Ortu Siswa Pengguna Piagam Palsu PPDB SMA Jateng Buka Suara

Ortu Siswa Pengguna Piagam Palsu PPDB SMA Jateng Buka Suara

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Sabtu, 13 Jul 2024 21:37 WIB
Orang tua peserta didik menggeruduk Kantor Gubernur Jateng terkait PPDB SMA, Kamis (11/7/2024).
Orang tua peserta didik menggeruduk Kantor Gubernur Jateng terkait PPDB SMA, Kamis (11/7/2024). (Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng)
Semarang -

Orang tua siswa yang menggunakan piagam marching band palsu untuk PPDB SMA di Semarang buka suara terkait perkara yang menimpa mereka. Mereka merasa kecewa karena tidak tahu soal piagam marching band anak-anak mereka.

Salah satu perwakilan orangtua, Indah mengatakan selama ini mengetahui anak-anak mereka juara satu dalam lomba Marching Band tingkat internasional di Malaysia yang digelar virtual saat Pandemi COVID-19. Piagam yang diberikan pun sudah dilegalisir, bahkan ucapan selamat mendapatkan medali emas diunggah di media sosial sekolah yaitu SMPN 1 Semarang .

"Ada surat keterangan sekolah soal piagam itu. Pernah diposting kemenangan kita di medsos sekolah. Kita tidak ragu karena sudah ada dari Kepala Sekolah. Di cc juga ke Dinas Pendidikan Kota Semarang," kata Indah di daerah Sampangan, Sabtu (13/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indah menjelaskan permasalahan soal piagam itu diketahui di hari terakhir pendaftaran oleh para orangtua. Mereka terkejut ternyata dalam perlombaan itu marching band itu juara yang diperoleh adalah juara tiga bukan pertama.

Para orangtua sudah berupaya menghubungi berbagai pihak untuk melakukan pengubahan karena piagam prestasi lain masih ada. "Kami ketahui bermasalah di hari terakhir pendaftaran. Tidak ada ruang mengubah karena masa verifikasi selesai," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Pelatih marching band, S pun dihubungi untuk diminta klarifikasi dan diajak bertemu. Tapi setelah itu dia menghilang sampai sekarang.

"Komunikasi terakhir pelatih tanggal 27 Juni. Kita marah-marah. Kita minta dia untuk datang, tapi nggak datang. Sampai sekarang nggak tahu dimana. Waktu ditelepon, dia cuma bilang, 'saya bingung'," tutur Indah.

Indah mengatakan anak-anak mereka syok dan tertekan atas peristiwa itu. Padahal mereka sudah berjuang latihan keras dan mendapatkan berbagai prestasi termasuk pernah tampil dalam upacara penurunan bendera di Istana dalam rangka hari Kemerdekaan RI pada tahun 2023 lalu.

"Anak-anak syok, tidak menyangka piagamnya bermasalah. Mereka yakin, kami juga yakin tidak masalah. Anak anak syok dan dapat tekanan dari pihak lain bahkan teman-temannya. Dapat bully-an, hinaan, ejekan. Mental jatuh, selain sedih dan terluka, juga malu. Mereka latihan pagi sampai malam, liburan juga latihan," katanya.

Para orangtua juga kecewa dengan keputusan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah yang menganulir Piagam secara manual. Menurut Indah, dia sudah berupaya memberi masukan namun diberi arahan semua sudah sesuai sistem, namun anulir dilakukan manual bahkan nama anaknya masih ada dalam sistem.

"Kenapa belum ada keputusan hukum atau kekuatan hukum tapi anak-anak sudah mendapatkan sanksi dari peristiwa ini. Kan proses masih pengumpulan data dan belum ada pengadilan," tegasnya.

"Proses berjalan nanti akan ketahuan kok pelatih yang salah. Kami ada rencana menggugat karena ini cacat hukum," imbuh Indah.

Untuk diketahui 69 calon peserta didik menggunakan piagam tersebut. Ternyata setelah diketahui ada permasalahan, piagam itu dianulir. Salah satu orang tua ada yang melapor ke polisi dan kini ditangani Polrestabes Semarang dan sudah masuk penyidikan.

Pelatih marching band berinisial S itu juga diburu polisi karena mangkir dalam panggilan sebagai saksi. Proses pemanggilan kedua sedang berproses, jika tidak hadir maka ada kemungkinan dipanggil paksa.




(aku/aku)


Hide Ads