- Arti Tantrum Adalah
- Ciri-Ciri Tantrum
- Penyebab Tantrum 1. Terhalangnya Keinginan Anak untuk Mendapatkan Sesuatu 2. Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi 3. Ketidakmampuan Anak Mengungkapkan atau Mengkomunikasikan Diri 4. Pola Asuh Orang tua yang Tidak Konsisten 5. Stres, Perasaan Tidak Aman, dan Ketidaknyamanan 6. Kondisi Keluarga
- Apakah Tantrum Berbahaya?
- Cara Mengatasi Tantrum 1. Respons yang Tepat Terhadap Tantrum 2. Pencegahan Tantrum 3. Kenalkan Konsekuensi dan Sistem Reward kepada Anak 4. Komunikasi Terbuka dan Pengembangan Empati 5. Tindakan Saat Tantrum Terjadi 6. Hindari Tindakan Ini
- Sikap yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua Setelah Anak Tantrum 1. Menunjukkan Kasih Sayang 2. Evaluasi Penyebab Tantrum
Anak-anak berusia di bawah lima tahun (balita) kerap mengalami tantrum. Singkatnya, arti tantrum adalah ungkapan kemarahan pada anak. Perilaku ini sebenarnya cukup wajar dan dialami oleh sebagian besar anak-anak usia prasekolah.
Dalam dunia parenting atau pengasuhan, pemahaman akan tantrum menjadi penting karena dapat membantu orang tua mengelola dan merespons perilaku anak dengan lebih efektif. Orang tua juga perlu memahami bagaimana ambang batas wajar tantrum pada anak.
Ingin mengetahui lebih banyak tentang tantrum hingga cara mengatasinya? Mari simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Rumus Slovin: Pemahaman dan Contoh Soalnya |
Arti Tantrum Adalah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tantrum didefinisikan sebagai kemarahan dengan amukan karena ketidakmampuan mengungkapkan keinginan atau kebutuhan dengan kata-kata, biasanya dilakukan oleh anak-anak.
Sementara itu, di dalam artikel ilmiah Pengelolaan Perilaku Tantum oleh Ibu Terhadap Anak Usia 12-48 tulisan Wenny A. Lestari dkk yang dipublikasikan pada Jurnal Psikologi Proyek Vol 16 (2021), tantrum adalah kondisi emosional yang umum terjadi pada anak usia prasekolah. Hal ini merupakan masalah perilaku di mana anak mengekspresikan rasa frustrasi, biasanya ketika mereka meminta sesuatu dan ditolak, terutama oleh orang tua.
Tantrum seringkali ditunjukkan dalam bentuk perilaku yang tidak terkontrol dan berlebihan, sebagai cara bagi anak untuk mengatasi perasaan frustrasi mereka.
Ciri-Ciri Tantrum
Dikutip dari artikel Pengelolaan Perilaku Tantrum oleh Ibu Terhadap Anak Usia 12-48 tulisan Wenny A. Lestari dkk yang dipublikasikan pada Jurnal Psikologi Proyek Vol 16 (2021), ada beberapa ciri pada anak yang mengalami tantrum, antara lain:
1. Tidur, makan, dan buang air besar tidak teratur.
2. Kesulitan beradaptasi dengan situasi, makanan, dan orang-orang baru.
3. Lambat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.
4. Mood atau suasana hati seringkali negatif.
5. Respons terhadap situasi cenderung ditunjukkan dengan penolakan.
6. Mudah dipengaruhi sehingga dapat timbul perasaan marah atau kesal.
7. Perhatiannya sulit dialihkan.
8. Menunjukkan perilaku khas seperti menangis, menjerit, membentak, merengek, membanting pintu, memecahkan benda, memaki, mencela diri sendiri, menyerang kakak/adik atau teman, mengancam, dan perilaku negatif lainnya.
Penyebab Tantrum
Tantrum dapat terjadi karena beberapa faktor. Dikutip dari artikel berjudul Mengenal Perilaku Tantrum dan Bagaimana Mengatasinya oleh Syamsudin yang dipublikasikan pada jurnal Informasi Vol. 18 (2013), berikut adalah beberapa penyebab tantrum yang kerap terjadi.
1. Terhalangnya Keinginan Anak untuk Mendapatkan Sesuatu
Anak mungkin mengalami tantrum ketika keinginannya tidak terpenuhi, misalnya saat ia ingin mendapatkan sesuatu yang tidak dapat diberikan oleh orang tua pada saat itu, seperti mainan atau makanan tertentu.
2. Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi
Anak dapat mengalami tantrum jika kebutuhannya tidak terpenuhi, seperti rasa lapar atau rasa tidak nyaman akibat kondisi lingkungan.
3. Ketidakmampuan Anak Mengungkapkan atau Mengkomunikasikan Diri
Tantrum juga dapat terjadi karena anak tidak mampu menyampaikan keinginannya dengan jelas kepada orang tua, sehingga respon orang tua tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya.
4. Pola Asuh Orang tua yang Tidak Konsisten
Pola asuh yang tidak konsisten, seperti terlalu memanjakan atau terlalu menelantarkan anak, dapat menjadi pemicu tantrum.
5. Stres, Perasaan Tidak Aman, dan Ketidaknyamanan
Anak dapat mengalami tantrum ketika merasa stres, tidak aman, atau tidak nyaman dengan situasi yang sedang dihadapinya.
6. Kondisi Keluarga
Faktor-faktor dalam lingkungan keluarga juga dapat mempengaruhi terjadinya tantrum, seperti adanya masalah perkawinan orang tua, masalah emosional dengan salah satu orang tua, persaingan dengan saudara, dan masalah komunikasi antara anggota keluarga.
Apakah Tantrum Berbahaya?
Dikutip dari laman resmi Northern Territory Government, tantrum adalah hal yang normal terjadi pada anak-anak karena belum dapat mengontrol emosinya. Namun, tantrum yang terjadi pada anak usia sekolah merupakan salah satu tanda bahwa ada yang salah pada dirinya dan perlu segera diatasi.
Meskipun tantrum sendiri tidak berbahaya, dampak dari kondisi atau masalah yang mendasarinya bisa memberikan dampak negatif bagi perkembangan anak jika tidak ditangani dengan baik. Tantrum yang terus-menerus dan tidak teratasi juga dapat menimbulkan stres bagi orang tua dan lingkungan sekitar.
Penting untuk mengatasi penyebab tantrum anak dengan cara yang tepat dan membantu mereka mengelola emosi mereka dengan baik. Jika tantrum terjadi secara teratur dan sulit untuk menemukan penyebabnya, berkonsultasi dengan profesional kesehatan atau konselor dapat membantu menemukan solusi yang tepat.
Cara Mengatasi Tantrum
Ketika anak tantrum, sebaiknya jangan panik. Berikut ini adalah langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan orang tua untuk mengatasi anak tantrum, dikutip dari artikel berjudul Mengenal Perilaku Tantrum dan Bagaimana Mengatasinya oleh Syamsudin yang dipublikasikan pada jurnal Informasi Vol. 18 (2013).
1. Respons yang Tepat Terhadap Tantrum
Orang tua perlu merespons tantrum dengan cara yang tepat, seperti mengenalkan anak pada emosi marah dan mengajarkan cara mengatasinya. Mengacuhkan atau menyuruh anak diam dapat membuat tantrum semakin intens.
2. Pencegahan Tantrum
Mengenali kebiasaan dan kondisi di mana tantrum sering terjadi pada anak adalah langkah awal dalam mencegah tantrum. Orang tua juga perlu mengatur lingkungan dan memberikan dukungan yang sesuai, serta memperlakukan anak secara proporsional.
3. Kenalkan Konsekuensi dan Sistem Reward kepada Anak
Orang tua perlu mengidentifikasi konsekuensi dari tantrum dan membangun sistem reward untuk menjaga anak tetap berperilaku terkontrol. Bagi anak yang lebih tua, pelatihan dalam coping skill diperlukan untuk menghadapi situasi yang memicu tantrum.
4. Komunikasi Terbuka dan Pengembangan Empati
Penting bagi orang tua untuk menjaga komunikasi terbuka dengan anak dan mengembangkan empati. Hal ini membantu anak dalam mengelola emosinya dengan lebih baik.
5. Tindakan Saat Tantrum Terjadi
Saat tantrum terjadi, orang tua perlu memastikan keamanan sekitar dan mengontrol emosi mereka sendiri. Evakuasi anak ke tempat yang aman serta menghindari tindakan yang memprovokasi lebih lanjut tantrum adalah langkah penting.
6. Hindari Tindakan Ini
Orang tua sebaiknya menghindari tindakan seperti membujuk, berargumen, atau memberikan hadiah untuk menghentikan tantrum. Hal ini dapat memperkuat perilaku tantrum anak dalam jangka panjang.
Sikap yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua Setelah Anak Tantrum
Ketika tantrum sudah mereda, lakukan dua hal ini untuk mencegahnya terulang kembali.
1. Menunjukkan Kasih Sayang
Orang tua perlu menunjukkan ekspresi cinta pada anak dan memastikan bahwa mereka merasa aman setelah tantrum mereda.
2. Evaluasi Penyebab Tantrum
Penting bagi orang tua untuk melakukan evaluasi dan memahami penyebab tantrum, serta mengajarkan anak mengenai nilai-nilai yang benar dalam suasana yang tenang dan nyaman.
Demikian penjelasan lengkap mengenai arti tantrum, ciri-ciri, penyebab, hingga cara mengatasinya. Semoga bermanfaat!
(par/apl)