Salah satu tipe ular yang kerap muncul di rumah warga adalah kobra jawa. Seperti apa karakteristiknya? Berikut ini uraian lengkap seputar ular kobra jawa, mulai dari taksonomi sampai perilakunya.
Berdasar informasi dari laman National Geographic, di seluruh bumi, terdapat lebih dari 3.000 spesies ular. Hewan melata satu ini dapat ditemui di mana-mana, kecuali Antartika, Islandia, Irlandia, Greenland, dan Selandia Baru.
Lebih lanjut, dilansir situs Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indonesia memiliki lebih dari 349 jenis ular. Jumlah ini berarti sekitar 10 persen dari seluruh jenis ular yang tersebar di penjuru dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengapa bisa begitu banyak? Menurut Amir Hamidy, seorang peneliti di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Indonesia adalah wilayah tropis yang hangat dan lembab. Karakteristik ini menjadikan Bumi Pertiwi cocok bagi ular untuk berkembang biak dan hidup.
Banyaknya jenis ular di Indonesia perlu detikers waspadai agar tidak menyebabkan peristiwa buruk. Oleh karenanya, detikers dapat mempelajari jenis-jenis ular yang sering terlihat di sekitar lingkungan, seperti misalnya ular kobra jawa.
Taksonomi Ular Kobra Jawa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, taksonomi adalah cabang biologi yang menelaah penamaan, perincian, dan pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan pembedaan sifatnya.
Sementara itu, disadur dari buku Biologi Jilid 1 karya Diah Aryulina dkk, taksonomi adalah cabang ilmu biologi yang mengkaji pengelompokan makhluk hidup. Bidang taksonomi ini penting, sebab, jumlah individu maupun keanekaragaman tumbuhan dan hewan yang begitu besar perlu diklasifikasikan dengan baik.
Ular kobra jawa memiliki nama ilmiah Naja sputatrix sebagaimana informasi dari situs Keanekaragaman Hayati Provinsi DIY. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
- Kingdom: Animalia
- Filum: Chordata
- Kelas: Reptilia
- Ordo: Squamata
- Subordo: Serpentes
- Famili: Elapidae
- Genus: Naja
- Spesies: Naja sputatrix
Karakteristik Ular Kobra Jawa
Ular ini termasuk tipe yang memiliki bisa tinggi. Ciri-cirinya adalah tubuh kekar, kepala lebar, moncong membulat, sisik roastral terlihat dari atas, sisik periokular berjumlah satu, sisik post-okular 2-3 buah, sisik supralabial 7 buah, sisik 3 dan 4 menyentuh mata, sisik infralabial 9, dan sisik ke-4 menyentuh bagian anterior sisik dagu.
Ular ini memiliki mata berukuran sedang dengan pupil membulat. Jumlah sisik tengah tubuh adalah sekitar 19 sampai 21 buah. Selain itu, ular ini juga memiliki sisik ventral sebanyak 160-187 buah.
Warna ular kobra jawa adalah abu-abu kehitaman atau abu-abu kecoklatan. Terkadang, tudungnya berwarna polos dan sering memiliki bentuk serupa huruf "V" atau "O". Sementara itu, bagian ventral tubuhnya memiliki warna krem-kekuningan.
Dihimpun dari situs Toxinology, ular kobra jawa dewasa biasanya memiliki panjang kurang lebih 1,3 meter. Namun, ular ini dapat tumbuh hingga maksimal 1,85 meter.
Wilayah Persebaran Ular Kobra Jawa
Binatang yang juga dikenal dengan nama ular sendok jawa ini merupakan hewan melata endemik Indonesia. Berdasar uraian dalam situs IUCN (International Union for Conservation of Nature), ular ini dapat ditemukan di pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Kobra jawa diketahui mampu hidup di tempat yang ketinggiannya maksimal 600 meter di atas permukaan laut. Ia mudah ditemui di hutan, sabana, padang rumput, ataupun pemukiman warga karena kemampuan adaptasinya yang hebat.
Makanan dan Perilaku Ular Kobra Jawa
Ular kobra jawa memangsa buruan yang bervariasi. Mulai dari mamalia kecil seperti tikus, mencit, sampai ular atau kadal lainnya. Bahkan, amfibi seperti katak dan kodok juga menjadi target makanan harian ular ini.
Ular, termasuk juga kobra jawa, mulai diam atau berhenti beraktivitas pada suhu lingkungan di atas 29 derajat Celsius dengan suhu kritis maksimum sekitar 40,5 derajat Celsius. Penyebabnya, ular termasuk jenis hewan ektoterm (tidak mampu mengatur suhu tubuhnya).
Alhasil, ketika butuh panas, ular akan keluar dan berjemur di bawah sinar matahari. Lain halnya ketika suhu lingkungannya lebih tinggi dari suhu optimal tubuh. Dalam kondisi demikian, ular akan merespon dengan perilaku termofobik sebagaimana penjelasan dalam Jurnal Virgin bertajuk "Perilaku Harian Ular Kobra (Naja sputatrix BOIE) dalam Kandang Penangkaran" oleh I Gede Widhiantara dkk.
Lebih lanjut, sebuah artikel dalam Warta Herpetofauna Volume XII 2020 menjelaskan kobra jawa umumnya bertelur dengan jumlah 15 sampai 30 butir. Setelah satu bulan, telur-telur ini akan menetas. Anakannya sudah berbisa dan berbahaya bagi manusia.
Di alam liar, kobra jawa tidak mengerami telurnya sebagaimana ayam. Induk kobra jawa akan langsung meninggalkan sarangnya dalam lubang bawah tanah dan membiarkan telurnya menetas secara alami.
Status Perlindungan Ular Kobra Jawa
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1.12/2018, ular kobra jawa tidak termasuk satwa yang dilindungi. Status ini juga diperkuat data dari IUCN yang menyebut spesies kobra jawa sebagai "least concern" (sedikit kekhawatiran).
Meskipun begitu, dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2018, kobra jawa tergolong sebagai satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang, tetapi masuk daftar CITES.
Ditilik dari laman resmi United Nations, CITES adalah singkatan dari (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). CITES merupakan perjanjian internasional yang memastikan perdagangan spesimen satwa liar dan tumbuhan tidak mengancam kelangsungan hidup mereka.
Nah, itulah penjelasan lengkap seputar ular kobra jawa yang kerap dijumpai di area perumahan warga. Semoga informasinya bermanfaat, ya!
(par/ahr)