Kupu-kupu dikenal sebagai salah satu hewan yang memiliki sayap indah. Namun, ternyata ada filosofi kupu-kupu yang bermakna mendalam di kehidupan yang mungkin belum banyak diketahui oleh sebagian orang.
Mengutip dari buku 'Filosofi Kehidupan' karya Husni Mubarok, sebelum tumbuh menjadi kupu-kupu yang bisa terbang, hewan ini harus melalui proses metamorfosis dalam hidupnya. Bahkan metamorfosis kupu-kupu bermula dari sebuah ulat kecil.
Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Mayang Sari, SSi dalam bukunya '500++ Fakta Paling Wow di Dunia' bahwa kupu-kupu pada awalnya tidak terlahir dengan bentuk indah seperti yang banyak dilihat selama ini. Sebaliknya, mereka harus lahir dalam wujud ulat dan mengalami perkembangan metamorfosis untuk bisa berubah wujud menjadi kupu-kupu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal inilah yang membuat proses hidup kupu-kupu kerap dikaitkan dengan filosofi kehidupan oleh para manusia. Lantas seperti apa filosofi kehidupan yang terinspirasi dari kupu-kupu? Simak informasinya berikut ini.
Filosofi Kupu-kupu Menurut Islam
Filosofi kupu-kupu menurut Islam ternyata berkaitan erat dengan perilaku manusia. Hal ini seperti yang dikatakan dalam laman resmi Nahdlatul Ulama bahwa seorang manusia perlu untuk belajar dari proses metamorfosis kupu-kupu yang berawal dari ulat kecil, lalu tumbuh menjadi kupu-kupu indah.
Oleh karena itu, sebaiknya manusia selalu bersikap rendah hati karena perilaku tersebut menjadi ciri-ciri seorang hamba yang disayang oleh Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Furqan ayat 63 bahwa:
وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا ٦٣
Artinya: "Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, 'Salam'."
Kemudian kupu-kupu juga dikenal sebagai hewan yang mampu memberikan manfaat bagi manusia. Salah satunya dalam membantu penyerbukan tanaman dengan membawa serbuk-serbuk sari saat mencari nektar. Hal tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi manusia untuk senantiasa berbuat baik dan menebar kebaikan kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Filosofi Kupu-kupu dalam Psikologi
Lantas bagaimana pandangan psikologi seputar kupu-kupu? Masih merujuk buku yang sama, metamorfosis kupu-kupu dari wujud ulat menjadi hewan yang indah dapat menjadi pelajaran bagi manusia untuk terus berusaha yang terbaik dalam hidupnya. Seperti ulat yang dikenal kecil dan lemah, mereka harus bertahan dan menjalani kehidupannya yang lama sekaligus rumit agar dapat menjadi kupu-kupu.
Hal tersebut juga berlaku bagi manusia yang ingin bertransformasi menjadi sosok yang lebih baik. Pada prosesnya mereka juga akan menjumpai beberapa kesulitan sama seperti ulat, tetapi lambat laun dirinya akan bisa tumbuh menjadi 'kupu-kupu'.
Sementara itu, menurut buku '101 Cara Mengubah Kebiasaan Buruk dengan Kebiasaan Baik: Memaksimalkan Perubahan Diri untuk Kehidupan yang Lebih Sukses dan Bahagia' karya Nurima Thama, seseorang dapat belajar dari kehidupan kupu-kupu yang harus mengalami metaformosis cukup panjang. Dimulai dari larva yang kerap dianggap sebagai makhluk kecil yang membuat geli sebagian manusia.
Namun demikian, larva tersebut akan mengalami proses pertumbuhan sehingga dapat berubah menjadi kepompong. Pada saat inilah mereka akan menghabiskan waktu mempersiapkan dirinya agar keluar sebagai kupu-kupu. Kemunculan kupu-kupu inilah yang membuat metamorfosis menjadi sempurna.
Sama seperti manusia, kesuksesan yang akan diraih juga perlu melalui proses. Meskipun tidak mudah dan penuh rintangan, usaha-usaha yang telah dilakukan akan membuahkan hasil di kemudian hari.
Filosofi Kupu-kupu Tentang Cinta
Selain dapat dijelaskan menurut Islam dan psikologi, kupu-kupu juga berkaitan erat dengan cinta. Seperti dikatakan dalam laman Psychology Today, kupu-kupu diibaratkan sebagai sebuah proses yang dirasakan oleh seseorang saat sedang jatuh cinta. Maka tak heran ada istilah berupa 'perasaan kupu-kupu' yang hadir ketika seseorang jatuh cinta.
Istilah perasaan kupu-kupu digambarkan sebagai sensasi berdebar-debar yang dialami oleh seseorang saat terhubung dengan orang lain yang membuatnya tertarik. Bahkan tidak jarang, perasaan kupu-kupu juga dikaitkan dengan situasi saat seseorang akhirnya menemukan orang yang tepat untuk dijadikan sebagai pasangannya.
Namun demikian, sebenarnya perasaan kupu-kupu merupakan hal yang wajar dialami oleh seseorang saat mereka merasakan kegembiraan sekaligus kegugupan dalam satu waktu yang sama. Kemudian, perasaan kupu-kupu juga menjadi wujud sinyal dari otak bahwa sesuatu yang harus diantisipasi akan terjadi. Oleh karena itu, saat seseorang jatuh cinta perasaan tersebut bisa saja muncul.
Itulah tadi pembahasan mengenai filosofi kupu-kupu dalam Islam, psikologi, dan cinta. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan detikers, ya.
(par/par)