Narenda Wicaksono (28) warga Ceper, Klaten, akhirnya bisa menunaikan ibadah umrah. Pria yang sebelumnya bekerja sebagai driver ojek online itu ke Makkah naik sepeda. Berikut cerita suka dukanya selama menempuh perjalanan.
"Alhamdulilah saya sudah sampai Makkah, sudah melaksanakan umrah dua kali," kata Narendra kepada detikJateng melalui pesan singkat, Kamis (25/7/2024).
Narendra mengatakan, di Makkah dia bertemu para mahasiswa Indonesia yang kuliah di Mesir. Para mahasiswa itu memberi dia tumpangan tempat tinggal. Di Makkah, Narendra mengaku banyak bersosialisasi dan berdiskusi dengan umat Islam dari berbagai negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Saya sempat menangis terharu saat pertama kali mengenakan kain ihram dan berfoto bersama sepeda. Saya masih ingat saat orang-orang mengatakan saya gila, stress, saat memulai perjalanan dengan sepeda menuju tanah suci Makkah," ujar Narendra.
Narenda menempuh perjalanan dari Klaten sejak Februari lalu. Setelah umrah, dia berniat kembali ke Yordania untuk membantu aktivitas kemanusiaan buat pengungsi Palestina. Hal itu sudah dia lakoni sebelumnya saat dalam perjalanan menuju Arab Saudi.
"Rencana mau kembali ke Yordania, jadi aktivis kemanusiaan di sana atau kalau ada sponsorship saya juga ingin melanjutkan petualangan ke Eropa," ucap Narendra.
Sempat Kolaps Kena Cuaca Panas di India
Narendra juga menceritakan tantangan yang dia hadapi di perjalanan, termasuk saat terkena heat stroke di India.
"Di India mengalami heat stroke karena gelombang panas dengan suhu lebih dari 50 derajat. Mengalami kolaps, muntah, dan pingsan (hampir mati), ditolong penduduk lokal dan di evakuasi oleh KBRI di New Delhi," kata Narendra lewat pesan singkat, Kamis (25/7/2024).
Narendra mengatakan, peristiwa itu terjadi tanggal 1 Juni lalu. Sepuluh hari setelah tiba di India, dia merasa sulit beradaptasi dengan iklim. Setelah dari Uttar Pradesh, Narendra saat itu melanjutkan perjalanan ke Punjab.
"Karena takut visa izin tinggal segera habis, mengingat hanya mendapat visa jenis single entry dengan durasi 30 hari. Awalnya semua baik-baik saja, setelah salat subuh saya berpamitan dengan teman-teman di apartemen mahasiswa Indonesia di daerah Zakir Nagarh, New Delhi," kata Narendra, kemarin.
Awalnya, perjalanan menembus pagi di India saat itu dilalui Narendra dengan riang. Warga lokal menyambut baik, mengajak berfoto, juga memberikan bekal. Namun, pada pukul 07.00 setempat, suhu udara mencapai 32 derajat dan terus naik mencapai 40 derajat pada pukul 09.00.
"Efeknya dada saya terasa sakit, sempat berhenti sejenak," sebut Narendra.
Pukul 10.00, ungkap Narendra, dia mulai muntah, pusing, dan kehilangan pandangan. Dia lalu memilihtempat yang aman untuk merobohkan badan dengan harapan kondisinya membaik.
"Setelah penglihatan membaik saya segera menghubungi staf konsuler KBRI New Delhi untuk meminta evakuasi dari WNI yang berada di distrik terdekat (Sonipat). Warga lokal bernama Kaushit Rohit, seorang sales obat, menolong saya untuk dibawa ke tempat yang lebih aman yaitu sebuah tourist center yang berada tidak jauh dari Ashoka University," papar Narendra.
Sales itu membelikan Narendra minuman dan roti sembari menunggu pertolongan. Setelah itu seorang dosen orang Indonesia yang mengajar di Jindal Global University datang dengan membawa mobil untuk mengevakuasi dirinya ke apartemen.
"Sesampai di apartemen saya diminta untuk segera mandi, wudhu, dan salat. Setelah itu saya dibaringkan di ruangan dengan pendingin udara," tambah Narendra.
"Akhirnya opsi yang ditempuh adalah merubah rute dari yang awalnya lintas Pakistan dan Iran diganti menjadi ke Istanbul Turki untuk mendapatkan iklim yang lebih baik," pungkas Narendra.
(dil/dil)