Benarkah Takdir Bisa Diubah? Ini Penjelasan Menurut Pandangan Islam

Benarkah Takdir Bisa Diubah? Ini Penjelasan Menurut Pandangan Islam

Nur Umar Akashi - detikJateng
Kamis, 01 Agu 2024 14:50 WIB
Ilustrasi Muslim
Ilustrasi takdir menurut pandangan Islam Foto: Getty Images/iStockphoto/delihayat
Solo -

Ketika suatu kejadian menimpa seseorang, kalimat yang sering terlontar adalah, 'memang sudah takdir'. Kalimat tersebut secara tidak langsung mengungkapkan keyakinan bahwa takdir tidak bisa diubah. Benarkah demikian?

Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, takdir adalah ketetapan Tuhan; ketentuan Tuhan; nasib. Lebih lanjut, dalam buku Teologi Islam Terapan oleh M Amin Syukur dkk, takdir berarti ketentuan Allah SWT sejak dahulu kala atas segala sesuatu yang pasti akan terjadi sesuai dengan ilmu dan kehendak-Nya.

Seorang muslim wajib beriman kepada takdir Allah SWT. Bahkan, hal ini masuk dalam rukun iman, tepatnya yang kelima. Bila tidak mengimani takdir Allah, seorang muslim belum dinyatakan beriman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah SAW bersabda,

لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ حَتَّى يَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَهُ

ADVERTISEMENT

Artinya: "Tidak beriman seorang hamba, sampai ia beriman dengan takdir yang baik dan yang buruk, sampai ia mengetahui bahwa apa yang menimpanya tidak akan meleset darinya dan apa yang meleset darinya tidak akan menimpanya." (HR Tirmidzi 2144)

Jadi, apakah takdir mesti diterima begitu saja tanpa adanya usaha karena tidak mungkin berubah? Cari tahu penjelasan lengkapnya dalam uraian di bawah ini.

Bisakah Takdir Diubah?

Dirangkum dari buku Pendidikan Agama Islam oleh Bachrul Ilmy, dalam pengaplikasiannya, takdir bisa dibedakan menjadi dua macam, yakni mubram dan mu'allaq. Apa hubungannya dengan bisa tidaknya takdir diubah?

Takdir mubram adalah ketetapan Allah untuk makhluk-Nya yang tidak akan berubah. Contohnya adalah kematian atau bencana alam. Allah SWT berfirman dalam surat an-Nisa ayat 78 yang bunyinya:

اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَ ۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا

Artinya: "Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang kukuh. Jika mereka (orang-orang munafik) memperoleh suatu kebaikan, mereka berkata, "Ini dari sisi Allah" dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka berkata, "Ini dari engkau (Nabi Muhammad)." Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah." Mengapa orang-orang itu hampir tidak memahami pembicaraan?"

Sementara itu, takdir mu'allaq adalah ketentuan Allah terhadap makhluk-makhluk-Nya yang masih bisa berubah. Tentunya, perubahan ini diputuskan Allah SWT atas dasar ikhtiar serta doa yang dipanjatkan seorang hamba.

Dalam surat ar-Ra'd ayat 11, Allah SWT berfirman:

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

Artinya: "Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."

Diringkas dari laman resmi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, bagi manusia, secara tidak langsung, semua yang terjadi termasuk dalam takdir mu'allaq. Misalnya, kelahiran, biarpun termasuk takdir mubram, dalam prosesnya tetap harus ada usaha dari manusia itu sendiri.

Meskipun begitu, hal ini juga tidak berarti manusia berkuasa atas apa yang terjadi pada dirinya. Pada intinya, ada atau tidaknya perubahan takdir adalah rahasia Allah. Sebab, tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana awal takdirnya sehingga ia bisa menyebut takdirnya berubah.

Singkat kata, seorang muslim diwajibkan untuk mengimani adanya takdir atau ketetapan Allah. Di samping itu, meski telah ada takdir, seseorang harus tetap berdoa dan berusaha agar dirinya mendapatkan yang terbaik. Wallahu a'lam bish-shawab.

Macam Takdir Menurut Penetapannya

Berdasar penjelasan dalam buku Takdir telah Ditetapkan oleh Dr Abu Hafizhah Irfan, ditinjau dari segi waktu penetapannya, takdir terbagi menjadi empat macam, yakni:

1. Al-Kitabah al-Azaliyah

Al-kitabah al-azaliyah adalah catatan takdir yang tersimpan di Lauhul Mahfudz. Takdir ini terjadi lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Amr bin al'Ash, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda,


كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ قَالَ: وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ.

Artinya: "Allah telah menuliskan takdir para makhluk-(Nya) lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi, 'Arsy-Nya di atas air." (HR Muslim 2653)

2. Al-Kitabah al-'Umriyyah

Jenis takdir kedua merupakan catatan takdir sekali seumur hidup yang ditulis ketika janin berumur 120 hari alias 4 bulan. Dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah bercerita,

يُجْمَعُ خَلْقُ أَحَدِكُمْ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ إِلَيْهِ الْمَلَكَ فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ فَيَقُولُ: اكْتُبْ عَمَلَهُ وَأَجَلَهُ وَرِزْقَهُ وَشِقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ

Artinya: "Dikumpulkan penciptaannya salah seorang dari kalian dalam rahim ibunya selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga, lalu menjadi segumpal daging selama itu juga. Kemudian Allah mengutus Malaikat kepadanya dan diperintahkan untuk menuliskan empat kalimat. Allah berfirman, 'Tuliskanlah; amalannya, ajalnya, rizkinya, celaka atau bahagia(nya).'" (HR Bukhari 3208, Muslim 2643, Abu Dawud 4708, Ibnu Majah 76, dan Tirmidzi 2137)

3. Al-Kitabah al-Hauliyyah

Jenis ketiga ini adalah takdir tahunan yang ditetapkan saat malam Lailatul Qadar. Hal ini difirmankan Allah SWT dalam surat ad-Dukhan ayat 4:

فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍۙ

Artinya: "Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah."

Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut,

أَيْ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ يُفَصَّلُ مِنَ اللَّوْحِ الْمَحْفُوظ إِلَى الْكَتَبَةِ أَمْرُ السَّنَّةِ، وَمَا يَكُونُ فِيْهَا مِنَ الْأَجَالِ وَالْأَرْزَاقِ وَمَا يَكُوْنُ فِيْهَا إِلَى آخِرِهَا.

Artinya: "Yaitu ketika Lailatul Qadar dirincikan (catatan takdir) dari Lauhul Mahfuzh ke catatan (takdir) tahunan. Yang mencakup ajal-ajal, rizki-rizki, dan apa saja yang terjadi sampai akhir (tahun)." (Tafsirul Qur'anil Azhim 1427)

4. Al-Kitabah al-Yaumiyyah

Yang keempat adalah takdir harian. Dari Salman, Rasulullah SAW bersabda,

لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمُرِ إِلَّا الْبِرُّ.

Artinya: "Tidak dapat merubah takdir, kecuali doa. Tidak bertambah usia, kecuali kebaikan." (HR Tirmidzi 2139. Hadits ini dihasankan Syaikh al-Albani)

Maksud dari hadits di atas adalah, bahwasanya yang berubah adalah takdir selain di Lauhul Mahfudz, yakni takdir 'umriyyah, hauli, dan yaumi. Adapun takdir azali, maka tidak berubah. Wallahu a'lam bish-shawab.

Demikian penjelasan lengkap mengenai bisa tidaknya takdir diubah menurut Islam. Semoga penjelasannya mencerahkan, ya.




(sto/cln)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads