Keraton Kasunanan Surakarta tengah mempersiapkan peringatan 1 Suro. Serangkaian acara akan dilakukan dalam peringatan 1 Suro tersebut.
Wakil Pengageng Sasana Wilopo, Kanjeng Pangeran Dani Nur Adiningrat mengatakan, peringatan 1 Suro akan ada jumenengan hingga kirab pada Minggu (7/7).
"Jadi malam 1 Suronya jatuh pada hari Senin, ini mengikuti kalender Sultan Agung. Kenapa rangkaian acaranya dimulai pada Minggu sore, karena menurut penghitungan Jawa maupun Islam bahwa hari itu dimulai dari malam ke siang. Jadi hari Minggu sore sudah ikut hari Senin," kata Dani saat dihubungi detikJateng, Rabu (3/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk persiapan sendiri, dia mengatakan sudah siap. Baik dari abdi dalem, pusaka, hingga kebo Kyai Slamet atau kebo bule yang akan ikut kirab. Sementara untuk gunungan tidak ada.
Rangkaian acara pada hari Minggu akan dilakukan Wilujengan sebagai upacara doa keselamatan, Haul Pakubuwono X yang meninggal pada 1 Suro, hingga kirab.
"Kemarin kita rapat internal semua sudah selesai baik dari abdi dalam yang bertugas, maupun dari kebo kita siapkan 7 ekor dan pusakanya. Tapi nanti berapa kebo dan pusaka yang keluar kita menunggu dawuh dalem," ucapnya.
Makna Kirab 1 Suro
Malam 1 Suro sendiri memiliki mendalam bagi orang Jawa. Oleh karenanya, Keraton Kasunanan Surakarta selalu melakukan acara.
Dani menjelaskan, pada hakikatnya untuk introspeksi diri pada kesalahan-kesalahan yang diperbuat manusia di masa lalu, dan memperbaikinya.
"Malam satu Suro ini pada hakikatnya untuk membersihkan diri dan jiwa kita dari kotoran-kotoran yang mengganggu, dengan melakukan ritual keliling ataupun semedi atau ritual apapun. Karena 1 Suro dianggap bulan yang sakral bagi masyarakat Jawa. Jadi yang dibersihkan itu fisik maupun non fisik juga. Untuk menyiapkan diri, hati, dan fisik untuk lebih baik dan berbuat positif 1 tahun ke depan," jelasnya.
Rute Kirab
Kirab sendiri akan dimulai pada pukul 00.00 WIB, ditandai bunyi lonceng dari Kamandungan. Nantinya abdi dalem yang melakukan cucuk lampah, pusaka, hingga kebo bule akan mulai melakukan kirab.
Rute kirab sendiri dari Kamandungan menuju Alun-alun Utara, Benteng Vestenberg, Lodjiwetan, Pasar Kliwon, Baturono, Gemblegan, Nonongan, Gladag, dan kembali ke Keraton.
"Rute ini sebenarnya setelah peristiwa Malari. Jadi Presiden Soeharto meminta pada Pakubowono XII untuk rute kirab pusaka keraton diperluas ke luar benteng, agar dampak dan efeknya bisa terasa bagi masyarakat luas. Dan efeknya bukan hanya efek secara spiritual saja, tapi juga efek secara ekonomi dan pariwisata," jelasnya.
(apu/ahr)