Saat menghadiri kegiatan belajar bersama siswa SD Al-Firdaus, Banjarsari, Solo, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka diberondong sejumlah pertanyaan oleh siswa kelas 5. Salah satu pertanyaan itu disebut Gibran sebagai 'pertanyaan susah'.
Pertanyaan untuk Gibran itu mulai dari soal kemacetan, pengembangan UMKM, hingga soal cara mengurangi pengangguran. Salah seorang siswa juga bertanya kepada Gibran soal tip menjadi pemimpin muda.
"Dalam menjadi pemimpin diperlukan wawasan luas dan pengalaman yang banyak. Mas Gibran saya perhatikan masih muda sudah menjadi pemimpin dan dipercaya serta disukai oleh warga, yang awalnya jadi Wali Kota akan menjadi wakil Presiden. Saya ingin meneladani jejak Mas Gibran. Saat ini sampai jenjang berikutnya, apa yang harus kami siapkan untuk menjadi pemimpin cerdas, muda, bijak, dan disenangi warganya?," tanya siswa kelas 5 bernama Fawas, Senin (27/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mendengar pertanyaan itu, Gibran mengaku pertanyaan itu sulit dijawab. Gibran mengaku sampai saat ini dirinya juga masih belajar.
"Pertanyaan susah, soalnya saya juga masih belajar. Tapi yang jelas ini, kamu kalau mau jadi pemimpin, nanti punya anak buah, pastikan anak buahnya bekerja dengan baik," jawab Gibran.
Gibran melanjutkan, setiap pemimpin punya gaya tersendiri. Gibran lalu menyebut bahwa dirinya mempunyai tim yang tidak pernah terlihat.
Baca juga: Siapa 'Invisible Team' Gibran? |
"Setiap pemimpin pasti punya style masing-masing, ada yang keras, ada yang merangkul banyak pihak, ada ya macem-macem. Kalau saya model orangnya punya tim yang nggak kelihatan. Jadi orangnya itu nggak kelihatan kalau kerja," ungkap Gibran.
Gibran lalu menceritakan bahwa cara kerja di swasta dan di politik itu berbeda. Menurut Gibran, cara kerja di bidang politik itu agak aneh.
"Dulu saya juga di swasta. Di swasta sama politik beda. Kalau politik cara kerjanya agak aneh, karena di situ banyak anomali. Tapi di swasta lebih linear, itu aja," ujar Gibran.
Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu menambahkan, anak muda yang menjadi pemimpin harus mau menerima banyak masukan dari senior.
"Yang penting kalau kita sebagai anak muda sudah jadi pemimpin, ini aja, banyak menerima masukan dari senior-senior, gitu aja. Tapi kita yang masih muda itu jangan melulu harus meniru yang senior. Karena ini sekarang disrupsi teknologi dan sekarang kita dengan anak muda ini bisa lebih mudah adaptasi. Jadi gabung teknologi sama saran-saran dari orang tua, itu digabungin. Soalnya kalau kamu 100 persen dengerin orang tua, nasihat orang tua, kamu tidak berprogres, karena perkembangan zaman cepat sekali," ucap Gibran.
"Tadi saya bilang AI, saya yakin semua di sini pegang smartphone, dan saya yakin semua di sini kadang-kadang ngajarin bapak ibunya, tentang smartphone pasti tanya ke anaknya. Itu berarti anaknya lebih pintar to, tapi bukan berarti kamu nggak hormat sama orang tua. Kemampuan kita di teknologi dan saran orang tua digabung," pungkasnya.
(dil/cln)