. Sebagaimana keramik yang rusak diperbaiki dengan emas, kita juga dapat merayakan dan menerima kekurangan serta pengalaman kita sebagai bagian dari perjalanan hidup yang penuh makna.
Demikian penjelasan lengkap mengenai beberapa filosofi hidup orang Jepang. Tertarik untuk menerapkannya, detikers?
(sto/apl)