Hari Raya Idul Adha 2024 akhirnya tiba. Pada hari suci tersebut, umat Islam akan mendirikan sholat Ied disusul mendengarkan khutbah yang dibawakan. Bagi yang membutuhkan, berikut ini tiga teks khutbah Idul Adha 2024 terbaru.
Dirujuk dari buku Panduan Khutbah Jum'at untuk Pemula oleh Irfan Maulana, secara bahasa, kata khutbah adalah bentuk masdar (kata benda dari kata kerja) yang artinya berpidato. Sementara itu, khutbah secara istilah adalah sebuah perkataan yang diucapkan di hadapan banyak orang, yang diucapkan oleh seorang pembicara untuk memberitahukan sesuatu.
Karena pentingnya khutbah ini, seorang khatib haruslah memiliki aqidah yang benar. Ia juga wajib memiliki pemahaman agama yang mumpuni. Alhasil, apa yang disampaikannya tidak salah dan dapat memberi pencerahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi detikers yang memerlukan contoh khutbah Idul Adha 2024, di bawah ini detikJateng telah himpunkan tiga di antaranya. Yuk, cek tiga teks khutbah Idul Adha 2024 terbaru yang menyentuh hati lagi mengharukan!
Khutbah Idul Adha 2024 Terbaru #1: Hari Raya, Cinta, dan Kepedulian pada Sesama
(sumber: tulisan H Muhammad Faizin dalam situs NU Online)
Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah, Semua yang hadir di tempat ini pasti merasakan, betapa besar nikmat-nikmat Allah yang telah dianugerahkan. Nikmat itu tak akan bisa di hitung dalam angka dan angan-angan. Nikmat itu terus mengiringi setiap langkah kita dalam kehidupan. Untuk kita syukuri dan kuatkan, serta diwujudkan melalui lisan, tindakan, dan perbuatan dalam keseharian.
Alhamdulillahirabbil alamin. Kalimat inilah yang harus kita tancapkan lahir dan batin. Agar nikmat yang kita terima ini tetap abadi dan kita tetap yakin, bahwa Allah lah yang pada-Nya tidak ada yang tidak mungkin. Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang Mukmin, yang senantiasa ditambah nikmatnya oleh Allah Sang Rabbul Alamin. Amin-amin ya Rabbal Alamin.
Di antara nikmat yang tak bisa kita pungkiri saat ini, adalah umur panjang, kesehatan, dan kesempatan yang senantiasa mengiringi. Sehingga kita bisa merasakan nikmat berhari Raya Idul Adha 1445 H bersama orang-orang yang kita cintai. Nikmat ini harus kita iringi juga dengan menguatkan takwa kepada Ilahi Rabbi, dengan menjalankan perintah-Nya yang suci dan meninggalkan larangan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 102:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim,"
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah, Idul Adha merupakan hari raya umat Islam yang selalu diwarnai dengan kemeriahan dan kebersamaan. Dari hal ini muncullah cinta dan juga kebahagiaan. Semua ini bisa kita rasakan dalam rangkaian ibadah seperti shalat Id berjamaah, ibadah haji, dan juga kurban. Kita berkumpul bersama di masjid dan tanah lapang yang penuh keberkahan. Untuk bersama melaksanakan shalat Id sebagai wujud penghambaan dan ketaatan. Semua berkumpul tanpa memandang status kehidupan. Semua sama di hadapan Allah dengan pembeda hanya ketakwaan.
Para jamaah haji di Tanah Suci pun begitu juga. Mereka berdatangan dari berbagai penjuru dunia. Iman dan ketakwaan menyatukan mereka. Mereka menghamba kepada Allah, Tuhan alam semesta. Sekaligus menebar kasih sayang kepada sesama sebagai wujud ibadah sosial dan kebersamaan penuh cinta.
Kebersamaan dalam haji dan shalat Idul Adha, tentu akan memperkuat ikatan persaudaraan kita. Dari sinilah akan tumbuh rasa cinta untuk senantiasa menghormati sesama. Kita memang diciptakan ke dalam suku, bangsa, warna kulit, dan budaya yang berbeda-beda.
Namun perbedaan itu bukan untuk dibanding-bandingkan dan merasa unggul satu dengan yang lainnya. Tujuan diciptakannya kita berbeda-beda oleh Allah adalah untuk saling kenal dengan sesama. Sehingga muncul harmoni yang menambah keindahan dalam kehidupan di dunia.
Allah berfirman dalam QS Al-Hujurat ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti."
Oleh karena itu, Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah, Mari tinggalkan sifat dan sikap merasa unggul dalam materi dan kekayaan. Jauhi sikap merasa lebih mulia karena nasab atau keturunan. Hindari merasa lebih menarik dalam tampilan fisik dan pakaian. Ciptakan kehidupan yang saling menghormati dalam perbedaan. Wujudkan kerukunan dan tumbuhkan cinta pada perdamaian. Karena sekali lagi yang dinilai oleh Allah hanyalah ketakwaan.
Rasulullah bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Artinya: "Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah, Selain shalat Idul Adha dan berhaji di Tanah Suci, rasa cinta juga bisa kita tumbuhkan dari ibadah kurban yang kita jalani.
Kurban yang dilakukan dengan menyembelih hewan ini, adalah simbol kita menyembelih dan membuang sifat kebinatangan yang bersemayam dalam diri. Sombong, rakus, egois, serakah, dan mau menang sendiri menjadi sifat yang harus kita basmi dan hindari. Selanjutnya cinta dan saling mengasihi, harus kita pupuk dalam hati dan diri kita pribadi.
Perlu kita sadari bahwa kurban adalah ibadah berdimensi horisontal untuk mengasah kepedulian sosial. Kurban bukan hanya ibadah kepada Allah yang memiliki dimensi vertikal. Dengan kurban kita berbagi kebahagiaan dengan saling berbagi sedekah dan amal. Kita harus berupaya menghilangkan sekat yang membatasi secara optimal. Sehingga kehidupan bersama ini akan bisa berjalan baik dan maksimal.
Mari sisihkan harta yang kita miliki dengan berbagi. Janganlah khawatir harta kita akan berkurang karena banyak memberi. Allah lah sang pemberi rezeki yang akan melipatgandakan sedekah yang kita lakoni.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: "Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui."
Rasulullah juga bersabda:
مَا أَحْسَنَ عَبْدٌ الصَّدَقَةَ إِلَّا أَحْسَنَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ الْخِلَافَةَ عَلَى تِرْكَتِهِ
Artinya: "Tidaklah seorang hamba memperbaiki sedekahnya kecuali Allah memperbaiki pengganti atas harta tinggalannya." (HR Ibnu al-Mubarak).
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah, Di penghujung khutbah Idul Adha, mari kita resapi ayat Al-Qur'an tentang kepastian diterimanya kurban dan pahalanya. Bukan besarnya hewan kurban dan jumlah daging yang menunjukkan kualitas kurban kita. Namun keikhlasan dalam beribadah untuk mencapai derajat takwa, yang akan sampai kepada Allah yang Maha Kuasa. Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Hajj ayat 37:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: "Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin."
Semoga Hari Raya Idul Adha kali ini benar-benar mampu menumbuhkan cinta dan kepedulian pada sesama. Semoga semua ibadah kita diterima oleh Allah swt. Amin.
Khutbah Idul Adha 2024 Terbaru #2: Tauhid Aktif Nabi Ibrahim
(sumber: tulisan Prof Dr Dadang Kahmad dalam situs Suara Muhammadiyah)
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SwT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita di pagi yang indah ini bisa berkumpul bersama menikmati hangatnya sinar mentari, dan segarnya udara di pagi sambil mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil sebagai ekspresi mengagungkan Ilahi Rabbi, dan melaksanakan shalat sunnah dua raka'at Idul Adha sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Kita bertakbir tanda bersyukur kepada Allah SWT karena telah dipanjangkan usia di anugerahi hidup sehat, sehingga bisa mengalami kembali Idul Adha tahun ini. Tidak terasa lama waktu berlalu, masa berjalan, satu tahun serasa sebulan, sebulan serasa seminggu dan seminggu serasa sehari.
Begitu singkat waktu kita rasakan, pertanda betapa perjalanan hidup kita demikian cepat, umur kita semakin pendek, memangkas kesempatan berlama tinggal di dunia dan kuburan yang kita benci kian hari semakin mendekat, Allahu Akbar. Pantas Allah mengingatkan kita dalam surat al-Ashr ayat 1-3.
وَٱلۡعَصۡرِ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ
"Demi massa sesungguhnya manusia ada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman, yang beramal sholeh dan orang yang saling bernasihat dalam kebenaran dan kesabaran."
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SwT dengan sepenuh hati. Kita niatkan di dalam hati, bahwa ibadah di pagi hari ini merupakan langkah awal kita, memulai perjalanan hidup yang penuh ketaatan dan ketabahan sebagaimana ketaatan para Nabi dan Shalihin.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jamaah Id yang berbahagia,
Idul Adha adalah saat kita diingatkan kembali kepada riwayat perjalanan seorang Nabi teladan, seorang Nabi yang penuh dengan uswah hasanah. dengan ketekunannya mencari Tuhan pencipta sekaligus pemelihara alam semesta.
Dialah Nabi Ibrahim as, dengan daya nalar yang kritis Nabi Ibrahim melihat keberadaan alam semesta yang sangat indah dan teratur tidak mungkin kalau tidak ada penciptanya. Maka setelah pengembaraan pikirannya mencari Tuhan maka akhirnya beliau menemukan jawaban seperti yang dinyatakan dalam al quran;
لما را الشَّمْسَ بَازِغَةُ قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يُقَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تشركونَ إِنِّي وَجَهَتُ وَجَهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
"Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, "Inilah Tuhanku, ini lebih besar." Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata "Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan." Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada Yang menciptakan langit dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik" (QS al-An'am 78-79)
Hadirin yang berbahagia,
Keyakinan tauhid Nabi Ibrahim adalah tauhid aktif yaitu tauhid dengan diiringi oleh amal shaleh dan amar makruf nahi munkar. Beliau melaksanakan shalat dan zakat serta berbuat baik kepada sesama manusia. Kepada bapaknya walaupun berbeda agama tetap hormat bahkan dimintakan ampun kepada Allah.
Menurut riwayat yang mashur, Nabi Ibrahim senang memberi makan orang lain, setiap makan beliau selalu ingin mengajak orang lain makan walau harus berjalan jauh untuk menemukan orang yang mau diajak makan bersama.
Dalam melakukan amar makruf nahi munkar beliau tunjukkan dengan berdakwah kepada keluarganya dan kepada kaumnya bahkan kepada penguasa pada zamannya. Beliau berdakwah dengan menyeru menghentikan penyembahan kepada patung-patung dan hawa nafsu dan menyeru untuk menyembah hanya kepada Allah Subhanahuwata'ala saja.
Sehingga Nabi Ibrahim menerima konsekuensi dari dakwahnya, dijatuhi hukuman dengan dibakar hidup-hidup di depan umum. Dengan keyakinan dan iman yang kuat kepada Allah, tawakal dan berdoa, maka Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim dengan memerintahkan kepada api supaya dingin sehingga bisa menyelamatkan Nabi Ibrahim dari kobaran api yang menyala-nyala.(QS, al-Anbiya: 69).
قُلْنَا يُنَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَّمًا عَلَى إِبْرَهِيمَ
Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim",
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ
Pelajaran dari sejarah Nabi Ibrahim kita dapat mengambil uswah hasanah dari beliau. bahwa iman itu harus hidup dan aktif. Bukan iman yang pasif dan statis. Iman aktif itu iman yang diekspresikan dalam tindakan amal sosial atau hablu min an-naas, melaksanakan amar makruf nahi munkar, serta berakhlak baik dalam pergaulan dengan sesama manusia.
Banyak sekali ayat Al-Qur'an maupun al-Hadits yang menyatakan bahwa indikator iman itu adalah amal baik dan akhlak karimah. Di antaranya hadits yang berbunyi:
عن أبي حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - خَادِمِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - عن النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبُّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Artinya: "Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, pembantu Rasulullah saw, dari Nabi saw bersabda, 'Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim).
Orang beriman harus ikut aktif melakukan kerja-kerja yang bermanfaat termasuk dalam hal ini ikut memakmurkan bumi dan memelihara bumi dari kerusakan. Bagi orang mukmin ketika melihat kerusakan lingkungan, maka dia akan ikut aktif untuk memperbaikinya.
Supaya bumi tetap layak untuk dihuni dan nyaman untuk ditinggali. Sebab bumi sekarang menurut para ahli sudah dapat dirasakan dan terasa panas serta penuh sesak dihuni oleh 8 milyar penduduk sehingga terasa sempit.
Bumi sudah datar, panas dan penuh sesak diakibatkan oleh kerusakan lingkungan sehingga menyebabkan terjadi perubahan iklim. Berbagai bencana sudah terjadi: banjir, topan dan tanah longsor mengakibatkan kerugian manusia. Kenaikan suhu bumi dan diprediksi tahun 2050 Indonesia akan ditimpa suhu udara panas.
Sehingga banyak tempat di bumi ini yang mengalami kekeringan dan terjadi gagal panen pertanian sehingga terjadi kekurangan pangan yang parah. Akan terjadi pengungsian besar besaran dari daerah kering miskin ke daerah yang subur makmur. menurut perkiraan para ahli akan terjadi sekitar 200 juta orang menjadi pengungsi pada tahun 2050.
Melihat kenyataan dan prediksi tersebut di atas selayaknya kita kaum muslimin prihatin dan berusaha menjadi terdepan untuk ikut andil untuk mengurangi kerusakan dan ikut memperbaiki keadaan Bumi. Mencegah kerusakan dan memelihara kesuburan bumi adalah perintah Allah supaya manusia selalu berbuat kebaikan.
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمَ صَلِحاً قَالَ يَقَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنَ الَّهِ غَيْرُهُ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ) الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ
Artinya: Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba- Nya)". (QS Hud ayat 61)
Sebaliknya kaum Muslimin jangan sampai ikut andil walau sedikit pun untuk menambah kerusakan di bumi ini karena Allah berfirman:
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَحِهَا وَأَدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Al-A'raf ayat 56)
Iman yang aktif adalah keyakinan yang dijawantahkan dalam bentuk amal shaleh atau amal yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, tetangga serta masyarakat pada umumnya serta bermanfaat bagi kelestarian alam semesta.
Iman aktif jika dimanifestasikan dalam perayaan Idul Adha adalah di samping shalat Id juga kita dianjurkan untuk menyembelih hewan qurban. Iman aktif seseorang tidak hanya memiliki kesalehan individual juga dia melaksanakan kesalehan sosial.
Qurban adalah salah satu bentuk kesalehan sosial yang berimplikasi kepada keberagamaan kita. Barangsiapa yang mampu lalu tidak berkurban maka ancamannya tidak boleh mendekat kepada tempat shalat kami (Rasul saw).
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَ
Hadirin yang berbahagia
Di akhir khutbah ini, khatib ingin mengajak kita semua memanfaatkan kesempatan yang ada untuk selalu berbuat baik. Mumpung masih diberi kesempatan hidup oleh Allah yang entah sampai kapan sisa umur ini masih ada.
Sungguh alangkah indahnya jika umur yang tersisa ini kita gunakan untuk hal hal yang bermanfaat sehingga menjadi umur yang dipenuhi kasih sayang Allah, umur yang dipenuhi barakah Allah.
Harta yang kita punya, mari kita gunakan untuk kepentingan kebaikan, kita gunakan untuk meraih kesenangan di akhirat yang abadi. Jangan sampai kita menyesal berkepanjangan ketika kita berada di alam keabadian.
Untuk menguatkan keimanan kita agar menjadi iman aktif marilah kita memanjatkan doa kehadirat Allah SWT. Dan kita yakin doa ini akan diamini para malaikat juga akan dikabulkan Allah SWT.
Khutbah Idul Adha 2024 Terbaru #3: Meneladani Spirit Pengorbanan Nabi Ibrahim di Era Generasi Stroberi
(sumber: tulisan Mukhlisin Purnomo di situs Kementerian Agama Kulon Progo)
Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
Alhamdulillah, segala bentuk pujian kita sanjungkan ke haribaan Allah, karena Allah masih berkenan memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati bulan Dzulhijjah. Bulan ini adalah salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam, bulan yang penuh dengan keberkahan dan kesempatan untuk memperbanyak ibadah.
Maka, sudah sepatutnya kita mengisi hari-hari kita dengan berbagai amalan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu cara terbaik untuk mengekspresikan rasa syukur kita atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya adalah dengan memperbanyak kumandang takbir, tahmid, dan tahlil.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Rasa syukur kita itu kemudian kita sempurnakan dengan menyembelih hewan kurban. Kurban adalah bentuk nyata dari pengabdian kita kepada-Nya dan upaya untuk selalu mendekatkan diri dalam setiap aspek kehidupan kita. Dengan mengekspresikan rasa syukur melalui ibadah kurban, kita berharap dapat meraih ridha Allah dan menjalani hidup dengan penuh berkah dan rahmat-Nya.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونَهَا وَأَخْلَافِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَفْعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَفْعَ عَلَى الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِمَا نَفْسًا »
"Dari Aisyah, Nabi SAW bersabda, "Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah dari hewan qurban. la akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan qurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban." (HR. Ibnu Majah).
Dari hadis di atas kita menjadi paham bahwa berkurban pada hari Idul Adha merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah. Berkurban bukan hanya tindakan menyembelih hewan, namun sesungguhnya merupakan simbol pengorbanan diri yang tulus kepada Allah, menunjukkan keikhlasan dan niat yang murni.
Darah hewan kurban yang diterima oleh Allah sebelum menyentuh bumi menandakan betapa dihargainya ibadah ini dan kedekatan yang tercipta antara hamba dengan Tuhannya. Selain itu, berkurban membersihkan jiwa, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, serta mengajarkan kepedulian sosial dengan berbagi daging kepada fakir miskin. Hewan kurban yang akan datang pada hari kiamat menjadi bukti betapa pahala yang yang kita terima sungguh berlipat ganda.
Jamaah Idul Adha rahimakumullah
Di hari raya Idul Adha, kita memang disunnakah untuk memotong hewan kurban seperti unta, sapi, kerbau ataupun domba pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Lahiriahnya kita menyembelih hewan korban, namun hakikatnya adalah kita harus menyembelih segala bentuk kecintaan kita pada duniawi yang dapat mengurangi bahkan menghalangi kadar kecintaan kita kepada Allah.
Ketika kecintaan duniawi melebihi cinta kepada Allah, membuatnya serakah, menghalalkan segala cara, zalim, dan menindas orang lain. Ibadah kurban melatih diri agar tidak tertawan oleh cinta duniawi. Karenanya bagi kita yang memiliki kemampuan, maka mari kita berkurban karena Allah. Sebab, bukanlah darah dan daging itu yang akan mengundang keridhaan Allah, tetapi hanya ketakwaaanlah yang dapat mencapainya. Allah Berfirman:
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ ، كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَنَكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS.al-Hajj: 37).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
Idul Adha adalah salah satu ritual keagamaan yang kaya akan makna simbolis dan metaforis, dan sepatutnya ditafsirkan dalam konteks nilai-nilai universal Islam. Ada banyak pesan dan pelajaran penting yang bisa dipetik dari perayaan ibadah qurban ini. Salah satunya adalah keberhasilan Nabi Ibrahim a.s. dan Siti Hajar a.s. dalam proses mendapatkan, mendidik, dan mengasuh anak mereka, Ismail a.s., menjadi generasi yang kuat nan tangguh. Mari hayati sejenak ayat berikut ini:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يُبُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَابَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّبِرِينَ
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu! Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; in syaa Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.
Hadirin,..
Mari kita kita bahas sedikit, tentang pola asuh yang diterapkan Nabi Ibrahim dalam mendidik putranya. Coba kita perhatikan redaksi:
يبني إني أرى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
"Wahai anakku, aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, bagaimana pendapatmu?"
Nabi Ibrahim telah melibatkan putranya dalam dalam musyawarah untuk memecahkan persoalan yang sangat pelik dan pahit. Padahal Ismail baru berusia 13 tahun. Ini menunjukkan betapa Ibrahim sangat menyadari pentingnya mempersiapkan anaknya untuk menghadapi kenyataan hidup yang tidak selalu mudah.
Dengan melibatkan Ismail dalam diskusi mengenai perintah Allah untuk pengurbanan, Ibrahim mengajarkan bahwa hidup penuh dengan tantangan yang memerlukan keberanian, kesabaran, dan keimanan yang kuat.
Anak-anak yang memiliki ruang untuk berpartisipasi dalam diskusi akan terpupuk rasa tanggung jawab, dan membantu mereka mengembangkan keterampilan problem-solving dan ketahanan mental. Dengan komunikasi yang terbuka dan saling percaya antara orang tua dan anak, mereka akan merasa didengarkan dan dihargai pendapatnya, mereka akan lebih percaya diri dan siap menghadapi berbagai situasi sulit. Mereka tidak akan mudah rapuh seperti stroberi, melainkan akan tumbuh menjadi individu yang kuat dan tangguh.
Pola asuh demokratis ala Nabi Ibrahim AS adalah cermin yang bisa kita jadikan ukuran, contoh, dan teladan dalam kehidupan kita. Pola asuh ini sangat relevan dalam menghadapi fenomena "generasi stroberi".
Istilah generasi stroberi pertama kali diperkenalkan oleh jurnalis Taiwan, Wu Ru-Jun, pada tahun 2000-an. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan generasi muda yang tumbuh dalam kemakmuran dan kondisi yang lebih nyaman dibandingkan generasi sebelumnya, sehingga mereka dianggap lebih rapuh secara mental dan emosional.
Generasi stroberi sering kali terlihat cerdas dan pintar secara lahiriah, namun memiliki kepribadian yang rentan terhadap tekanan, kurang tahan banting, dan mudah merasa kewalahan. Mereka juga cenderung lebih sensitif terhadap kritik dan lebih mengutamakan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.
Kelemahan utama mereka adalah ketidakmampuan untuk menghadapi kesulitan dan tantangan hidup dengan tegar, yang disebabkan oleh pola asuh yang terlalu protektif dan nyaman. Selain itu, mereka sering kali tergantung pada teknologi dan media sosial, yang dapat memperburuk perasaan rentan dan stres.
Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
Karenanya, marilah kita meneladani pola asuh demokratis ala Nabi Ibrahim. Mendidik anak tidak hanya sebatas memberikan mereka pengetahuan yang cukup, namun anak-anak juga harus memiliki kemampuan untuk menghadapi kerasnya hidup.
Anak-anak juga harus dipersiapkan menjadi generasi yang mampu menghadapi masa depan dengan kepercayaan diri dan ketahanan yang kuat. Ini adalah pelajaran berharga yang dapat kita ambil untuk menghindari fenomena generasi stroberi dan membentuk generasi resilient yaitu generasi yang tangguh, memiliki mental kembali pulih atau bangkit setelah menghadapi kesulitan, tekanan, atau perubahan. dan siap menghadapi berbagai tantangan hidup.
Demikian tiga contoh teks khutbah Idul Adha 2024 terbaru. Semoga bermanfaat!
(rih/ahr)