Bukan Gereja, Bangunan Megah Bergaya Eropa Ini Masjid Baiturrohman Pati

Bukan Gereja, Bangunan Megah Bergaya Eropa Ini Masjid Baiturrohman Pati

Dian Utoro Aji - detikJateng
Sabtu, 03 Agu 2024 09:35 WIB
Bangunan Masjid Baiturrohman yang bergaya Eropa di Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Rabu (31/7/2024).
Bangunan Masjid Baiturrohman yang bergaya Eropa di Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Rabu (31/7/2024). (Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng)
Pati -

Sebuah masjid dengan arsitektur khas Eropa berdiri megah di Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati. Uniknya, masjid ini dibangun dengan ornamen gotik yang kerap dijumpai pada gereja maupun bangunan di Eropa.

Masjid itu bernama Baiturrohman, terletak di Dukuh Kedungpanjang, Desa Soneyan. detikJateng berkesempatan untuk datang langsung ke lokasi, Rabu (31/7/2024), kebetulan bertepatan dengan waktu salat zuhur.

Pantauan di lokasi, banyak jemaah berdatangan untuk melaksanakan salat. Dari luar, tampak desain klasik yang banyak terlihat di gedung-gedung Eropa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di bagian atas bangunan masjid terdapat kubah besar. Kubah itu diapit dengan limas segiempat di atasnya. Pintu masjid yang tinggi dan lebar menambah kesan klasik khas Eropa.

Arsitek masjid, Wisnugroho Setyawan, mengatakan membangun masjid sekitar enam tahun lalu. Awalnya, karena belum ada masjid dengan gaya Eropa, dirinya bersama dengan panitia masjid bersepakat untuk membangun tempat ibadah yang bergaya khas Eropa.

ADVERTISEMENT

"Latar belakangnya karena belum ada, kayaknya di Indonesia belum ada masjid dengan langgam arsitektur Eropa," jelas Wisnu saat dihubungi lewat sambungan telepon, Rabu (31/7/2024).

Wisnu menyebut masjid itu bergaya arsitektur gotik. Dia menyebut gaya arsitektur gotik seringkali dijumpai pada katedral dan gereja-gereja Eropa pada abad pertengahan.

"Eropa banyak langgam salah satunya gotik, terus di Eropa sebagian besar untuk membangun gereja, biasanya untuk arsitektur gereja meskipun biasanya ada gereja yang tidak gotik," terang dia.

Bangunan Masjid Baiturrohman yang bergaya Eropa di Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Rabu (31/7/2024).Bangunan Masjid Baiturrohman yang bergaya Eropa di Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Rabu (31/7/2024). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

Menurutnya bangunan masjid dengan gaya gotik jarang ditemui di Indonesia. Menurutnya, masjid berbentuk kelenteng dan sejenisnya sudah banyak, namun masjid dengan gaya arsitektur dengan khas Eropa jarang ditemui.

"Di Jawa ada banyak masjid dengan berbau kelenteng. Akhirnya saya berani dengan arsitektur gereja. Selain itu tidak hanya gereja saja, tapi juga gedung pemerintahan di Eropa," terangnya.

Wisnu mengaku sering diminta untuk membuat desain masjid. Mahasiswa jurusan arsitektur Universitas Pandanaran Semarang ini menyebut gaya arsitektur gotik memiliki filosofi tersendiri. Karena ornamen berbentuk lancip ke atas, maknanya adalah menunjuk ke Yang Maha Kuasa.

"Filosofi di situ banyak ornament yang lancip ke atas, itu filosofi tempat ibadah menunjuk yang di atas," terang Wisnu.

Dijelaskannya, masjid tersebut 100 persen menggunakan ornamen Eropa. Seperti dari bentuk jendela, kubah, dan ornamen lain bernuansa dengan gaya Eropa. Wisnu mengaku tidak mengalami kesulitan saat membuat desain, karena dirinya sudah memahami gaya gotik.

Khusus untuk pintu masjid yang terbuat dari kayu, ada tambahan ukiran khas Jawa. Itu salah satu perpaduan antara gaya Eropa dan Jawa.

"Ornamen 100 persen murni dari eropa, saya buat gambarnya, saya pesan kepada perajin. Murni dari ciptakan sendiri. Pintu diukir itu akulturasi dengan kebudayaan Jawa," jelasnya.

Dengan adanya masjid dengan bentuk unik itu, Wisnu berharap dapat mengangkat Desa Soneyan. Sehingga masyarakat bisa lebih bangga terhadap desanya.

"Harapan saya agar bisa menjadi kebanggaan bagi warga," harap dia.

Sementara itu, Bendahara Masjid Baiturrohman, Giarso Raharjo, mengatakan masjid tersebut dibangun sejak tahun 2016. Dulunya merupakan musala peninggalan dari Mbah Kiai Ahmad Rasiman pada tahun 1960.

"Sudah tiga kali dilakukan renovasi," jelas Harjo ditemui di lokasi siang tadi.

Harjo mengatakan masjid dengan gaya arsitektur Eropa telah persetujuan dari panitia, masyarakat dan donatur. Warga swadaya iuran untuk mendirikan masjid. Total anggaran untuk membangun sebesar Rp 3 miliar.

"Biaya dari swadaya dari warga dari 9 RT. Habis sementara ini Rp 3 miliaran. Ini belum selesai lantai dua untuk jendela kaca. Tapi ini diberhentikan dulu," kata dia.

Masjid tersebut telah digunakan untuk ibadah. Sedangkan saat sore juga ada aktivitas belajar baca tulis Al-Qur'an oleh masyarakat setempat.

"Sudah bisa digunakan untuk aktivitas ibadah," pungkas dia.




(aku/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads