Ada yang menarik di Kantor Sekretariat PPDK Klaten siang ini. Tampak berjejer kain batik yang masih setengah basah, dengan motif-motif menarik yang dibuat oleh tangan-tangan para penyandang disabilitas di Klaten.
Saat detikJateng berkesempatan mengunjungi kantor yang berlokasi di Bareng Lor, Kecamatan Klaten Utara, tampak para penyandang disabilitas tengah melipat kain katun menjadi bentuk segitiga dan persegi. Ada sekitar 5 orang yang tengah mengerjakan proses membatik di Kantor Paguyuban Penyandang Disabilitas Klaten (PPDK).
Ketua PPDK, Qoriek Asmarawati mengatakan kegiatan membatik di Kantor PPDK telah dilaksanakan sekitar dua hari. Inovasi ini kembali dilakukan PPDK Klaten untuk yang ketiga kalinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya ini sudah kali kedua kami mencoba menekuni proses batik secara serius. Pionirnya Mbak Ami, beliau perempuan disabilitas pakai kruk, polio," kata Qoriek di Kantor PPDK, Selasa (7/6/2024).
Saat keduanya berbincang, lanjut Qoriek, terbersit ide untuk mengajarkan proses membatik shibori yang menggunakan teknik celup dan ikat itu kepada para anggota PPDK. Sebab, metodenya yang terbilang mudah itu dinilai bisa melahirkan potensi yang besar.
"Ini kan bisa menjadi peluang, karena metodenya itu sangat sederhana dan semua kawan-kawan bisa melakukannya, namanya batik shibori. Shibori itu hanya teknik melipat, kemudian mengikat, dan mencelup. Jadi hampir semua bisa," terang Qoriek.
Para anggota PPDK lantas mendapat pelatihan dari Ami (42) yang sudah 4 tahun menggeluti industri batik di Kabupaten Klaten. Tak butuh waktu lama, para anggota langsung bisa mencoba membatik dan berkontribusi dalam proses pembuatan batik sesuai kemampuannya masing-masing. Ada yang melipat, ada yang mencelup.
![]() |
Usai memproduksi banyak kain batik, hasil karya para difabel, ia mencoba mempromosikannya kepada instansi-instansi hingga lembaga di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten. Qoriek tak menyangka, produk tersebut mampu menarik perhatian banyak masyarakat.
"Saya melihat ini peluang yang bisa dikembangkan pusbis (pusat bisnis difabel). Jadi untuk periode kepengurusan saya ini kan coba menginisiasi pusbis, yang ingin saya kembangkan ada beberapa sektor," tuturnya.
Lebih lanjut Qoriek bercerita, sudah ada sekitar 6 anggota PPDK yang dilibatkan dalam pembuatan batik shibori. Kain batik berukuran 105x225 sentimeter yang sudah jadi kemudian akan dijual dengan harga Rp 150 ribu.
"Ini masih tahap awal banget, jadi saya kira masih untuk promosi dulu. Untuk fundrising iya, jadi mencoba menggali dari beberapa sektor tadi. Dari batik dan turunannya, nanti handmade," tuturnya.
Proses membatik shibori itu, kata Qoriek bisa dilakukan oleh para penyandang disabilitas dengan berbagai jenis disabilitas. Mereka bisa berkontribusi sesuai kemampuan masing-masing. Ada yang hanya melipat, mengikat, atau hanya mencelup.
Ia berharap, dengan adanya inovasi tersebut, energi para difabel bisa tersalurkan dalam hal-hal yang positif. Mereka juga didorong untuk terus produktif sambil mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
"Harapannya memang PPDK bisa menjembatani semacam lingkar usaha difabel. Ketika ada forum-forum butuh snack atau apa kita bisa mengambil produk kawan-kawan. Sekaligus untuk menunjukkan bahwa teman-teman itu sebenarnya juga bisa berdaya," sambungnya.
Hingga kini, sudah ada puluhan kain hasil karya teman-teman difabel yang terjual. Nantinya, produk mereka juga akan dipamerkan dan diperjualbelikan pada acara Sambang Warga, untuk mengenalkan produk tersebut kepada khalayak yang lebih luas.
Salah satu anggota PPDK yang tengah melipat kain, Jailan (53) mengatakan biasanya ia menghabiskan waktu untuk melipat kain selama 30 menit. Ia mengaku memiliki kepuasan tersendiri saat mencoba membatik.
"Kalau dilihat dari prosesnya kan kayaknya cuma dilipat, terus ditali, dicelup, tapi bisa jadi bagus kayak gitu," kata Jailan.
Hal itu membuatnya terus belajar teknik membatik yang benar hingga motif dari hasil buatannya itu bisa sesuai dengan apa yang dia inginkan.
"Inginnya sudah bisa tahu ingin motif bagaimana, nanti tekniknya harus bagaimana. Ini saya juga masih menghafal caranya," ungkapnya.
Kain batik hasil karya para difabel itu pun dijual untuk umum. Siapapun bisa membeli kain tersebut dengan mendatangi kantor PPDK atau di lokasi Sambang Warga. Calon pembeli juga bisa request warna yang diinginkan.
(ncm/ega)